Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Bom di Kepalaku

27 Mei 2017   22:17 Diperbarui: 27 Mei 2017   22:40 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, persis seperti dugaanmu, aku melajukan sepeda motorku tanpa helm. Namun belum jauh dari kompleks perkantoranku, beberapa polisi mencegatku, tepatnya mengepungku. Sehebat apa kiranya aku ini, hingga perkara tak pakai helm saja aku harus dikepung? Bukankah cukup seorang polisi untuk menilangku?

Dua orang polisi dengan sigap memegang tanganku, seorang memegang tangan kiriku dan yang seorang lagi memegang tangan kananku. Tanpa pertanyaan, aku digelandang menuju mobil tahanan yang telah menunggu di depanku. Kejadiannya begitu singkat, aku tak bisa menceritakannya secara detil.

Dini hari, aku dijebloskan ke penjara di kantor polisi. Aku benar-benar merasa lelah. Aku benar-benar mengantuk. Namun aku tetap tak bisa memejamkan mata. Masih jelas terekam di telingaku bagaimana dua orang polisi menanyakan segala sesuatu kepadaku di ruang interogasi yang sempit. Ya, segala sesuatu yang berputar-putar, rumit, namun menuju satu kesimpulan: Ada Bom Di Kepalaku!

Dan karena itulah aku ditahan.

Sungguh pun itu benar, ada satu pertanyaan yang terpendam di kepalaku: Jika benar ada bom di kepalaku, mengapa justru polisi memenjarakanku di kantornya? Bukankah itu sama saja dengan menyimpan bom di dalam rumah yang sewaktu-waktu dapat meledak dan menghancurkan rumah dan seisinya?

Dua hari setelah aku dipenjara, para pengikutku di media sosial ramai membicarakanku. Mereka mulai menggalang dukungan untuk menggelar aksi demi membebaskanku dari kedzaliman rezim. Mereka bahkan membaiatku sebagai pahlawan. Berbagai tulisan, lengkap dengan kutipan-kutipan ayat suci, dibikin lalu disebarkan untuk membentuk opini betapa kejamnya rezim ini sekaligus menempatkanku sebagai korban. Persis seperti yang selama ini aku lakukan.

Kabar yang kudengar dari seorang kerabat yang menjengukku itu membuat kepalaku berdenyut. Hal itu membuatku yakin memang ada bom di kepalaku.

***

Bintaro, 27 Mei 2017

@thriologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun