Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Trauma Mengubah Persepsi Seseorang tentang Hidup dan Menjalani Kehidupan

28 Oktober 2024   15:10 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:14 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seseorang yang mengalami gejala Trauma. sumber gambar: Siloam Hospital

Setiap orang pasti memiliki cerita hidup masing-masing. Beberapa dari kita mungkin melalui masa kecil yang bahagia, hubungan yang sehat, dan dukungan tanpa henti dari orang-orang terdekat. Namun, bagi sebagian lainnya, hidup adalah perjalanan penuh luka yang dalam, penuh trauma dan kesulitan. Trauma, baik dalam bentuk fisik, emosional, atau psikologis, bisa mengubah cara seseorang memandang dunia, orang lain, dan diri mereka sendiri.

Trauma bukanlah sesuatu yang mudah dihadapi. Bahkan setelah peristiwa menyakitkan itu terjadi, dampaknya bisa terus menghantui seseorang selama bertahun-tahun, membentuk pola pikir dan reaksi mereka terhadap segala hal dalam hidup. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana trauma bisa mengubah persepsi seseorang tentang hidup, dan mengapa menemukan tempat dan telinga yang tepat untuk berbagi dan menyembuhkan sangat penting untuk melangkah maju.

Apa Itu Trauma?

Trauma adalah respons emosional dan psikologis terhadap peristiwa yang sangat menyakitkan atau mengancam. Peristiwa tersebut bisa berupa kehilangan orang yang dicintai, kecelakaan, kekerasan, pelecehan, atau bahkan pengalaman yang tampak lebih "ringan" tetapi meninggalkan luka yang mendalam. Trauma tidak selalu harus muncul dari peristiwa besar; hal-hal kecil yang terjadi berulang kali juga bisa menimbulkan efek yang sama.

Ketika seseorang mengalami trauma, otak dan tubuhnya bereaksi untuk melindungi diri. Sistem saraf kita diprogram untuk merespons bahaya dengan cara yang sangat primitif: "lawan, lari, atau membeku". Ini adalah mekanisme bertahan hidup alami kita. Namun, ketika bahaya sudah berlalu, respons ini sering kali masih ada dalam tubuh dan pikiran kita, mengubah cara kita merespons kehidupan sehari-hari.

Perubahan ini tidak selalu jelas dari luar, tetapi bagi orang yang mengalaminya, trauma bisa mengubah cara mereka melihat dunia. Mereka mungkin menjadi lebih waspada, cemas, atau takut terhadap situasi yang sebelumnya tampak biasa saja. Trauma juga bisa menyebabkan perasaan rendah diri, ketidakpercayaan pada orang lain, dan ketidakmampuan untuk merasakan kebahagiaan atau kepuasan.

Melihat Dunia dari Sisi Berbeda

Trauma bisa mengubah cara seseorang memandang hidup secara keseluruhan. Apa yang dulunya tampak normal atau aman, kini bisa terasa berbahaya. Dunia mungkin tampak lebih menakutkan, penuh dengan ancaman yang selalu siap menghancurkan. Orang yang pernah mengalami trauma cenderung merasakan ketidakpastian yang lebih besar dalam hidup, bahkan dalam hal-hal yang sebelumnya sederhana.

Misalnya, seseorang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga mungkin kesulitan mempercayai orang lain, bahkan orang yang mereka cintai. Mereka mungkin selalu waspada, merasa bahwa bahaya bisa datang kapan saja. Mereka mungkin merasa tidak aman di lingkungan yang dulu nyaman. Persepsi tentang orang-orang di sekitar mereka pun berubah; alih-alih melihat orang lain sebagai teman atau rekan, mereka mungkin melihatnya sebagai potensi ancaman.

Trauma juga bisa mengubah pandangan seseorang tentang diri mereka sendiri. Seseorang yang pernah mengalami trauma mungkin merasa rusak, tidak layak dicintai, atau tidak mampu menjalani hidup seperti orang lain. Mereka mungkin merasa terjebak dalam perasaan ini, seolah-olah masa lalu mereka mendefinisikan siapa mereka selamanya. Semua ini bisa membuat seseorang merasa putus asa dan tidak yakin apakah hidup bisa kembali normal.

Ketika Trauma Tidak Bisa Dihindari

Sering kali, trauma datang tanpa peringatan. Tidak ada cara untuk mengantisipasi kapan sesuatu yang buruk akan terjadi, dan inilah yang membuatnya sangat menakutkan. Tidak ada yang bisa mempersiapkan diri untuk kehilangan, kekerasan, atau kecelakaan yang merubah hidup. Begitu trauma terjadi, tidak ada cara untuk "menghapus" atau menghilangkan efeknya dalam sekejap. Yang bisa dilakukan adalah belajar untuk menghadapi dan mengatasi luka yang ditinggalkan oleh pengalaman tersebut.

Ketika seseorang telah melewati masa-masa hidup yang berat, mengharapkan diri mereka untuk segera "pulih" adalah hal yang tidak realistis. Trauma bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Bahkan setelah peristiwa yang memicu trauma selesai, rasa sakitnya bisa bertahan lama dan menyusup ke dalam setiap aspek kehidupan seseorang.

Banyak orang yang mengalami trauma merasa terjebak dalam siklus penderitaan. Mereka mungkin berpikir bahwa hidup tidak akan pernah sama lagi, bahwa luka yang mereka alami akan terus ada selamanya. Perasaan ini sangatlah nyata dan bisa membuat seseorang merasa tidak berdaya. Namun, meskipun trauma tidak bisa diantisipasi, bukan berarti hidup tidak bisa diperbaiki. Pemulihan adalah proses panjang yang membutuhkan dukungan dan komitmen, tetapi itu adalah hal yang mungkin untuk dicapai.

Upaya Memulihkan Diri Sendiri

Salah satu langkah paling penting dalam proses penyembuhan dari trauma adalah menemukan tempat yang aman untuk berbagi pengalaman dan perasaan. Setelah mengalami trauma, banyak orang merasa terisolasi dan sendirian. Mereka mungkin merasa bahwa tidak ada yang bisa memahami apa yang mereka rasakan, atau mereka takut untuk membagikan kisah mereka karena khawatir akan dihakimi atau diremehkan.

Namun, berbicara tentang pengalaman trauma kepada seseorang yang dapat mendengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa penilaian bisa sangat menyembuhkan. Ketika seseorang mendengarkan dengan tulus, mereka memberikan ruang bagi orang yang terluka untuk merasa didengar dan dihargai. Ini adalah langkah pertama menuju pemulihan, karena orang yang mengalami trauma bisa mulai mengurai beban emosional yang selama ini mereka simpan di dalam diri.

Proses penyembuhan dari trauma membutuhkan waktu dan kesabaran. Tidak ada satu solusi cepat yang bisa "menyembuhkan" luka yang mendalam ini. Namun, dengan dukungan yang tepat, baik dari keluarga, teman, atau profesional seperti terapis, seseorang bisa mulai membangun kembali hidup mereka. Mereka bisa belajar bagaimana menghadapi rasa takut, kecemasan, dan ketidakpercayaan yang muncul sebagai akibat dari trauma.

Menerima Bahwa Proses Penyembuhan Itu Tidak Instan

Salah satu hal yang sering kali sulit dipahami tentang penyembuhan dari trauma adalah bahwa prosesnya tidak linear. Seseorang mungkin merasa bahwa mereka telah pulih pada satu hari, tetapi kemudian merasa hancur pada hari berikutnya. Ini adalah bagian dari proses penyembuhan, dan sangat penting untuk memahami bahwa kemajuan bukanlah garis lurus.

Ada kalanya seseorang akan merasa kuat dan mampu menghadapi hidup dengan optimisme, tetapi ada juga saat-saat ketika trauma lama muncul kembali, membangkitkan rasa sakit dan ketakutan yang pernah dirasakan. Ini bukan tanda kegagalan, melainkan bagian dari perjalanan panjang menuju pemulihan.

Penting untuk bersikap lembut pada diri sendiri selama proses ini. Terkadang, kita merasa bahwa kita harus "pulang" dengan cepat, bahwa kita harus segera bangkit dan melupakan masa lalu. Namun, kenyataannya adalah bahwa penyembuhan dari trauma adalah proses yang memerlukan waktu. Butuh keberanian untuk menghadapi perasaan dan kenangan yang menyakitkan, tetapi setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah kemenangan.

Kehidupam Pasca Trauma

Trauma memang bisa mengubah hidup seseorang secara drastis. Itu bisa membuat dunia terasa lebih gelap, lebih menakutkan, dan lebih sulit untuk dijalani. Namun, meskipun trauma bisa merubah persepsi seseorang tentang hidup, itu tidak berarti bahwa hidup tidak bisa menjadi lebih baik.

Dengan dukungan yang tepat dan kesediaan untuk menyembuhkan, seseorang bisa belajar untuk melihat kehidupan dari perspektif baru. Mereka bisa mulai membangun kembali rasa percaya diri mereka, memperbaiki hubungan dengan orang lain, dan menemukan kembali arti kebahagiaan. Hidup setelah trauma mungkin tidak akan pernah sama seperti sebelumnya, tetapi itu tidak berarti bahwa hidup tidak bisa kembali indah.

Meskipun luka dari trauma mungkin tidak pernah sepenuhnya hilang, kita bisa belajar untuk hidup dengan luka tersebut, menghargai kekuatan yang kita temukan dalam proses penyembuhan, dan memahami bahwa kita berhak untuk merasakan kedamaian dan kebahagiaan kembali.

Perjalanan Memilih untuk Pulih

Trauma adalah pengalaman yang mengubah hidup, dan tidak ada cara untuk menghindari dampaknya. Namun, dengan menemukan tempat yang aman untuk berbicara dan mendengarkan, kita bisa mulai proses penyembuhan. Setiap orang berhak untuk merasa didengar, dimengerti, dan diterima, terutama setelah melalui masa-masa hidup yang berat. Trauma mungkin telah merubah cara kita melihat hidup, tetapi melalui penyembuhan, kita bisa menemukan kembali harapan dan arti hidup yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun