Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Logika, Prinsip-Prinsip Penalaran yang Sahih Bagi Manusia

9 Januari 2025   06:15 Diperbarui: 9 Januari 2025   04:21 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Proses berfikir secara logis (image source: wordstoplato.com)

- Kesimpulan: John adalah makhluk hidup.

Dalam contoh ini, kesimpulan bahwa "John adalah makhluk hidup" tidak bisa disangkal jika premis pertama dan kedua sudah diterima sebagai kebenaran. Proses deduktif ini menghasilkan kesimpulan yang pasti dan tidak bisa salah, selama premis yang digunakan sudah benar. Oleh karena itu, logika deduktif sering digunakan dalam sains dan matematika, di mana kesimpulan yang diperoleh harus bisa diterima sebagai kebenaran mutlak berdasarkan premis-premis yang sudah terbukti.

Logika deduktif memberi kita cara yang jelas dan terstruktur untuk sampai pada kesimpulan yang valid. Namun, kelemahan dari logika deduktif adalah bahwa kesimpulannya hanya akan benar jika premis-premis yang digunakan juga benar. Jika ada kesalahan dalam premis, maka kesimpulan yang dihasilkan akan menjadi salah, meskipun proses penarikan deduksi yang dilakukan benar. Oleh karena itu, meskipun logika deduktif sangat kuat dalam memberikan kepastian, ia bergantung pada kualitas dan kebenaran premis yang ada di awal.

Logika Induktif

Menarik Generalisasi dari Observasi atau Bukti Terbatas.

Selain logika deduktif, ada juga pendekatan lain yang disebut logika induktif. Berbeda dengan deduksi yang menghasilkan kesimpulan pasti dari premis yang sudah jelas, logika induktif bekerja dengan cara membuat generalisasi berdasarkan bukti-bukti terbatas atau pengamatan yang kita lakukan. Dengan kata lain, logika induktif berusaha menemukan pola atau tren dari sejumlah data atau pengalaman tertentu, dan dari pola itu, kita membuat kesimpulan yang lebih luas.

Sebagai contoh, misalnya kita mengamati bahwa matahari selalu terbit di pagi hari, setiap hari. Berdasarkan pengamatan ini, kita kemudian membuat generalisasi bahwa "matahari akan selalu terbit di pagi hari". Namun, meskipun pengamatan ini sangat kuat dan dapat diandalkan berdasarkan pengalaman kita, kesimpulan induktif ini tidak memberikan jaminan kepastian absolut. Ada kemungkinan bahwa di masa depan, ada sesuatu yang terjadi yang mengubah pola tersebut (misalnya, fenomena alam yang tak terduga).

Dengan demikian, logika induktif memberi kita kesimpulan yang bersifat probabilistik atau kemungkinan, bukan kepastian. Proses induktif lebih sering digunakan dalam ilmu pengetahuan empiris, di mana pengamatan terhadap dunia nyata digunakan untuk membangun teori dan hukum ilmiah. Namun, meskipun logika induktif sangat berguna, ia tetap memiliki kelemahan dalam hal ketidakpastian. Kita tidak bisa selalu memastikan bahwa generalisasi yang kita buat dari pengamatan terbatas itu akan selalu berlaku.

Logika Formal

Menggunakan Simbol untuk Memahami Struktur Argumen

Pendekatan ketiga dalam logika adalah logika formal. Logika formal berbeda dari logika deduktif dan induktif karena lebih fokus pada bentuk atau struktur argumen itu sendiri daripada pada konten atau isi dari argumen. Dalam logika formal, argumen ditulis menggunakan simbol-simbol matematis dan bahasa formal yang memungkinkan kita untuk memeriksa validitas argumen tanpa terpengaruh oleh makna atau konteks tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun