Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, Penulis dan Analis Sosial

Hidup dimulai dari mimpi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Indonesia Secara Resmi Bergabung ke dalam BRICS, Apa Untungnya?

7 Januari 2025   12:36 Diperbarui: 7 Januari 2025   12:36 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa Perwakilan Negara Anggota dalam KTT BRICS (image source: metrotvnews.com)

Indonesia telah mencatatkan langkah bersejarah dengan secara resmi menjadi anggota penuh BRICS, aliansi negara-negara berkembang dengan perekonomian besar. Pengumuman ini datang dari Brasil pada Senin (6/1/2025), sebuah momen yang dipandang strategis untuk memperkuat kerja sama antarnegara di belahan dunia Selatan. Bagi Indonesia, ini bukan hanya soal keanggotaan, tetapi juga peluang untuk memperluas pengaruh di kancah global.

Bayangkan BRICS sebagai meja besar dengan kursi-kursi yang diisi oleh negara-negara seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Kini, Indonesia resmi duduk di salah satu kursi itu. Di meja ini, mereka berbicara tentang bagaimana dunia bisa lebih adil bagi negara berkembang. Negara-negara ini menyusun strategi agar tidak lagi bergantung sepenuhnya pada aturan main negara maju yang sering kali lebih menguntungkan mereka.

Mengapa Indonesia memutuskan untuk duduk di meja itu? Jawabannya sederhana: untuk memperjuangkan kepentingan bersama negara-negara berkembang dan memanfaatkan peluang kerja sama ekonomi yang lebih besar. Sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan perekonomian yang terus tumbuh, Indonesia memiliki daya tawar yang kuat. 

Potensi Minyak Murah dari Rusia

Mari kita lihat contoh yang sangat relevan bagi masyarakat Indonesia: minyak. Selama ini, pemerintah Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengelola subsidi bahan bakar minyak (BBM). Bebannya sangat besar sehingga menjadi salah satu pos pengeluaran terbesar dalam anggaran negara. Kini, dengan bergabung ke BRICS, Indonesia punya peluang untuk membeli minyak mentah dari Rusia dengan harga lebih murah. Mengapa? Karena minyak Rusia banyak mendapat embargo dari negara-negara Barat, membuat mereka perlu mencari pasar baru.

Bayangkan jika pemerintah berhasil mendapatkan minyak dengan harga yang jauh lebih rendah. Dampaknya, subsidi BBM bisa ditekan, dan anggaran yang biasanya habis untuk subsidi bisa dialihkan ke sektor lain, seperti pendidikan atau kesehatan. Namun, di balik peluang ini, ada risiko. Negara-negara Barat mungkin tidak senang dengan langkah tersebut dan memberikan tekanan politik atau ekonomi kepada Indonesia.

 Berbeda dengan Sistem Barat

Salah satu alasan menarik lainnya adalah sistem kerja sama yang ditawarkan BRICS. Selama ini, transaksi antarnegara biasanya menggunakan sistem SWIFT, yang didominasi negara Barat. BRICS menawarkan alternatif melalui sistem SWAP, yang memungkinkan transaksi lebih fleksibel dan tidak terlalu terikat pada aturan negara maju. Misalnya, Indonesia bisa berdagang langsung dengan India atau China tanpa harus bergantung pada mata uang dolar AS. Ini tentu membuka jalan bagi hubungan dagang yang lebih mudah dan murah.

Namun, perubahan sistem ini juga menuntut Indonesia untuk beradaptasi. Seperti halnya orang yang terbiasa menggunakan kartu kredit harus belajar menggunakan dompet digital baru, Indonesia juga perlu mempersiapkan infrastruktur keuangan yang sesuai dengan sistem SWAP ini. 

Tantangan Geopolitik Indonesia

Tidak semua pihak menyambut keputusan ini dengan tangan terbuka. Beberapa negara Barat mungkin melihat langkah Indonesia sebagai keberpihakan pada blok tertentu, terutama karena BRICS kerap dipandang berseberangan dengan kepentingan negara-negara maju. Sebagai contoh, hubungan Indonesia dengan organisasi seperti OECD bisa terpengaruh, mengingat banyak anggota OECD adalah negara-negara Barat yang memiliki pandangan berbeda terhadap Rusia atau China.

Namun, Indonesia bukanlah pemain baru dalam diplomasi. Sebagai negara yang pernah menjadi motor gerakan Non-Blok, Indonesia memiliki rekam jejak dalam menjaga keseimbangan hubungan antara blok-blok besar dunia. Pemerintah hanya perlu memastikan bahwa kepentingan nasional tetap menjadi prioritas utama, baik dalam hubungan dengan BRICS maupun dengan negara-negara lain.

Kesempatan untuk Negara Berkembang

Bagi banyak negara berkembang, BRICS adalah semacam klub eksklusif yang menawarkan peluang baru. Dinna Prapto Raharja, pendiri Synergy Policies, menyebut bahwa Indonesia kini bisa menjadi bagian dari jaringan perdagangan global yang lebih inklusif. Jika sebelumnya Indonesia kesulitan menembus pasar negara maju karena berbagai hambatan, melalui BRICS, Indonesia bisa bekerja sama dengan negara-negara berkembang lain untuk saling mendukung.

Bayangkan seorang petani kecil di Indonesia yang selama ini sulit menjual hasil panennya ke pasar internasional karena berbagai aturan ketat. Dengan kerja sama yang lebih erat melalui BRICS, petani tersebut mungkin bisa melihat produknya di pasar-pasar negara anggota BRICS tanpa harus menghadapi hambatan yang sama seperti sebelumnya.

Indonesia telah memasuki era baru dengan menjadi bagian dari BRICS. Namun, jalan ke depan tidak akan selalu mulus. Tantangan politik, ekonomi, dan diplomasi akan terus mengiringi perjalanan ini. Namun, dengan strategi yang tepat, langkah ini bisa menjadi pintu gerbang bagi Indonesia untuk memainkan peran lebih besar di dunia internasional. 

Keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga dukungan masyarakat dan pelaku ekonomi yang siap mengambil peluang dari kerja sama ini. Seperti pepatah lama, "Bersama kita bisa," keanggotaan BRICS adalah panggung bagi Indonesia untuk membuktikan bahwa kerja sama global dapat membawa manfaat nyata bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun