Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Gibran Rakabuming Raka, Akun Fufufafa, Roy Suryo dan Pasukan Bawah Tanah (Pasbata)

7 Oktober 2024   22:10 Diperbarui: 8 Oktober 2024   03:25 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernyataan Roy Suryo di beberapa Podcast. sumber gambar : tribunnews.com

 Unggahan ini muncul pada 13 Desember 2018, dan menjadi sorotan ketika Prabowo kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2019. Fufufafa juga menyerang putra Prabowo, Didit Hediprasetyo, yang berprofesi sebagai perancang busana, dengan menyebutnya secara homofobik dalam beberapa kesempatan. Ini menambah lapisan kompleksitas pada kontroversi tersebut.

Tidak hanya Prabowo, akun Fufufafa juga menyerang keluarga SBY, termasuk anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang disebutnya sebagai "anak ingusan." Bahkan, komentar kasar lainnya ditujukan kepada Ibas, anak bungsu SBY, dengan menyebutnya tidak lebih dari anak yang terus bersembunyi di balik bayang-bayang orang tuanya.

Yang juga tak kalah kontroversial adalah hinaan akun tersebut terhadap PKS (Partai Keadilan Sejahtera), dengan menggunakan istilah "pramuria" dan "penjual agama" untuk mendeskripsikan partai tersebut. Unggahan ini juga menyinggung isu poligami yang sering dikaitkan dengan anggota partai tersebut.

Bukti terakhir yang membuat banyak netizen yakin bahwa akun ini memang dikelola oleh Gibran adalah hubungan waktu dan peristiwa antara komentar yang diunggah Fufufafa dengan karir politik Gibran. Banyak komentar muncul pada masa-masa Pemilu, baik 2014 maupun 2019, di mana Gibran mulai lebih sering muncul di publik bersama sang ayah.

Opini publik terpecah menyikapi kasus ini. Di satu sisi, beberapa orang menganggap bahwa ini adalah bagian dari dinamika politik yang keras, di mana serangan verbal sering terjadi. Di sisi lain, banyak yang mengecam ujaran kebencian yang berlebihan, terutama jika benar ini berasal dari seorang calon pemimpin yang kini tengah memegang posisi penting sebagai Wali Kota Solo dan bakal calon Wakil Presiden.

Namun, terlepas dari benar atau tidaknya dugaan ini, apa yang paling mencemaskan adalah normalisasi ujaran kebencian di ruang publik oleh figur publik. Jika tidak ditangani dengan baik, ini bisa memperkuat polarisasi politik dan memperkeruh suasana demokrasi kita. Sebagai masyarakat, kita tentu menginginkan pemimpin yang mampu memberikan teladan dalam bersikap dan berbicara, bukan yang justru menambah api kebencian.

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas dari para Politisi dan figur publik, sebagai panutan, harus dapat mengendalikan diri dalam berbicara di ranah publik, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Pernyataan Roy Suryo di beberapa Podcast. sumber gambar : tribunnews.com
Pernyataan Roy Suryo di beberapa Podcast. sumber gambar : tribunnews.com

Dalam situasi ini, wajar jika banyak pihak, seperti Pasukan Bawah Tanah (Pasbata) Jokowi, merasa perlu melakukan langkah-langkah untuk melindungi reputasi Gibran. Mereka melaporkan Roy Suryo, seorang mantan menteri yang secara terbuka menyebut 99% akun Fufufafa adalah milik Gibran. Menurut mereka, tuduhan Roy Suryo yang tidak dilengkapi bukti kuat justru menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, terutama di masa transisi yang seharusnya berjalan damai dan kondusif.

Pasukan Bawah Tanah (Pasbata). Sumber gambar : terasmedia.id
Pasukan Bawah Tanah (Pasbata). Sumber gambar : terasmedia.id

Namun, tanggapan Roy Suryo terhadap pelaporan ini cukup menggelitik. Alih-alih merasa tertekan, ia justru menanggapinya dengan santai, bahkan memberikan pernyataan bahwa ia belum perlu bersikap karena masyarakatlah yang seharusnya menilai terlebih dahulu. Tanggapan ini menunjukkan bahwa kontroversi di media sosial sering kali dianggap sebagai bagian dari permainan opini publik yang akan berlalu seiring waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun