Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bertahan Hidup dengan Menghindari Lingkungan Kerja Toxic

2 September 2024   12:25 Diperbarui: 7 September 2024   17:45 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, di lingkungan kerja yang toxic, konflik sering kali dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian yang jelas. Ini menciptakan suasana yang penuh ketegangan dan ketidaknyamanan, di mana karyawan merasa tidak didukung dan terisolasi. Ketika konflik tidak dikelola dengan baik, mereka bisa berkembang menjadi masalah yang lebih besar dan merusak dinamika tim serta produktivitas.

Pengembangan karier adalah elemen lain yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Di tempat kerja yang positif, perusahaan memberikan peluang bagi karyawannya untuk berkembang dan maju dalam karier mereka. Ini bisa melalui pelatihan, mentoring, atau kesempatan promosi yang adil. Karyawan yang merasa bahwa mereka memiliki jalur karier yang jelas dan didukung oleh perusahaan cenderung lebih berkomitmen dan termotivasi.

Namun, di lingkungan kerja yang toxic, pengembangan karier sering kali diabaikan atau bahkan dihambat. Karyawan mungkin merasa bahwa tidak ada kesempatan untuk berkembang, atau bahwa peluang promosi hanya diberikan kepada orang-orang tertentu berdasarkan favoritisme. Ini bisa sangat merusak semangat kerja dan menyebabkan perasaan stagnasi dan frustasi di antara karyawan.

Kerjasama dan dinamika tim juga memainkan peran penting dalam menentukan apakah lingkungan kerja itu sehat atau tidak. Di tempat kerja yang positif, tim bekerja sama dengan baik, saling mendukung, dan memiliki rasa kebersamaan yang kuat. Setiap anggota tim merasa bahwa mereka memiliki peran penting dalam mencapai tujuan bersama, dan ini menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka. Ketika tim bekerja dengan harmonis, produktivitas dan kualitas pekerjaan juga meningkat.

Sebaliknya, di lingkungan kerja yang toxic, dinamika tim sering kali penuh dengan ketegangan, persaingan tidak sehat, dan kurangnya dukungan. Karyawan mungkin merasa bahwa mereka harus bersaing satu sama lain daripada bekerja sama, yang bisa menciptakan suasana yang penuh stres dan ketidakpercayaan. Ini tidak hanya merusak hubungan antar rekan kerja tetapi juga menghambat kemampuan tim untuk mencapai tujuan mereka.

Transparansi manajemen adalah elemen penting lainnya. Di lingkungan kerja yang sehat, manajemen bersikap terbuka dan jujur tentang keputusan yang diambil dan alasan di baliknya. Karyawan diberi informasi yang cukup untuk memahami apa yang sedang terjadi di perusahaan dan bagaimana keputusan tersebut akan mempengaruhi mereka. Ini menciptakan rasa percaya antara karyawan dan manajemen, yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif.

Namun, di lingkungan kerja yang toxic, manajemen sering kali tidak transparan, menyembunyikan informasi penting dari karyawan, atau membuat keputusan tanpa memberikan penjelasan yang memadai. Ini bisa menciptakan rasa tidak aman dan ketidakpercayaan di kalangan karyawan, yang pada akhirnya merusak semangat dan produktivitas.

Kesejahteraan karyawan adalah elemen terakhir yang akan kita bahas, tetapi tidak kalah pentingnya. Di lingkungan kerja yang sehat, perusahaan tidak hanya fokus pada produktivitas tetapi juga pada kesejahteraan karyawannya. Ini bisa melalui fasilitas kesehatan yang memadai, dukungan mental, dan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Ketika karyawan merasa bahwa perusahaan peduli pada kesejahteraan mereka, mereka lebih cenderung merasa puas dengan pekerjaan mereka dan lebih berkomitmen pada perusahaan.

Sebaliknya, di lingkungan kerja yang toxic, kesejahteraan karyawan sering kali diabaikan atau diprioritaskan rendah. Karyawan mungkin merasa bahwa mereka hanya dipandang sebagai sumber daya yang bisa dieksploitasi, tanpa memperhatikan kesehatan fisik dan mental mereka. Ini bisa menyebabkan burnout, stres, dan berbagai masalah kesehatan lainnya yang pada akhirnya akan merugikan baik karyawan maupun perusahaan.

Jadi, bagaimana kita bisa memastikan bahwa kita bekerja di lingkungan yang sehat? Pada dasarnya, lingkungan kerja yang sehat adalah tempat di mana setiap orang merasa didengar, dihargai, dan didukung. Ini adalah tempat di mana komunikasi berjalan dengan lancar dan pekerjaan dapat dimaskimalkan degan menghindari cara komunikasi yang tidak objektif dan sesuai dengan kebutuhan di lingkungan kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun