Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ketika Kehilangan Mengajarkan Kita, dalam Film "Bila Esok Ibu Telah Tiada" (2024)

3 Desember 2024   05:30 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:20 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film "Bila Esok Ibu Tiada", 2024. (Image Source: Trenz Indonesia).

Dialog-dialog yang ditulis dengan cermat menjadi kekuatan film ini. Tak ada kesan dramatisasi berlebihan; semuanya mengalir seperti percakapan sehari-hari yang menyentuh inti hubungan keluarga.  

 Menggugah Perasaan Penonton

Penggarapan visual film ini memperkuat emosi yang ingin disampaikan. Sutradara Leo Pictures menggunakan palet warna hangat untuk menggambarkan keintiman keluarga, sementara nuansa gelap dan bayangan kuat digunakan saat konflik memuncak. Musik latar yang lembut namun menghantui menambah kedalaman emosi, terutama dalam adegan-adegan di mana Rahmi berjuang seorang diri di tengah keheningan rumahnya.  

Salah satu adegan yang paling membekas adalah ketika Rahmi diam-diam menulis surat kepada anak-anaknya di meja makan. Dengan suara narasi Rahmi yang bergetar, surat itu berisi harapan dan cinta yang tulus, seolah menjadi pesan terakhir seorang ibu kepada anak-anaknya. Adegan ini begitu sederhana, namun mampu menguras air mata.  

Ketika Kehilangan Menjadi Guru Terbaik

Puncak cerita adalah momen yang telah diprediksi sejak awal yaitu kepergian Rahmi. Namun, film ini tidak sekadar menghadirkan kehilangan sebagai tragedi. Sebaliknya, ia menggambarkan bagaimana kematian bisa menjadi guru terbaik bagi mereka yang ditinggalkan.  

Keempat saudara yang sebelumnya terpecah belah mulai merenungi kesalahan mereka. Ranika belajar bahwa menjadi pemimpin keluarga bukan berarti memaksakan kehendak. Rangga menemukan keberanian untuk mengejar mimpinya tanpa melupakan tanggung jawab. Rania mulai memahami arti dari kehadiran keluarga, sementara Hening, dengan kepolosannya, menjadi pengikat yang menyatukan mereka kembali.  

Momen ini disampaikan dengan lembut, tanpa terkesan memaksa penonton untuk merasa sedih. Sebaliknya, ia memberikan ruang bagi penonton untuk merenung tentang hubungan mereka sendiri dengan orang tua dan saudara.  

Keistimewaan dari film "Bila Esok Ibu Telah Tiada" bukan sekadar film drama keluarga biasa. Film ini adalah adalah surat cinta untuk semua ibu yang pernah mengorbankan segalanya demi anak-anaknya. Dengan cerita yang penuh emosi, akting yang kuat, dan sinematografi yang menggugah, film ini berhasil menjadi cerminan kehidupan sehari-hari yang dekat dengan hati banyak orang.  

Film ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai keberadaan seorang ibu, tidak hanya setelah kepergiannya, tetapi selama ia masih ada di samping kita. Sebuah pelajaran berharga yang disampaikan dengan kejujuran dan ketulusan.  

Jika ada satu pesan yang bisa dibawa pulang dari film ini, itu adalah: cinta seorang ibu adalah anugerah terbesar yang pernah kita miliki. Jangan pernah menyia-nyiakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun