Mohon tunggu...
Theresia Putri Maharani
Theresia Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Popularitas Podcast Bentuk Video

7 Oktober 2023   12:23 Diperbarui: 7 Oktober 2023   12:39 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan podcast pertama kali dipopulerkan oleh Adam Curry yang merupakan seorang penyiar radio. Tekanan Adam Curry selama bekerja di industri media radio menjadi alasan untuk menciptakan tempat yang lebih bebas dalam mengemukakan ekspresinya. Adam Curry mencoba berinovasi dengan membuat program "Daily Source Code" yang diunggah ke iTunes lewat media Ipod. Maka dari itu, istilah podcast berasal dari kegiatan broadcasting yang dapat diakses dan diunduh melalui Ipod. Jurnalis Ben Hammersley mengangkat tren tersebut dengan mengunggah artikel di The Guardian pada tahun 2004.

Tren podcast berkembang sangat pesat di Amerika Serikat hingga pada tahun 2005 sudah terdapat 3.000 podcast baru yang bermunculan. Bahkan Gedung Putih mempunyai kanal audio tersendiri yang berisi pidato-pidato dari presiden AS kala itu yaitu George W. Bush. Hingga pada akhirnya tren ini muncul di Indonesia pada tahun yang sama yaitu tahun 2005. Boy Avianto sebagai orang pertama yang membuat podcast dengan program "Apa Saja Podcast" lewat kanal Blogspot (CNN Indonesia, 2020).

Perkembangan internet, memunculkan media-media platform yang mendukung kegiatan podcast lebih mudah untuk didengar. Kehadiran Spotify di tahun 2008 membuka tren podcast lebih berkembang di Indonesia (Samosir & Putra, 2020). Berdasarkan laporan We Are Social, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan paling banyak mendengarkan podcast per Kuartal III/2022 (Pahlevi, 2022).

Podcast merupakan konten audio yang tidak jauh berbeda dengan radio. Namun, memang terdapat berbagai perbedaan mendasar antara podcast dengan radio. Seperti yang kita ketahui radio dapat terakses berdasarkan gelombang frekuensi wilayah tertentu, sedangkan podcast mampu didengar dimanapun bahkan diunduh untuk bisa didengarkan ulang. Podcast memiliki empat karakteristik sebagai pembeda dari media audio lain yaitu episodic, download, streaming, dan tema segmented (Dalila & Ernungtyas, 2020).

Podcasting memiliki kelebihan sebagai media yang bebas untuk mengekspresikan diri karena tanpa adanya sistem atau peraturan yang mengikat (Geoghegan & Klass, 2007). Maka dari itu, genre atau topik podcast sangat beragam, mulai dari berita, pengetahuan, komedi, horror, dan sebagainya. Berdasarkan laporan dari Reuters Institute, program podcast dengan segmen bincang-bincang atau wawancara sangat digemari oleh audiens (Karunianingsih, 2021).

Eksistensi podcast sangat mudah diterima oleh kalangan anak muda karena konten atau topik yang diangkat dikemas dengan menyenangkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daily Social tahun 2018 konten podcast favorit masyarakat Indonesia adalah hiburan. Jumlah pendengar podcast mayoritas adalah kalangan generasi millenial usia 20-35 tahun (Zellatifanny, 2020). Generasi millenial mempunyai peran penting dalam meningkatkan konten audio atau video karena sebagai digital native yang sudah lebih akrab dan mudah beradaptasi dengan teknologi digital komunikasi.

Kemunculan berbagai platform media sosial menghadirkan bentuk baru dari podcast yaitu audio visual. Youtube merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengunggah podcast. Berdasarkan hasil riset dari Lembaga Ipang Wahid Stratejik terdapat beberapa podcast Youtube yang paling banyak disukai masyarakat Indonesia yaitu dengan urutan nomor satu adalah Curhat Bang Denny Sumargo. Kemudian dengan urutan kedua dari kanal Mata Najwa dan urutan ketiga dari kanal Close the Door milik Deddy Cobuzier (Muhamad, 2023). 

Selain Youtube, podcast video dapat ditemukan lewat aplikasi Spotify dan Noice.  Baru-baru ini kedua aplikasi tersebut mengubah format podcast yang sebelumnya hanya dapat didengarkan menjadi dapat dilihat. Transformasi ini merupakan tanda dari perkembangan podcast video yang semakin banyak orang gemari. Konten podcast bincang-bincang memang lebih merasa puas dengan melihat visual secara nyata karena mempertunjukkan ekpresi yang mampu membangun suasana atau mampu membangun perspektif lain dari audiens.

Gambar 2. Fitur podcast video di aplikasi Spotify (Sumber: Spotify, screenshoot pribadi)
Gambar 2. Fitur podcast video di aplikasi Spotify (Sumber: Spotify, screenshoot pribadi)

Walaupun beberapa konten yang ditunjukkan dalam podcast membawa topik yang cukup berat, audiens masih mampu menerima karena pembawaan yang dihadirkan oleh host sangat santai. Berbeda dengan acara talk show, yang biasanya suasana yang dibawa cukup serius sehingga audiens merasa bosan dengan topik yang dibicarakan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya tuntutan dari pihak tertentu untuk mengatur pembicaraan yang terjadi di dalam podcast. Tidak heran, podcast jauh lebih diminati oleh kalangan anak muda karena pembawaan yang lebih santai mudah diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun