Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, Penulis dan Analis Sosial

Hidup dimulai dari mimpi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Donald Trump Dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat untuk Kedua Kalinya.

20 Januari 2025   01:48 Diperbarui: 20 Januari 2025   01:48 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump yang akan kembali dilantik sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya (image: kompas.com)

Hari ini menjadi momen bersejarah bagi Amerika Serikat dan dunia. Donald J. Trump, sosok kontroversial yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden AS ke-45, akan kembali dilantik untuk masa jabatan keduanya sebagai Presiden AS ke-47. Pelantikan ini menandai kembalinya Trump ke Gedung Putih setelah vakum dari kursi kepemimpinan politik selama empat tahun.  

Prosesi pelantikan dijadwalkan akan berlangsung di Rotunda Gedung Capitol, Washington DC, pada pukul 12 siang waktu setempat, atau pukul 00.00 WIB. Pemilihan lokasi di dalam ruangan ini berbeda dari tradisi pelantikan sebelumnya yang biasa dilakukan di luar gedung, dengan latar Monumen Washington sebagai simbol demokrasi Amerika. Keputusan ini diambil karena kondisi cuaca ekstrem yang melanda Washington DC, dengan badai salju dan suhu dingin yang mencapai rekor terendah dalam beberapa dekade.  

Rangkaian Acara Pelantikan

Upacara pelantikan Donald Trump dimulai dengan tradisi kebaktian pagi di Gereja Santo Yohanes, yang terletak tidak jauh dari Gedung Putih. Gereja ini dikenal sebagai "Gereja Presiden" karena hampir semua presiden AS sejak James Madison pernah mengadakan kebaktian di sana sebelum pelantikan.  

Setelah kebaktian, Trump bersama keluarga menghadiri jamuan teh resmi di Gedung Putih bersama Wakil Presiden terpilih dan sejumlah pejabat tinggi. Dari sana, Trump akan menuju Gedung Capitol untuk pengambilan sumpah jabatan.  

Sumpah jabatan Donald Trump akan dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung AS, John Roberts. Setelah mengucapkan sumpah setia pada Konstitusi Amerika Serikat, Trump akan menyampaikan pidato pelantikan yang sudah dinantikan oleh banyak pihak, baik pendukungnya maupun para pengkritiknya.  

Setelah prosesi pengambilan sumpah, Trump dijadwalkan menghadiri makan siang kenegaraan bersama anggota Kongres AS. Dalam acara tersebut, biasanya Presiden yang baru dilantik akan menyampaikan visi singkat pemerintahannya dan berbincang langsung dengan para senator dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari kedua partai.  

Puncak acara pelantikan hari ini akan ditutup dengan parade kenegaraan di Capital One Arena, di mana Trump akan meninjau pasukan militer sebagai Panglima Tertinggi. Parade ini menjadi simbol tradisional pengakuan terhadap Presiden baru sebagai pemimpin angkatan bersenjata.  

Malam harinya, beberapa pesta pelantikan akan digelar, seperti "Pesta Panglima Tertinggi," "Pesta Pelantikan Liberty," dan "Pesta Cahaya Bintang." Trump dan keluarganya dijadwalkan menghadiri acara-acara tersebut untuk menyampaikan pidato dan menyapa para pendukungnya.  

Fokus Kebijakan Trump di Periode Kedua

Pelantikan ini tidak hanya menjadi simbol kembalinya Trump ke Gedung Putih, tetapi juga awal dari berbagai kebijakan yang akan dijalankan dalam masa pemerintahannya. Trump telah menjanjikan fokus pada sejumlah isu utama, seperti keamanan perbatasan, pengurangan imigrasi ilegal, dan peningkatan produksi energi domestik.  

Salah satu kebijakan yang paling kontroversial adalah rencananya untuk mendeportasi imigran tanpa dokumen secara massal. Trump berpendapat bahwa kebijakan ini penting untuk melindungi kepentingan rakyat Amerika, menciptakan lapangan kerja bagi warga negara, dan memperkuat keamanan nasional. Namun, para pengkritik berpendapat bahwa langkah ini berpotensi menyebabkan dampak sosial yang besar, termasuk pemisahan keluarga dan ketegangan di masyarakat multikultural AS.  

Selain itu, Trump juga berencana untuk melanjutkan kebijakan "America First" yang menjadi ciri khas pemerintahannya di periode pertama. Kebijakan ini menekankan prioritas pada kepentingan domestik, termasuk dalam bidang perdagangan, industri, dan hubungan luar negeri. Dalam pidatonya nanti, Trump diperkirakan akan menegaskan kembali komitmennya untuk membawa kembali lapangan kerja ke Amerika dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.  

Tanggapan Publik Internasional

Pelantikan Donald Trump untuk masa jabatan keduanya mendapat respons beragam dari berbagai pihak. Para pendukungnya, terutama dari kalangan konservatif dan sayap kanan, melihat kemenangan Trump sebagai bukti bahwa rakyat Amerika masih percaya pada visinya untuk "Membuat Amerika Hebat Lagi." Mereka berharap Trump akan melanjutkan kebijakan pro-bisnis dan pendekatan keras terhadap isu-isu seperti keamanan dan imigrasi.  

Namun, pelantikan ini juga memicu kekhawatiran dari kelompok oposisi dan komunitas internasional. Beberapa pemimpin dunia telah menyatakan keprihatinan atas potensi dampak kebijakan Trump terhadap kerja sama multilateral dan stabilitas global. Kebijakan luar negeri Trump yang cenderung unilateral di masa lalu, termasuk penarikan AS dari perjanjian internasional seperti Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim, telah menimbulkan ketegangan dengan sekutu-sekutu tradisional AS.  

Sejumlah pemimpin dunia, seperti Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, mengucapkan selamat atas pelantikan Trump, tetapi juga menekankan pentingnya kerja sama dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi.  

Di sisi lain, tokoh-tokoh konservatif dari berbagai negara, seperti Nigel Farage dari Inggris dan Jair Bolsonaro dari Brasil, secara terbuka menyambut pelantikan Trump dengan antusiasme. Mereka melihat Trump sebagai inspirasi bagi gerakan sayap kanan global yang menentang arus liberalisme dan globalisasi.  

Pelantikan ini juga tidak lepas dari kritik. Banyak pihak mempertanyakan apakah Trump mampu memimpin AS dengan pendekatan yang lebih inklusif dan memperhatikan kepentingan seluruh rakyat, bukan hanya basis pendukungnya. Selama masa kampanye, retorika Trump sering kali dianggap memecah belah, dan hal ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya polarisasi di masyarakat.  

Meski demikian, beberapa analis politik menilai bahwa masa jabatan kedua ini memberikan kesempatan bagi Trump untuk memperbaiki citranya sebagai pemimpin. Jika Trump mampu mengadopsi pendekatan yang lebih moderat dan fokus pada kebijakan yang bermanfaat bagi rakyat secara luas, ia berpeluang meninggalkan warisan yang lebih positif di akhir masa jabatannya.  

Hari ini, seluruh dunia akan menyaksikan momen pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat untuk kedua kalinya. Acara ini bukan hanya sekadar seremoni, tetapi juga awal dari babak baru dalam sejarah politik AS.  

Kembalinya Trump ke kursi kepresidenan membawa harapan sekaligus tantangan bagi Amerika dan dunia. Dengan janji untuk membawa perubahan besar, Trump kini dihadapkan pada tugas berat untuk memenuhi harapan pendukungnya, meredakan kekhawatiran para pengkritiknya, dan membuktikan bahwa kepemimpinannya mampu membawa Amerika Serikat ke arah yang lebih baik.  

Dalam pidato pelantikannya nanti, Trump diharapkan memberikan gambaran yang jelas tentang visinya untuk masa depan Amerika. Dunia kini menantikan langkah pertama Trump sebagai Presiden AS ke-47, sebuah langkah yang akan menentukan arah kebijakan AS dalam empat tahun ke depan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun