Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, Penulis dan Analis Sosial

Hidup dimulai dari mimpi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Virus DBD Kembali Mengintai, Apa yang Harus Kita Lakukan?

23 Januari 2025   08:42 Diperbarui: 23 Januari 2025   09:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menjadi momok bagi masyarakat di sebagian wilayah di Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini menyebar dengan cepat, memakan korban tanpa pandang usia. Beberapa daerah di Indonesia seperti Tasikmalaya, Aceh, Klaten, hingga Jakarta Selatan tengah menghadapi peningkatan jumlah kasus DBD. Musim hujan yang berkepanjangan, ditambah dengan kebersihan lingkungan yang kurang terjaga, menjadi faktor utama yang mempercepat penyebaran penyakit ini.

Kondisi ini bukan hanya mengingatkan kita pada pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga mendesak kita untuk mengambil tindakan nyata dalam mencegah penyebaran DBD. Meski terdengar klise, pepatah "lebih baik mencegah daripada mengobati" memiliki makna yang sangat relevan dalam situasi ini.

Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies nyamuk yang menjadi vektor utama penyebaran virus dengue. Ciri khas nyamuk ini adalah tubuhnya yang kecil dengan belang-belang putih pada kakinya. Nyamuk ini aktif menggigit pada pagi hingga sore hari, dengan puncak aktivitas sekitar pukul 09.00-10.00 pagi dan 15.00-16.00 sore. Mereka berkembang biak di genangan air bersih yang tidak mengalir, seperti tempat penampungan air, vas bunga, ban bekas, hingga selokan yang tersumbat.  

Gigitan nyamuk ini tidak hanya menyebabkan penyakit DBD tetapi juga dapat menularkan virus zika dan chikungunya. Oleh karena itu, memahami kebiasaan nyamuk ini adalah langkah awal yang penting untuk memutus rantai penularan.

Kenapa Kasus DBD Meningkat?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus DBD meningkat belakangan ini. Salah satunya adalah perubahan cuaca yang tidak menentu. Curah hujan yang tinggi menciptakan banyak genangan air, tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan berkembang biak. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan juga turut memperburuk situasi.

Di beberapa daerah, pengelolaan sampah yang kurang optimal sering kali menjadi akar masalah. Sampah plastik yang menumpuk di sungai atau halaman rumah dapat menjadi tempat air hujan menggenang. Hal ini menciptakan habitat sempurna bagi nyamuk untuk berkembang. Ironisnya, banyak orang yang masih menganggap remeh kebiasaan membuang sampah sembarangan atau membiarkan genangan air tanpa disadari bahaya yang mengintai.

Gejala DBD yang Perlu Diwaspadai

DBD biasanya diawali dengan demam tinggi yang berlangsung selama 2-7 hari. Gejala lain yang sering muncul meliputi nyeri kepala, nyeri otot, mual, muntah, dan munculnya ruam merah di kulit. Pada kasus yang parah, penderita dapat mengalami perdarahan, syok, bahkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk segera membawa penderita ke fasilitas kesehatan jika gejala-gejala tersebut muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun