Wacana pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri kembali menjadi perhatian publik usai pernyataan Megawati pada peringatan hari ulang tahun PDI-P, pada 10 Januari yang lalu. Meski hubungan diantara keduanya diklaim baik, kenyataannya pertemuan yang direncanakam tersebut belum juga bisa terwujud. Mengetahui hal ini tentu membuat publik memunculkan sejumlah pertanyaan, tentang apa yang menjadi penghalang utama pertemuan ini, dan apa sebenarnya makna politik dari momen yang ditunggu-tunggu banyak pihak ini?
Pesan Prabowo Melalui Sidarto
Spekulasi soal keinginan Prabowo untuk bertemu Megawati mencuat setelah sebuah video berdurasi 30 detik tersebar di media sosial. Dalam video tersebut, politikus senior PDI-P Sidarto Danusubroto tampak membisikkan pesan kepada Megawati saat menghadiri HUT PDI-P. Pesan tersebut, yang kemudian diulang oleh Puan Maharani, menyebut bahwa "Presiden Prabowo minta ketemu sama Mama."
Momen ini menunjukkan adanya itikad dari Prabowo untuk menjalin komunikasi langsung dengan Megawati. Namun, meskipun kedua belah pihak mengaku ingin bertemu, fakta bahwa pertemuan ini belum terlaksana menimbulkan berbagai interpretasi, terutama terkait konteks politik pasca-Pilpres 2024.
Hubungan Prabowo-Megawati
Prabowo dan Megawati memiliki sejarah panjang dalam dunia politik Indonesia. Keduanya pernah berkoalisi pada Pemilu 2009, di mana Prabowo menjadi calon wakil presiden mendampingi Megawati. Namun, hubungan tersebut sempat merenggang setelah kekalahan mereka dalam pemilu, terutama ketika Prabowo memilih jalur politik berbeda dalam tahun-tahun berikutnya.
Meski demikian, hubungan personal antara keduanya kerap disebut tetap harmonis. Megawati beberapa kali menyatakan rasa hormatnya kepada Prabowo, dan Prabowo pun mengaku memiliki hubungan baik dengan Megawati. Namun, dalam konteks politik, terutama setelah PDI-P dan Gerindra berada di kubu yang berseberangan selama Pilpres 2024, dinamika hubungan ini menjadi lebih kompleks.
Mengapa Pertemuan Sulit Terjadi?
Seperti yang dilansir dari Kompas.com, Menurut Agung Baskoro, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, salah satu alasan utama mengapa pertemuan ini sulit diwujudkan adalah karena sensitivitas politiknya. Jika pertemuan terjadi saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih menjabat, hal ini bisa menimbulkan persepsi yang kurang baik. Terlebih, Jokowi dan Megawati baru saja bersaing dalam Pilpres 2024, di mana Jokowi mendukung pasangan yang berbeda dengan PDI-P.
Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa dinamika internal PDI-P memengaruhi keputusan Megawati. Sebagai partai politik besar dengan sejarah panjang, PDI-P memiliki banyak pertimbangan strategis yang harus dipikirkan sebelum mengambil langkah politik besar, termasuk bertemu dengan Presiden Prabowo.