Lev Nikolayevich Tolstoy, yang lebih dikenal sebagai Leo Tolstoy, adalah salah satu penulis terbesar dalam sejarah sastra dunia. Lahir pada 9 September 1828 di Yasnaya Polyana, sebuah perkebunan keluarga yang terletak di Tula, Rusia, ia tumbuh dalam lingkungan aristokrat yang penuh dengan kenyamanan dan berkecukupan secara materil.
Di balik kehidupan yang terlihat sempurna, Tolstoy adalah seorang pemuda yang selalu merasa gelisah dengan segala pertanyaan tentang makna hidup yang akan menjadi inti dari karya-karyanya. Â
Tolstoy lahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dalam keluarga bangsawan. Ketika ia baru berusia dua tahun, ibunya meninggal dunia. Kehilangan ini diikuti oleh kematian ayahnya saat Tolstoy berumur sembilan tahun. Pengasuhan Tolstoy dan saudara-saudaranya kemudian diambil alih oleh kerabat dekat. Masa kecilnya yang penuh kehilangan membentuk jiwa Tolstoy menjadi seorang pemikir yang terus-menerus merenungkan penderitaan manusia. Â
Sebagai seorang anak, Tolstoy menunjukkan bakat akademik yang luar biasa, tetapi ia juga memiliki sifat keras kepala. Ketika memasuki Universitas Kazan pada usia 16 tahun, ia mendaftar untuk mempelajari bahasa Timur dan hukum, tetapi ia segera meninggalkan studinya karena merasa bosan dengan pendidikan formal.Â
Setelah meninggalkan universitas, Tolstoy kembali ke Yasnaya Polyana dan mencoba menjalani kehidupan sebagai tuan tanah, tetapi gaya hidupnya yang penuh pesta pora dan kebiasaan berjudi membuatnya tidak bahagia. Â
Pada tahun 1851, Tolstoy bergabung dengan militer dan dikirim ke Kaukasus. Pengalaman hidup sebagai tentara memberikan inspirasi untuk karya-karya awalnya, termasuk The Cossacks dan Sevastopol Sketches*l. Di sinilah Tolstoy mulai menunjukkan bakatnya sebagai penulis yang mampu menangkap kompleksitas emosi manusia. Pengalamannya di medan perang juga memperkenalkan Tolstoy pada absurditas dan kekejaman konflik, tema yang kelak mendominasi karya-karyanya. Â
Setelah meninggalkan militer, Tolstoy melakukan perjalanan ke Eropa Barat, di mana ia bertemu dengan beberapa filsuf, reformis, dan tokoh sastra. Namun, ia merasa kecewa dengan apa yang ia anggap sebagai kebobrokan moral yang dialami oleh masyarakat Barat. Tolstoy kembali ke Rusia dengan keyakinan bahwa reformasi harus dimulai dari dalam diri sendiri, bukan melalui institusi-institusi yang sudah ada. Â
Pada tahun 1862, Tolstoy menikah dengan Sophia Andreevna Behrs, seorang wanita muda yang berasal dari keluarga bangsawan. Pernikahan mereka menjadi titik balik dalam hidupnya. Sophia, yang berusia 16 tahun lebih muda dari Tolstoy, menjadi mitra yang setia dalam mendukung karier sastra suaminya. Ia membantu menyalin manuskrip Tolstoy, termasuk dua karya monumentalnya, War and Peace (1869) dan Anna Karenina (1877). Â
War and Peace adalah sebuah karya tulis yang menggambarkan kehidupan masyarakat Rusia selama invasi Napoleon. Melalui karya ini, Tolstoy menggambarkan tema cinta, perang, dan takdir dengan kedalaman sisi psikologis manusia yang diakui oleh komunitas sastra. Karya ini bukan hanya sebuah novel, tetapi juga refleksi filosofis tentang sejarah dan peran individu dalam perubahan sosial.Â
Sementara itu, Anna Karenina adalah kisah tragis tentang cinta, kesetiaan, dan konflik moral. Kedua novel ini adalah karya hebat yang menunjukan bakat luar biasa dari Tolstoy sebagai salah satu penulis terbesar sepanjang masa. Â
Namun, di balik kesuksesan sastranya, Tolstoy adalah seorang penulis yang mengalami krisis eksistensial yang mendalam. Ia merasa terjebak dalam kehidupan aristokrat yang mewah tetapi dengan rasa hampa.Â
Pada tahun-tahun berikutnya, ia mulai merenungkan makna hidup, agama, dan moralitas. Ia menulis buku-buku filsafat dan esai, termasuk A Confession (1879), di mana ia menceritakan pergulatannya dengan keputusasaan dan pencariannya akan iman. Â
Pada puncak krisis spiritualnya, Tolstoy menolak ajaran Gereja Ortodoks Rusia dan mengembangkan pandangan agama yang unik, yang ia sebut "Kristen Tolstoyan." Ia menekankan pentingnya hidup sederhana, anti-kekerasan, dan pandangan cinta yang universal.Â
Pandangan ini menginspirasi banyak orang, termasuk Mahatma Gandhi, yang mengadopsi prinsip-prinsip Ahimsa yang diadopsi dari gagasan anti-kekerasan Tolstoy dalam perjuangannya melawan kolonialisme. Â
Namun, transformasi spiritual Tolstoy juga membawa masalah dalam kehidupan pribadinya. Sophia merasa ditinggalkan ketika suaminya mulai menyerahkan harta miliknya kepada para petani dan menjalani gaya hidup yang semakin asketis. Konflik antara mereka semakin membesar ketika Tolstoy menulis wasiat yang menyatakan bahwa hak cipta atas karyanya diberikan kepada publik, bukan keluarganya. Â
Pada usia 82 tahun, Tolstoy membuat keputusan besar yang menjadi esensi puncak dari pencariannya akan makna hidup, yang ia interpretasikan dalam sikap sederhana dan kebebasan.Â
Pada November 1910, ia meninggalkan rumah keluarganya di Yasnaya Polyana tanpa memberi tahu istrinya. Dalam perjalanan ini, Tolstoy jatuh sakit akibat pneumonia. Ia ditemukan dalam kondisi kritis di sebuah stasiun kereta api kecil di Astapovo (sekarang Lev Tolstoy, Rusia). Meskipun dirawat oleh dokter dan selalu dikelilingi oleh para pengagumnya, Tolstoy meninggal dunia pada 20 November 1910. Â
Kematian Tolstoy menjadi penggambaran dari kehidupan yang penuh paradoks. Seorang pria yang lahir dalam kemewahan tetapi mencari kesederhanaan, seorang penulis besar yang menciptakan karya-karya besar nan monumental namun terus mempertanyakan arti dari keberadaan manusia. Ia dimakamkan di Yasnaya Polyana, di tempat yang sederhana sesuai dengan keinginannya, tanpa nisan atau monumen besar. Â
Karya dan pemikiran Tolstoy terus hidup, menginspirasi generasi demi generasi. Ia adalah bukti bahwa seni dan kehidupan dapat menyatu untuk mengeksplorasi kebenaran-kebenaran universal tentang cinta, penderitaan, dan kebebasan.Â
Dalam pencariannya yang tak kenal lelah akan makna hidup, Tolstoy meninggalkan karya hebat yang tak ternilai bukan hanya dalam bentuk buku-buku yang ia tulis, tetapi juga dalam kehidupan yang ia jalani.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI