Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengapa Pernikahan Jadi Momok yang Menakutkan Bagi Generasi ini?

28 Oktober 2024   16:20 Diperbarui: 28 Oktober 2024   16:23 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengatasi trauma bukanlah hal yang mudah, tetapi itu adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kita bisa membangun hubungan yang sehat dan bahagia di masa depan. Dengan mengenali luka-luka masa lalu dan berusaha untuk menyembuhkannya, kita memberikan diri kita kesempatan untuk memulai pernikahan tanpa beban emosional yang berlebihan.

 Menikah dengan Fikiran Terbuka dan Menyikapi Hidup secara Realistis

Menikah adalah keputusan besar yang membawa tanggung jawab besar pula. Namun, ketakutan terhadap pernikahan sering kali berasal dari kesalahpahaman, trauma masa lalu, atau ekspektasi yang tidak realistis. Bagi mereka yang merasa takut menikah, penting untuk mengenali sumber ketakutan tersebut dan berusaha menghadapinya dengan cara yang sehat.

Pernikahan bukanlah akhir dari kebahagiaan, tetapi awal dari perjalanan yang penuh tantangan dan kesempatan untuk tumbuh bersama. Dengan menyadari bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna dan bahwa konflik adalah bagian dari kehidupan, kita bisa melihat pernikahan sebagai sesuatu yang manusiawi dan dapat dikelola.

Penting untuk menyembuhkan diri dari trauma sebelum melangkah ke pernikahan dan memastikan bahwa kita memiliki hubungan yang didasarkan pada komunikasi yang baik, kepercayaan, dan empati. Ketakutan terhadap pernikahan bisa dikurangi dengan pemahaman yang lebih baik tentang apa itu pernikahan sebenarnya---bukan sekadar fantasi yang penuh kebahagiaan, tetapi sebagai proses yang memerlukan usaha, komitmen, dan kesabaran dari kedua belah pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun