Tak pernah kulihat engkau lelah berjuang
Dalam kehidupan yang penuh dengan teka-teki ini
Keringat dan panas menyelimuti dirimu
Kulit tanganmu menjadi kasar
Panasnya terik matahari
Tidak menjadi penghambat bagimuÂ
Untuk terus membanting tulang
Demi anakmu yang tidak tahu balas budi ini
Setebal baja semangat yang engkau miliki
Maju berjuang dalam derasnya ombak kehidupan
Ledakan hinaan tak kau pedulikan
Demi anakmu menjadi orang yang berpendidikan
Kau korbankan segalanya demi anakmu
Kau bekerja keras hanya untuk anakmu
Kau rela diterpa pahitnya badai kehidupan
Darimu aku mengerti arti perjuangan
Terima kasih
Atas amarah dan kemurkaanmu padaku demi kebaikanku
Atas teguran kerasmu demi masa depanku
Atas didikanmu demi pembentukkan karakterku
Kita jarang berbicara dan bercanda
Tak seperti dulu ketika aku masih kanak-kanak
Namun, tak pernah kulihat engkau berkeluh kesah
Tak pernah kulihat engkau mengungkapkan rasa itu
Engkau ajarikan aku bahwa kehidupan tak selamanya semanis madu
Engkau ajarikan aku bahwa aku harus kuat
Dari situ aku semakin paham
Kalau tak selamanya engkau berada disisiku
Pikiranku berkecamuk membayangkan hari itu
Hari yang akan mengguncang hatiku
Hari yang akan mematahkan hatiku
Hari dimana aku akan menyesali semua perbuatanku
Seandainya aku punya keberanian
Sebelum hari itu tiba
Aku ingin kau tahu bahwa aku peduli padamu
Dan ingin sekali meminta maaf, Ayah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H