Kegiatan podcast pertama kali dipopulerkan oleh Adam Curry yang merupakan seorang penyiar radio. Tekanan Adam Curry selama bekerja di industri media radio menjadi alasan untuk menciptakan tempat yang lebih bebas dalam mengemukakan ekspresinya. Adam Curry mencoba berinovasi dengan membuat program "Daily Source Code" yang diunggah ke iTunes lewat media Ipod. Maka dari itu, istilah podcast berasal dari kegiatan broadcasting yang dapat diakses dan diunduh melalui Ipod. Jurnalis Ben Hammersley mengangkat tren tersebut dengan mengunggah artikel di The Guardian pada tahun 2004.
Tren podcast berkembang sangat pesat di Amerika Serikat hingga pada tahun 2005 sudah terdapat 3.000 podcast baru yang bermunculan. Bahkan Gedung Putih mempunyai kanal audio tersendiri yang berisi pidato-pidato dari presiden AS kala itu yaitu George W. Bush. Hingga pada akhirnya tren ini muncul di Indonesia pada tahun yang sama yaitu tahun 2005. Boy Avianto sebagai orang pertama yang membuat podcast dengan program "Apa Saja Podcast" lewat kanal Blogspot (CNN Indonesia, 2020).
Perkembangan internet, memunculkan media-media platform yang mendukung kegiatan podcast lebih mudah untuk didengar. Kehadiran Spotify di tahun 2008 membuka tren podcast lebih berkembang di Indonesia (Samosir & Putra, 2020). Berdasarkan laporan We Are Social, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan paling banyak mendengarkan podcast per Kuartal III/2022 (Pahlevi, 2022).
Podcast merupakan konten audio yang tidak jauh berbeda dengan radio. Namun, memang terdapat berbagai perbedaan mendasar antara podcast dengan radio. Seperti yang kita ketahui radio dapat terakses berdasarkan gelombang frekuensi wilayah tertentu, sedangkan podcast mampu didengar dimanapun bahkan diunduh untuk bisa didengarkan ulang. Podcast memiliki empat karakteristik sebagai pembeda dari media audio lain yaitu episodic, download, streaming, dan tema segmented (Dalila & Ernungtyas, 2020).
Podcasting memiliki kelebihan sebagai media yang bebas untuk mengekspresikan diri karena tanpa adanya sistem atau peraturan yang mengikat (Geoghegan & Klass, 2007). Maka dari itu, genre atau topik podcast sangat beragam, mulai dari berita, pengetahuan, komedi, horror, dan sebagainya. Berdasarkan laporan dari Reuters Institute, program podcast dengan segmen bincang-bincang atau wawancara sangat digemari oleh audiens (Karunianingsih, 2021).
Eksistensi podcast sangat mudah diterima oleh kalangan anak muda karena konten atau topik yang diangkat dikemas dengan menyenangkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daily Social tahun 2018 konten podcast favorit masyarakat Indonesia adalah hiburan. Jumlah pendengar podcast mayoritas adalah kalangan generasi millenial usia 20-35 tahun (Zellatifanny, 2020). Generasi millenial mempunyai peran penting dalam meningkatkan konten audio atau video karena sebagai digital native yang sudah lebih akrab dan mudah beradaptasi dengan teknologi digital komunikasi.
Kemunculan berbagai platform media sosial menghadirkan bentuk baru dari podcast yaitu audio visual. Youtube merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengunggah podcast. Berdasarkan hasil riset dari Lembaga Ipang Wahid Stratejik terdapat beberapa podcast Youtube yang paling banyak disukai masyarakat Indonesia yaitu dengan urutan nomor satu adalah Curhat Bang Denny Sumargo. Kemudian dengan urutan kedua dari kanal Mata Najwa dan urutan ketiga dari kanal Close the Door milik Deddy Cobuzier (Muhamad, 2023).Â
Selain Youtube, podcast video dapat ditemukan lewat aplikasi Spotify dan Noice. Â Baru-baru ini kedua aplikasi tersebut mengubah format podcast yang sebelumnya hanya dapat didengarkan menjadi dapat dilihat. Transformasi ini merupakan tanda dari perkembangan podcast video yang semakin banyak orang gemari. Konten podcast bincang-bincang memang lebih merasa puas dengan melihat visual secara nyata karena mempertunjukkan ekpresi yang mampu membangun suasana atau mampu membangun perspektif lain dari audiens.
Walaupun beberapa konten yang ditunjukkan dalam podcast membawa topik yang cukup berat, audiens masih mampu menerima karena pembawaan yang dihadirkan oleh host sangat santai. Berbeda dengan acara talk show, yang biasanya suasana yang dibawa cukup serius sehingga audiens merasa bosan dengan topik yang dibicarakan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya tuntutan dari pihak tertentu untuk mengatur pembicaraan yang terjadi di dalam podcast. Tidak heran, podcast jauh lebih diminati oleh kalangan anak muda karena pembawaan yang lebih santai mudah diterima.
Perkembangan podcast yang terjadi di media sosial Youtube sangat menonjol pada interaktivitas yang dilakukan oleh audiens. Fitur komentar mendukung adanya komunikasi antar balik yang terjadi di dalam podcast. Namun, selain melalui fitur komentar, audiens juga dapat menanggapi konten podcast lewat akun media sosial mereka seperti Twitter, Instagram, Tiktok, atau media sosial lainnya. Kegiatan tersebut, audiens sudah memasuki tahap partisipasi terhadap konten podcast.
Dengan melihat kelebihan yang ditunjukkan oleh Youtube sebagai podcast berbentuk video, maka dapat memungkinkan terjadinya transformasi secara besar-besaran terhadap format dari podcast. Namun, jika berbagai platform tetap membawa prinsip podcast sebagai media audio maka peluang itu bisa terjadi sirna. Konten visual memang saat ini sangat diminati oleh anak muda karena lebih mudah dipahami dibandingkan dengan bentuk media tulisan atau audio.
Visual secara nyata memberikan efek besar bagi audiens untuk memberikan perspektif baru. Jika dibandingkan dengan pemahaman melalui audio atau tulisan akan sulit dipahami karena terkadang terdapat perbedaan makna terhadap suatu pesan yang disampaikan. Maka dari itu, lewat visual audiens akan mudah menilai secara verbal maupun nonverbal terhadap obrolan yang ditawarkan lewat podcast.
Daftar Pustaka:
CNN Indonesia. (2020, March 1). Sejarah podcast, Dari "godfather" as Hingga Bkr Brothers. hiburan. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200226151849-241-478352/sejarah-podcast-dari-godfather-as-hingga-bkr-brothers
Dalila, N. (2020). Strategi Storytelling, spreadability dan monetization podcast Sebagai Media Baru Komedi. Jurnal Riset Komunikasi, 3(2), 140--160. https://doi.org/10.38194/jurkom.v3i2.165
Geoghegan, M., & Klass, D. (2007). Podcast Sollution The Complete Guide to Audio and Video Podcast ing (2nd ed.). Apress.
Karunianingsih, D. A. (2021). Konvergensi Media Pada podcast Radar Jogja Digital Dalam Publikasi Berita Dan perluasan segmentasi audiens. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 25(1), 61. https://doi.org/10.31445/jskm.2021.3528
Muhamad, N. (2023, September 15). 10 podcast Favorit Masyarakat Indonesia, Siapa Juaranya?: Databoks. Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Indonesia. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/15/10-podcast-favorit-masyarakat-indonesia-siapa-juaranya
Pahlevi, R. (2022, February 8). Persentase Pendengar Podcast terhadap Total Pengguna Internet Berdasarkan Negara, Kuartal III 2022. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/08/pendengar-podcast-indonesia-terbesar-ke-2-di-duniaÂ
Samosir, H., & Putra, M. (2020, March 1). Melihat Pelesat Progres Podcast di Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200227132308-241-478714/melihat-pelesat-progres-podcast-di-indonesia
Zellatifanny, C., M. (2020). Tren Diseminasi Konten Audio on Demand melalui Podcast: Sebuah Peluang dan Tantangan di Indonesia. Jurnal Pekommas, 5(2), 117 -- 132. https://doi.org/10.30818/jpkm.2020.2050202
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H