Nanti Kita Cerita Tentang hari ini, atau lebih akrab dikenal sebagai NKTCHI adalah sebuah film drama Indonesia yang sangat menyentuh dari, disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko dan diadaptasi dari kompilasi kutipan karya Marchella FP. dari bukunya yang berjudul sama. Film ini menawarkan gambaran tentang keluarga yang terperangkap dalam ketegangan emosional dan rahasia yang disembunyikan, yang seiring berjalannya waktu mempengaruhi setiap anggota keluarga. Dibintangi oleh Sheila Dara Aisha, Rio Dewanto, dan Rachel Amanda, film ini mengisahkan perjalanan hidup keluarga yang seolah tampak sempurna di luar, namun penuh dengan ketegangan di dalamnya.
Cerita dimulai dengan memfokuskan pada keluarga Ayah, Ibu, dan ketiga anak mereka, Â yakni Angkasa, Aurora dan Awan. Keluarga ini tinggal dalam rumah yang nyaman, namun di balik kebahagiaan yang terlihat, ada perasaan cemas yang terpendam. Keputusan untuk berpura-pura bahagia, meskipun ada masalah yang sedang menghantui mereka, menjadi bagian penting dalam dinamika film ini. Rendi, sebagai sosok ayah yang tegas, memiliki pandangan hidup yang penuh harapan, tetapi terkadang keras dalam memperlakukan anak-anaknya. Erika, sang ibu, berusaha menjaga kestabilan emosional keluarga, namun ia juga dihantui oleh perasaan kesepian dan keraguan.
Puncak dari film ini terjadi ketika rahasia keluarga mereka perlahan-lahan terungkap. Ketika Angkasa, sang anak pertama, mulai merasa tertekan dengan ekspektasi tinggi yang dipasang oleh orangtuanya, serta perasaan terabaikan karena dianggap sebagai anak yang sudah dewasa. Sementara itu, Aira, sang adik, tampaknya selalu berada di bawah bayang-bayang kakaknya dan berusaha mencari tempatnya sendiri di dalam keluarga. Ketegangan ini menciptakan ruang bagi penonton untuk merasakan betapa rapuhnya hubungan keluarga yang seringkali terlihat kuat.
Yang membuat film ini begitu mengharukan adalah cara penuturan yang sangat intim dan relatable. Penonton diajak untuk masuk lebih dalam ke dalam dinamika keluarga yang seringkali disembunyikan dari pandangan luar. Tak hanya itu, film ini juga membahas tema penting tentang tekanan sosial dan mental yang dialami oleh individu yang berusaha mempertahankan citra kesempurnaan. Hal ini sangat terasa terutama bagi karakter Angkasa, yang merasa dirinya harus menjadi contoh sempurna, padahal ia juga sedang bergulat dengan masalah internal yang besar.
Aurora, yang diperankan dengan sangat mendalam oleh Sheila Dara Aisha, adalah anak tengah dalam keluarga yang sering kali merasa terabaikan. Ia merasa dirinya terperangkap dalam ketegangan antara kakaknya, Angkasa, yang selalu menjadi perhatian utama, dan adiknya, Awan, yang sering kali terlihat lebih dimanjakan. Sebagai anak tengah, Aurora merasakan kesulitan dalam mencari tempatnya sendiri di antara dua saudara yang memiliki peran yang lebih jelas dalam keluarga. Perasaan terabaikan ini digambarkan dengan sangat kuat oleh Sheila, yang mampu menampilkan ketegangan emosional yang dialami Aurora.
Kale, yang diperankan oleh Ardhito Pramono, hadir sebagai sosok yang memberikan ketenangan bagi Awan, sang adik yang sering kali terombang-ambing oleh perasaan tidak dihargai. Kale adalah kekasih Awan yang tidak hanya sekadar teman, tetapi juga tempat curhat dan sandaran yang sangat dibutuhkan Awan. Ardhito berhasil membangun chemistry yang mendalam antara Kale dan Awan, dengan memperlihatkan bagaimana Awan merasa dimengerti dan diterima oleh Kale, di tengah ketegangan yang terjadi dalam keluarganya.
Sementara itu, hubungan antara Awan dan Kale memberikan dimensi emosional yang kuat dalam film ini. Meskipun Awan memiliki keluarga yang penuh dengan perasaan tidak terucapkan, Kale menjadi sosok yang mampu memberikan pemahaman dan ketenangan. Kale membantu Awan untuk menemukan jalan keluar dari kebingungannya, dan membantunya untuk lebih percaya pada dirinya sendiri. Dengan cara yang sederhana, Kale menunjukkan bahwa cinta bisa menjadi penyembuh yang lebih dari sekadar romantisme, tetapi juga sebagai ruang untuk menyembuhkan luka batin.
Aurora, di sisi lain, merasa terasing karena kesulitan untuk diterima dalam keluarganya. Dia merasa jauh dari kedua saudaranya yang lebih dominan, dan meskipun keluarganya berusaha untuk tetap terlihat utuh, Aurora merasa seperti berada di luar lingkaran. Hal ini memperlihatkan betapa pentingnya komunikasi dalam keluarga untuk menghindari perasaan tidak dihargai yang sering kali muncul tanpa disadari. Keberadaan Kale bagi Awan menjadi cermin dari apa yang mungkin dibutuhkan oleh Aurora, yaitu seseorang yang benar-benar mendengarkan dan memahami perasaannya tanpa menghakimi.
Film ini memberikan gambaran tentang betapa sulitnya hidup dengan harapan-harapan yang terlalu besar, yang pada akhirnya mengarah pada rasa frustasi dan perasaan tidak dihargai. Begitu juga dengan Awan yang merasa hidup dalam bayang-bayang kakaknya, serta merasakan bahwa ia tidak pernah cukup baik di mata orangtuanya. Dalam perjalanan cerita, keduanya mencoba untuk menemukan cara untuk berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan mereka. Namun, tanpa dukungan dari orangtua yang saling berbicara terbuka, keduanya terperangkap dalam kebisuan yang menghancurkan hubungan mereka.
Keindahan film ini bukan hanya terletak pada plotnya, tetapi juga pada kemampuan untuk menunjukkan perasaan dengan cara yang sederhana namun mendalam. Setiap karakter dalam film ini memiliki lapisan emosi yang kuat, membuat penonton merasa mereka bisa benar-benar memahami apa yang dialami oleh karakter tersebut. Perasaan bingung, kesepian, dan kekesalan, semuanya disampaikan dengan cara yang begitu halus dan realistis.