Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maskumambang Srimulat

24 Mei 2018   19:43 Diperbarui: 7 Januari 2019   15:56 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentas Kelompok Srimulat di Taman Ria Remaja Senayan (Koleksi Yayasan Srimulat)

Garis hidup pemetik gitar dari Pringgading itu kemudian mengantarkannya bergabung dengan kelompok keroncong terkenal di kota Solo bernama O.K. Bunga Mawar di mana para musisi dan pencipta lagu berkumpul di dalamnya. Gesang, si Bengawan Solo, ada di antaranya.

Selepas kemerdekaan RI, tepatnya tahun 1947, Tuhan menghendaki kedua manusia itu bertemu dalam acara ulang tahun TNI Angkatan Laut di Kota Purwodadi. Di acara itulah Teguh untuk pertama kalinya berkenalan dengan Sri Mulat. Sebuah pertemuan yang rupanya melagukan dendang asmaradhana di dalam hati.

Ketika terjadi agresi militer Belanda, 19 Desember 1948, kedua sejoli itu terpaksa mengungsi ke luar kota Solo. Selama masa pengungsian, mereka sempat membentuk kelompok Keroncong Avond. Namun kelompok itu terpaksa buyar akibat gangguan DI/TII. Setelah Keroncong Avond bubar, mereka memutuskan kembali ke Solo untuk membangun kekuatan baru.

Demikianlah, penderitaan, pemberontakan, kerja keras, dan jatuh bangun kehidupan mereka sejak kecil telah membentuk batin, mental, dan pengalaman yang kuat bagi kedua insan seni itu.

Sementara itu, alunan nada asmaradhana yang mengalun indah di dalam hati tak lagi dapat dibendung. Mereka pun memutuskan menikah pada tanggal 8 Agustus 1950, bertepatan dengan hari ulang tahun Teguh yang ke dua puluh empat. Perbedaan usia yang terpaut 18 tahun tak menjadi soal.

Hari pernikahan mereka juga menjadi hari penting bagi kelompok Srimulat karena pada hari itu juga menjadi pertanda masuknya kelompok Srimulat ke fase berikutnya, yaitu Mijil atau masa kelahiran. Pada malam hari pernikahan, mereka mengumumkan secara resmi lahirnya kelompok Gema Malam Srimulat.

Teguh dan RA Sri Mulat (Koleksi Yayasan Srimulat)
Teguh dan RA Sri Mulat (Koleksi Yayasan Srimulat)
***

Tulisan ini disarikan dari kisah masa awal terbentuknya kelompok Srimulat sebagaimana yang terrekam di dalam buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa. Bagi Anda yang ingin mengikuti kisah hidup lengkap RA Sri Mulat dan Teguh silakan membaca buku tersebut. 

Di dalam buku yang diterbitkan oleh Noura Book Publishing/Mizan (2018) ini tersaji secara menarik kisah hidup RA Sri Mulat termasuk pergolakan batinnya hingga memutuskan minggat dan bagaimana dia kemudian menjelma menjadi penyanyi tersohor dan bintang film.

Ditulis dengan gaya yang ringan serta diselingi humor-humor khas Srimulat. "Mengasyikkan dan inspiratif. Mengharukan sekaligus bikin ketawa." demikian kata komika Abdel Achrian dalam reviewnya tentang buku tersebut.

Buku Srimulatism tersedia di toko buku Gramedia dan di toko buku daring Mizanstore.

***

@thriologi

Laku Kopi Bintaro, 24 Mei 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun