Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Analisis Deduktif ala Sherlock Holmes

2 Desember 2024   14:25 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:30 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sherlock Holmes, nama ini udah kayak sinonim dari kata “genius.” Nggak Cuma detektif paling terkenal sepanjang masa, Holmes adalah master sejati dari analisis deduktif. Tapi tunggu dulu, analisis deduktif itu apa, sih? Singkatnya, ini adalah metode menarik kesimpulan dari fakta-fakta kecil yang kelihatannya nggak penting, lalu menyatukannya menjadi gambaran besar.

Bayangkan kamu lagi main puzzle. Potongan-potongan kecil itu mungkin keliatan acak, tapi kalau kamu tahu gimana cara menyusunnya, tiba-tiba semuanya masuk akal. Nah, Holmes hidup di dunia di mana puzzle itu adalah kasus kriminal, dan dia selalu berhasil menyelesaikannya dengan gaya yang bikin kagum (dan kadang bikin iri juga).

Di artikel ini, saya akan mengulas beberapa analisa saya tentang bagaimana Holmes mempraktikkan analisis deduktifnya. Siapin camilan, karena kita bakal masuk ke dunia logika, detail kecil, dan, tentu aja, sedikit drama kriminal.

Apa Itu Analisis Deduktif?

Oke, kita mulai dari definisi dasar. Deduksi adalah proses berpikir dari fakta umum ke kesimpulan spesifik. Ini beda sama induksi, yang dimulai dari fakta spesifik ke kesimpulan umum. Holmes adalah rajanya deduksi. Dia nggak pernah asal tebak. Semua kesimpulan yang dia ambil didasarkan pada fakta-fakta yang ada di depannya. Dan yang bikin dia keren? Dia bisa ngeliat fakta yang kebanyakan orang lewatkan.

Sebagai contoh dalam kasus “A Study in Scarlet”. Holmes menunjukkan deduksinya yang super keren saat pertama kali bertemu Dr. Watson. Dia langsung tahu kalau Watson adalah seorang dokter militer yang baru pulang dari Afghanistan. Gimana caranya? Holmes memperhatikan postur tubuh Watson yang sedikit kaku, menunjukkan dia pernah cedera.

Dia melihat kulit tangan Watson yang lebih gelap daripada wajahnya, tanda bahwa dia pernah berada di bawah sinar matahari yang kuat. Lalu, dia menghubungkan fakta itu dengan perang besar yang baru saja terjadi di Afghanistan. Watson adalah dokter militer yang cedera di medan perang. Deduksi yang baik dimulai dengan pengamatan detail, diikuti dengan logika yang kuat untuk menghubungkan fakta-fakta itu.

Contoh lainnya dalam kasus “Silver Blaze”. Dalam kasus ini, Holmes menghadapi kasus hilangnya kuda pacuan terkenal dan pembunuhan pelatihnya. Salah satu deduksi paling terkenal Holmes berasal dari hal yang tidak terjadi: anjing penjaga tidak menggonggong pada malam kejadian.

Dalam kejadian ini Anjing tidak menggonggong. Sedang, Anjing biasanya menggonggong jika melihat orang asing. Dalam kasus ini bisa diketahui kalau Pelaku adalah seseorang yang dikenal anjing itu. Ini adalah contoh bagaimana sesuatu yang tidak ada (dalam hal ini, suara anjing menggonggong) bisa menjadi petunjuk yang sangat penting.

Sebagai contoh lainnya,dalam kasus “The Adventure of the Blue Carbuncle”.Dalam kasus di cerita ini, Holmes menemukan sebuah permata langka di dalam perut seekor angsa. Permata itu dicuri, dan Holmes harus menemukan siapa pelakunya. Dia menggunakan analisis deduktif untuk melacak asal-usul angsa tersebut. Dia memulai dengan memeriksa tanda di leher angsa yang menunjukkan dari mana angsa itu berasal. Dia mewawancarai penjual angsa dan menghubungkannya dengan pemilik asli angsa tersebut. Semua ini dilakukan dengan menggabungkan fakta kecil, seperti pola bulu dan cara angsa itu ditangkap.Permata itu sengaja disembunyikan di dalam angsa oleh pencuri yang ceroboh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun