Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengapa Pernikahan Jadi Momok yang Menakutkan Bagi Generasi ini?

28 Oktober 2024   16:20 Diperbarui: 28 Oktober 2024   16:23 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pernikahan sumber gambar: tirto.id

Pengaruh tekanan dan Ekspektasi Sosial

Ketakutan terhadap pernikahan juga bisa disebabkan oleh tekanan sosial dan ekspektasi yang tak realistis terhadap kehidupan rumah tangga. Kita hidup di masyarakat yang sering kali memandang pernikahan sebagai sesuatu yang ideal, dengan harapan bahwa semua masalah akan hilang begitu dua orang menikah. Sayangnya, realitas tidak selalu seindah itu.

Konflik dalam rumah tangga adalah hal yang wajar dan sering terjadi, tetapi bagi sebagian orang, melihat konflik ini bisa sangat membebani. Mungkin mereka melihat orang tua atau kerabat dekat sering bertengkar dan merasa bahwa pernikahan hanya membawa konflik yang tidak bisa dihindari. Mereka melihat betapa sulitnya menjaga hubungan agar tetap harmonis dan merasa tidak yakin apakah mereka bisa menangani tekanan tersebut.

Selain itu, banyak orang merasa tertekan karena ekspektasi sosial yang tinggi terhadap pernikahan. Ada anggapan bahwa setelah menikah, kehidupan harus sempurna, segala sesuatunya harus berjalan mulus, dan tidak boleh ada masalah besar. Ekspektasi ini sangat tidak realistis dan bisa membuat seseorang merasa cemas dan tertekan. Mereka takut bahwa jika ada masalah, pernikahan mereka akan dianggap sebagai kegagalan, baik oleh diri mereka sendiri maupun oleh orang-orang di sekitar mereka.

Memahami Bahwa Konflik Adalah Bagian dari Hidup

Ketakutan terhadap pernikahan sering kali berasal dari kesalahpahaman tentang apa itu pernikahan sebenarnya. Banyak orang yang melihat pernikahan sebagai sesuatu yang harus sempurna dan bebas dari masalah. Ketika mereka melihat konflik dalam rumah tangga orang lain, mereka merasa bahwa konflik tersebut adalah tanda bahwa pernikahan itu gagal. Namun, kenyataannya adalah bahwa konflik adalah bagian alami dari setiap hubungan, termasuk pernikahan.

Setiap pasangan pasti akan menghadapi perbedaan pendapat, ketidaksepakatan, dan tantangan. Namun, yang membedakan hubungan yang sehat dari yang tidak sehat adalah cara pasangan tersebut menangani konflik. Bukannya menghindari atau takut akan konflik, lebih baik jika kita belajar bagaimana menyelesaikannya dengan cara yang konstruktif. Komunikasi yang baik, kesabaran, dan empati adalah kunci untuk menghadapi konflik dalam pernikahan.

Tidak ada pernikahan yang sempurna, dan itu adalah hal yang wajar. Yang penting adalah bagaimana pasangan dapat bekerja sama untuk mengatasi masalah yang muncul. Dengan memahami bahwa konflik adalah bagian dari perjalanan hidup bersama, seseorang dapat meredakan ketakutan mereka terhadap pernikahan. Pernikahan bukan tentang hidup tanpa masalah, tetapi tentang bagaimana kita dan pasangan dapat tumbuh bersama melalui setiap tantangan yang dihadapi.

Menghadapi Trauma Sebelum melangsungkan pernikahan

Jika ketakutan terhadap pernikahan berasal dari trauma, baik itu dari keluarga atau hubungan sebelumnya, maka langkah pertama yang perlu diambil adalah proses penyembuhan. Menikah tanpa terlebih dahulu menyembuhkan luka dari masa lalu hanya akan membawa masalah ke dalam hubungan yang baru. Trauma yang belum terselesaikan bisa menyebabkan ketidakpercayaan, ketakutan, dan kecemasan yang berlebihan dalam pernikahan.

Proses penyembuhan bisa berbeda untuk setiap orang. Beberapa orang mungkin membutuhkan waktu untuk sendirian, untuk memproses apa yang telah mereka alami, sementara yang lain mungkin memerlukan dukungan dari teman, keluarga, atau bahkan terapis. Tidak ada cara yang salah dalam menyembuhkan diri, yang penting adalah memastikan bahwa kita merasa siap dan sehat secara emosional sebelum memutuskan untuk menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun