Kerjasama ini menciptakan siklus yang saling menguntungkan antara Nazi dan kaum industri. Pemerintah Nazi menyediakan kontrak-kontrak besar untuk perusahaan, sementara perusahaan mendukung mesin perang Nazi dengan menyediakan semua kebutuhan logistik dan material yang diperlukan untuk kampanye ekspansionis. Dukungan finansial dari kaum kapitalis ini memperkuat ambisi ekspansionis Nazi, karena mereka tidak perlu khawatir tentang sumber daya untuk memelihara perang besar-besaran di berbagai front.
Meski kebijakan Nazi sering kali penuh dengan kekerasan dan penindasan, mereka mampu memobilisasi sebagian besar rakyat Jerman untuk mendukung ambisi ekspansionis mereka. Propaganda yang disebarkan oleh Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Nazi, berhasil menciptakan gambaran bahwa setiap individu Jerman memiliki peran penting dalam perjuangan nasional. Rakyat dibanjiri dengan pesan-pesan yang menyatakan bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, yakni perjuangan untuk kejayaan Jerman.
Bagi para buruh, pemerintah Nazi menawarkan pekerjaan di pabrik-pabrik yang mendukung upaya perang. Pengangguran di Jerman hampir hilang sepenuhnya pada masa Nazi, terutama karena mobilisasi ekonomi untuk perang. Meskipun banyak buruh yang dipaksa bekerja dalam kondisi keras, terutama tenaga kerja paksa dari wilayah yang ditaklukkan, propaganda Nazi membuat banyak warga Jerman percaya bahwa pekerjaan mereka adalah kontribusi penting bagi negara.
Namun, dalam kenyataannya, buruh Jerman, baik yang bekerja di dalam negeri maupun tenaga kerja paksa dari negara-negara yang dikuasai, tidak banyak mendapat manfaat dari kerja keras mereka. Gaji rendah, jam kerja panjang, dan kondisi yang buruk adalah hal yang biasa, terutama di sektor-sektor yang terlibat langsung dalam produksi militer. Buruh tidak memiliki kekuatan untuk menuntut hak-hak mereka, karena serikat-serikat buruh telah dibubarkan oleh Nazi, dan setiap bentuk perlawanan dihancurkan dengan kejam.
Ideologi yang dibawa oleh Partai Nazi tidak hanya menjadi bahan bakar bagi ambisi ekspansionis Jerman, tetapi juga menjadi alat untuk membentuk kolaborasi antara berbagai elemen penting dalam negara. Militer, SS, pengusaha, rakyat, dan buruh semuanya memiliki peran dalam menggerakkan mesin perang Jerman.
Kolaborasi ini memberikan Nazi kemampuan untuk tidak hanya menginvasi negara-negara lain, tetapi juga memanfaatkan sumber daya mereka dengan maksimal. Dukungan dari kaum kapitalis, mobilisasi militer, serta kendali ketat atas tenaga kerja membuat Jerman mampu melaksanakan invasi besar-besaran dengan efisiensi yang tinggi.
Namun, model kerjasama ini, meskipun sangat efektif dalam jangka pendek, pada akhirnya tidak berkelanjutan. Ketika sumber daya mulai menipis dan front perang semakin melebar, kekuatan Nazi mulai runtuh. Pada akhirnya, kolaborasi ini, yang didorong oleh ideologi ekstrem, tidak mampu menahan tekanan dari kekuatan eksternal yang lebih besar. Meskipun demikian, periode ini tetap menjadi pelajaran penting tentang bagaimana sebuah negara dengan ideologi totaliter dapat membangun jaringan kekuasaan yang kuat dan melakukan ekspansi yang begitu agresif, dengan dukungan penuh dari berbagai elemen masyarakat dan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H