Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peacekeeping dalam Hubungan Internasional

18 Oktober 2024   07:36 Diperbarui: 18 Oktober 2024   07:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentara 'Blue Helmet' Indonesia yang merupakan Peacekeeping di wilayah Konflik. sumber gambar: goodstats.id

Peran utama pasukan penjaga perdamaian adalah melindungi warga sipil yang terkena dampak konflik. Mereka hadir untuk memastikan bahwa masyarakat yang rentan, seperti wanita, anak-anak, dan orang tua, tidak menjadi korban kekerasan. Selain itu, pasukan ini juga berperan aktif dalam mencegah terjadinya konflik lebih lanjut. Dengan menempatkan pasukan di daerah-daerah rawan, penjaga perdamaian berupaya mengurangi ketegangan dan mencegah eskalasi konflik yang lebih besar.

Selain melindungi warga sipil, pasukan penjaga perdamaian juga bekerja untuk memperkuat keamanan di wilayah yang mereka tempati. Hal ini dilakukan dengan membantu pihak berwenang setempat menjaga ketertiban dan mencegah kekerasan lebih lanjut. Mereka juga bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberdayakan otoritas nasional agar mampu mengelola keamanan secara mandiri setelah pasukan penjaga perdamaian meninggalkan wilayah tersebut. Ini penting karena keberadaan pasukan penjaga perdamaian hanyalah solusi sementara; tujuan jangka panjangnya adalah menciptakan stabilitas yang berkelanjutan di wilayah yang berkonflik.

Contoh Misi Peacekeeping

Seiring dengan perkembangannya, misi peacekeeping di dunia telah mengambil berbagai bentuk, salah satunya adalah misi observasi. Misi seperti ini bertujuan untuk memantau situasi dan memastikan bahwa gencatan senjata atau perjanjian perdamaian yang telah disepakati berjalan dengan baik. Salah satu contohnya adalah misi UNAVEM II yang berlangsung di Angola pada tahun 1991, di mana PBB mengirim tim untuk memantau proses perdamaian setelah perang saudara yang panjang. Contoh lain adalah MINURSO di Sahara Barat, di mana pasukan penjaga perdamaian ditempatkan untuk memastikan bahwa perjanjian gencatan senjata antara Maroko dan Front Polisario dipatuhi.

Selain misi observasi, ada juga misi yang dikenal sebagai misi interpositional atau traditional peacekeeping, di mana pasukan yang lebih besar dan bersenjata ringan ditempatkan di antara dua pihak yang berkonflik. Tujuan utama dari misi ini adalah menciptakan zona penyangga antara pihak-pihak yang bertikai untuk mencegah mereka melanjutkan perang. Misi ini sangat penting dalam menciptakan kondisi stabil yang memungkinkan proses politik dan diplomasi untuk berjalan tanpa gangguan kekerasan. Dengan adanya kehadiran fisik pasukan penjaga perdamaian, pihak-pihak yang berkonflik diharapkan akan merasa lebih sulit untuk melanjutkan permusuhan, karena mereka berada di bawah pengawasan internasional.

Salah satu kritik yang sering diajukan terhadap peacekeeping adalah bahwa ia hanya menawarkan solusi sementara terhadap masalah kekerasan dan konflik. Pasukan penjaga perdamaian memang dapat menghentikan kekerasan dan menciptakan stabilitas jangka pendek, tetapi mereka tidak dapat mengatasi akar masalah yang menyebabkan konflik. Inilah mengapa upaya peacekeeping sering kali harus disertai dengan upaya lain, seperti peacemaking dan peacebuilding.

Peacemaking adalah upaya untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang mendorong konflik atau tindak kekerasan terjadi. Ini melibatkan negosiasi antara pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan. Sementara itu, peacebuilding adalah proses jangka panjang yang berupaya membangun kembali masyarakat yang telah hancur akibat konflik. Ini termasuk membangun institusi demokratis, memperbaiki ekonomi, dan memperkuat hak asasi manusia agar masyarakat dapat hidup dengan damai dan stabil setelah konflik berakhir.

Kedua upaya ini sangat penting karena peacekeeping hanya dapat menghentikan kekerasan untuk sementara waktu. Untuk memastikan bahwa perdamaian yang lebih langgeng tercapai, masalah-masalah mendasar seperti ketidakadilan, diskriminasi, dan kemiskinan harus diselesaikan. Dengan demikian, peacekeeping, peacemaking, dan peacebuilding bekerja secara bersama-sama untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun