Pada Hari Rabu, tanggal 15 Januari 2025, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata di Gaza.Â
Kesepakatan ini, yang dimediasi oleh Qatar, dijadwalkan berlaku mulai hari Minggu, tanggal 19 Januari 2025. Dalam fase pertama, gencatan senjata ini akan berlangsung selama enam pekan atau 42 hari. Â
Ada tiga poin penting dalam fase awal ini, yakni penarikan pasukan militer Israel dari Gaza, pertukaran sandera dan tahanan, serta masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk meredakan ketegangan di wilayah yang sudah terlalu lama dilanda konflik. Â
Apa yang akan Terjadi di Fase Pertama? Â
Salah satu langkah awal adalah penarikan pasukan Israel dari Gaza. Ini menjadi sinyal positif yang diharapkan bisa mengurangi ketegangan. Selama ini, kehadiran militer Israel di Gaza sering menjadi pemicu bentrokan dan memperburuk kondisi warga. Â
Kedua, akan ada pertukaran sandera dan tahanan. Hamas telah setuju untuk membebaskan 33 sandera, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Sebagai gantinya, Israel juga akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina. Pertukaran ini menjadi momen simbolis yang menunjukkan bahwa kedua pihak siap untuk membuat kompromi demi perdamaian. Â
Yang tak kalah penting adalah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Kondisi warga Gaza sudah sangat memprihatinkan akibat konflik berkepanjangan. Dengan adanya bantuan, diharapkan mereka bisa mendapatkan akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan. Â
Langkah Kecil, Harapan Besar Â
Bagi rakyat Gaza, gencatan senjata ini membawa harapan baru. Setelah bertahun-tahun hidup dalam situasi penuh tekanan, kesepakatan ini mungkin bisa menjadi awal dari perubahan.Â
Seorang pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, menyebut kesepakatan ini sebagai "keuntungan besar" yang menunjukkan kegagalan Israel mencapai tujuan militernya. Â