Mohon tunggu...
Theresia Putri Maharani
Theresia Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kehadiran AI dan Nasib Jurnalis Masa Depan

16 Oktober 2023   21:28 Diperbarui: 16 Oktober 2023   22:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Presenter AI TV One bernama Sasya (Youtube tvOneNews)

Artificial Intelligence atau biasa disingkat AI merupakan cabang dari ilmu komputer dengan tujuan untuk menciptakan mesin cerdas yang dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. Beberapa tahun terakhir, AI telah menjadi teknologi yang menonjol di kalangan masyarakat. AI mempunyai potensi untuk mengubah cara manusia hidup dan bekerja. Kemampuan AI membantu manusia dengan mempersempit waktu untuk berpikir dalam mengerjakan tugas. Namun, kecerdasan buatan ini juga dapat mengancam dan mengkhawatirkan kegiatan dalam proses pekerjaan, privasi, dan etika.

AI sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940-an ketika para ilmuwan komputer melakukan eksplorasi konsep penggunaan mesin untuk mensimulasikan kecerdasaan manusia (Dhiman, 2023). Pada tahun 1990-an hingga 2000-an kebangkitan minat terhadap AI semakin meningkat dengan hadirnya sistem AI yang dapat mengenali ucapan dan gambar, bermain game dan bahkan mengemudikan mobil. Maka dari itu, hingga saat ini AI telah hadir dimana-mana dengan berbagai aplikasi yang menyediakan fitur AI.

Tren penggunaan AI juga berpengaruh dalam kegiatan jurnalisme. Hal tersebut disebabkan AI memberikan keuntungan bagi jurnalis dalam menulis secara cepat. Program penulisan otomatis mampu menghasilkan artikel dalam kurun waktu detik hingga menit. Seperti yang kita ketahui model berita zaman sekarang adalah real time maka jurnalis ditugaskan untuk memproduksi berita dalam waktu cepat dan massal. Maka dari itu, jurnalis memilih untuk menggunakan AI untuk membantu memproduksi berita.

Selain itu, penulisan otomatis AI mempunyai kentungan dalam akurasi data. Algoritma AI membantu melakukan analisis dari sejumlah data besar. Sulit dipercaya jika manusia mampu melakukan analisis data hingga ke akarnya karena dengan ribuan data yang ada manusia mempunyai keterbatasan dalam berpikir. AI juga membantu dalam melakukan pengecekan fakta hingga memastikan artikel bebas dari kesalahan.  

Namun, pastinya akan terdapat kekurangan dari adanya program AI. Artikel yang dihasilkan dari AI memiliki kemungkinan akan terjadinya bias. Walaupun AI mampu melakukan analisis data dalam jumlah besar ternyata dalam proses pengumpulan data yang kurang akan menghasilkan kecenderungan prediksi yang salah. Data yang tidak mewakili populasi mengandung ketidakakuratan atau suatu kelompok tertentu yang kurang terwakili biasanya akan menghasilkan informasi bias.

Kemudian, bagaimana sikap jurnalis dengan kehadiran AI yang dapat mengancam hilangnya profesi jurnalis di masa depan? Apakah memang akan hilang atau membantu proses seorang jurnalis dalam memproduksi sebuah berita? Beberapa perusahaan media saat ini mulai secara bertahap melakukan peralihan dengan memanfaatkan AI sebagai alat produksi mereka. Walaupun berbagai kekurangan AI yang masih perlu ditinjau kembali, berbagai perusahaan media percaya jika AI akan mempermudah pekerjaan dan mengurangi biaya pengeluaran perusahaan.

Mengutip berita dari CNN Busines, surat kabar terkenal dari Jerman yaitu Bild melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap ratusan pekerjanya. Bild menginginkan untuk melakukan peningkatan dalam penggunaan AI sebagai persiapan untuk masa depan yang berfokus melakukan transformasi ke bentuk digital.

Alex Springer menuliskan email kepada karyawannya dengan mengatakan “Peran editor, editor foto, korektor, dan karyawan lain yang terlibat dalam produksi cetak akan tidak ada lagi seperti saat ini” (CNN Business, 2023).

Mathias Döpfner, sebagai kepala eksekutif memperjelas alasan pemutusan hubungan kerja yang terjadi disebabkan oleh visi atau upaya perusahaan yang beralih menjadi penerbit digital murni dengan AI yang berperan penting (CNN Business, 2023).

Kedua pernyataan tersebut cukup membuat ketakutan dan kekhawatiran bagi beberapa jurnalis karena peran mereka telah digantikan dengan teknlogi yang lebih canggih. Perusahaan lebih mempercayakan kecanggihan AI dibandingkan manusia.

Namun, perspektif lain datang dalam menilai kehadiran AI di dunia jurnalisme. Melalui siaran pers yang dilakukan oleh Nezar Patria selaku Wamenkominfo, AI merupakan peluang bagi jurnalis dalam pengembangan produksi berita.   

"Ke depan industri jurnalisme harus berani terbuka dan mengadopsi teknologi AI. Tidak hanya mampu meningkatkan efisiensi pelaku industri namun meningkatkan nilai rekan-rekan jurnalisme dan media," ungkap Nezar Patria di Bandung (Selasa, 22/08/2023).

Di Indonesia penggunaan AI mulai terlihat ketika media televisi swasta yaitu TV One menggunakan AI dalam pemberitaan di televisi. Mengutip berita dari Viva.co.id TV One merupakan TV pertama di Indonesia dan ASEAN bahkan kedua di dunia yang memperkenalkan penggunaan presenter AI.

Taufan Eko Nugroho, sebagai CEO TV One mengatakan bahwa AI yang digunakan masih dibantu oleh jurnalis.

"Apakah si jurnalis mencari-materi dari AI? Kami anjurkan karena ini cepet validasi data dan sebagainya. Tapi tetap yang merangkum kata-kata yang dibacakan presenter ini buatan manusia," ungkap Taufan.

Fenomena tersebut berhasil mencuri perhatian publik dengan kehadiran presenter AI di TV One. Berbagai komentar datang dari netizen melalui Youtube TV One dengan berbagai perspektif yang ada. Beberapa komentar mengatakan kehadiran AI ini menjadi ancaman bagi jurnalis di masa depan. Kekhawatiran tersebut tidak hanya muncul dari seorang jurnalis tetapi masyarakat merasakan hal yang sama yaitu takut jika TV One melakukan pemutusan hubungan karyawan karena dominasi AI yang bekerja.

Gambar 2. Komentar netizen terhadap presenter AI (Youtube tvOneNews) 
Gambar 2. Komentar netizen terhadap presenter AI (Youtube tvOneNews) 

Melalui berbagai statement yang ada, hal tersebut mampu menimbulkan kebingungan bagi jurnalis. Apakah betul peran jurnalis masih diperlukan meskipun adanya AI? Kita tidak pernah mengetahui masa depan teknologi apa lagi yang hadir dan mampu mengembangkan AI jauh lebih canggih daripada sebelumnya.

Namun, kembali lagi bahwa AI pada dasarnya masih belum bisa menyamai aktivitas yang dilakukan oleh manusia. AI tidak mempunyai etika dalam menulis atau melakukan kegiatan jurnalistik. Maka dari itu, jurnalis manusia merupakan seorang supir dalam mengendalikan AI sehingga kesalahan-kesalahan yang dihadirkan di AI mampu diminalisir oleh manusia.

Selain itu, kegiatan jurnalistik yang tidak mampu dilakukan oleh AI adalah terjun ke lapangan. Jurnalis identik dengan proses pelaksanaa wawancara dengan narasumber, maka hal ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang AI.

Jurnalis masih mempunyai kesempatan meskipun AI semakin mendominasi dalam bidang jurnalisme. Jurnalis dan AI berkolaborasi untuk menciptakan berita yang cepat, lengkap, kreatif, dan imanjinatif. Akan tetapi penggunaan AI memang perlu dibatasi untuk semua berita sehingga tidak semua kategori diproduksi menggunakan bantuan AI. Bias yang terjadi di AI masih sering dirasakan oleh berbagai pihak, maka untuk menghindari informasi bias disarankan untuk memberikan batasan dalam memproduksi berita.

Masa depan jurnalisme akan mengalami transformasi dengan pemanfaatan fitur AI. Harapan dari kedatangan AI bagi jurnalis bukan untuk mencuri peran mereka, tetapi kolaborasi yang memberikan kemudahan dalam menjangkau produksi berita yang lebih berkualitas. Hal ini akan meningkatkan performa jurnalisme dengan mengoptimalkan fungsi AI dan mensinkronisasi otak manusia. Dengan begitu jurnalis professional akan berfokus dengan tugas lain yang tidak bisa dilakukan oleh AI yaitu investigasi lapangan dan peningkatan audiens atau pembaca.

Daftar Pustaka:

Kominfo. (2023). Tingkatkan Nilai Jurnalisme dan Media, Wamenkominfo Dorong Adopsi AI. https://www.kominfo.go.id/content/detail/50956/siaran-pers-no-219hmkominfo082023-tentang-tingkatkan-nilai-jurnalisme-dan-media-wamenkominfo-dorong-adopsi-ai/0/siaran_pers 

CNN Bussines. (2023). Germany’s biggest newspaper is cutting 20% of jobs as it prepares for an AI-powered digital future. https://edition.cnn.com/2023/06/21/media/bild-germany-newspaper-ai-layoffs/index.html 

Viva.co.id. (2023). Jadi TV Pertama di ASEAN Gunakan AI, CEO tvOne Jamin Berita Tetap Akurat. https://www.viva.co.id/berita/bisnis/1619781-jadi-tv-pertama-di-asean-gunakan-ai-ceo-tvone-jamin-berita-tetap-akurat 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun