Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Sebagai Alternatif Pemikiran dalam Menghadapi Ketidakpastian Hidup

20 Juni 2024   02:56 Diperbarui: 20 Juni 2024   03:55 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Rodin 'The Tinker' (Image Source: ET Indonesia)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada ketidakpastian dan berbagai masalah rumit yang perlu kita selasaikan. Bukan karena kita tidak menjalaninya dengan baik, tapi memang karena seperti itulah hidup perlu dijalani, dengan menyelesaikan masalah untuk menyelesaikan masalah baru. Artinya, selama kita masih bernafas untuk hidup, masalah adalah realitas yang perlu kita hadapi, dan yang terbaik adalah dengan mempersiapakannya sedari awal.

Ketidakpastian adalah bagian yang intergral dalam kehidupan. Salah satu alasana mengapa kita berjuang adalah mengejar kepastian dalam hidup. Ketidakpastian dapat berupa banyak hal, yang bisa berupa masalah di tempat kita tinggal, di lingkungan sekitar kita, tempat kita belajar, dunia pekerjaan, hubungan, kesehatan, hingga keputusan-keputusan besar yang memengaruhi hidup kita. Sering kali, solusi yang kita cari bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan keuntungan materiil, tetapi lebih pada bagaimana kita memandang dan menghadapi fenomena tersebut. Di sinilah filsafat menjadi sangat relevan sebagai alternatif pemikiran. Filsafat menawarkan cara berpikir yang membantu kita mengkaji dan memahami masalah secara lebih mendalam sebelum mencari solusi praktis.

Sebagaimana kutipan yang terkenal dari Albert Einstein, "Jika saya punya waktu satu jam untuk menyelamatkan dunia, saya akan menghabiskan 55 menit untuk mendefinisikan masalah dan hanya 5 menit untuk mencari solusinya." Kutipan ini menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang masalah yang dihadapi. Dengan memahami esensi dan akar permasalahan, kita sebenarnya sudah berada di setengah jalan menuju penyelesaiannya.

Filsafat sebagai cara Menyikapi Ketidakpastian

Filsafat, dalam pengertian luas, adalah studi tentang pemikiran yang kritis dan analitis mengenai berbagai pertanyaan mendasar tentang eksistensi, pengetahuan, nilai, akal budi, dan bahasa. Filsafat membantu kita untuk tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga mempertanyakan asumsi-asumsi dasar yang kita miliki tentang dunia dan diri kita sendiri.

Salah satu pendekatan filsafat yang relevan dalam menghadapi ketidakpastian adalah pemikiran skeptis. Skeptisisme mengajarkan kita untuk meragukan dan menguji keyakinan kita, menghindari kesimpulan prematur, dan membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan bersikap skeptis, kita menjadi lebih terbuka terhadap berbagai perspektif dan lebih mampu menerima ketidakpastian sebagai bagian alami dari kehidupan.

 Filsafat Stoik, untuk Mengelola Emosi yang lebih baik

Stoikisme, sebuah aliran filsafat yang berasal dari Yunani Kuno, menawarkan pandangan yang sangat praktis dalam menghadapi ketidakpastian. Filsuf stoik seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius menekankan pentingnya mengendalikan emosi dan fokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali kita. Mereka mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada keadaan eksternal, tetapi pada sikap dan persepsi kita terhadap keadaan tersebut.

Misalnya, Marcus Aurelius dalam karyanya "Meditations" sering kali menekankan bahwa kita tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di luar diri kita, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita meresponsnya. Dengan demikian, stoikisme membantu kita untuk menerima ketidakpastian dan kesulitan dengan tenang, tanpa kehilangan keseimbangan emosional kita.

 Eksistensialisme, untuk Mencari Makna dalam Ketidakpastian

Eksistensialisme, sebuah aliran filsafat yang populer di abad ke-20, menawarkan cara lain untuk menghadapi ketidakpastian. Filsuf eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir, dan Albert Camus mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup, kebebasan, dan tanggung jawab individu.

Dalam karya Camus, "The Myth of Sisyphus," ia menggunakan mitos Yunani tentang Sisyphus yang dihukum untuk mendorong batu besar ke atas bukit hanya untuk melihatnya bergulir kembali ke bawah. Camus menganggap perjuangan Sisyphus sebagai metafora untuk kondisi manusia yang terus mencari makna dalam kehidupan yang tampaknya absurd dan tanpa tujuan. Namun, Camus juga menyimpulkan bahwa kita harus membayangkan Sisyphus bahagia, karena dalam perjuangannya yang tanpa akhir, Sisyphus menemukan kebebasan dan makna.

Eksistensialisme mengajarkan bahwa ketidakpastian adalah bagian dari kondisi manusia, dan bahwa kita harus menciptakan makna dan tujuan kita sendiri dalam menghadapi ketidakpastian tersebut. Dengan menerima bahwa tidak ada jawaban pasti atau tujuan akhir yang diberikan, kita memperoleh kebebasan untuk menentukan arah hidup kita sendiri.

 Filsafat Timur, dengan Pendekatan Holistik terhadap Ketidakpastian

Filsafat Timur, seperti ajaran Buddha dan Taoisme, juga menawarkan wawasan yang mendalam tentang bagaimana menghadapi ketidakpastian. Buddha, misalnya, mengajarkan bahwa penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan jalan untuk mengatasi penderitaan adalah melalui pemahaman yang mendalam tentang sifat realitas dan pengembangan kebijaksanaan serta kasih sayang.

Ajaran Buddha menekankan konsep anicca (ketidak-kekalan), yang berarti bahwa segala sesuatu dalam kehidupan adalah sementara dan selalu berubah. Dengan menerima ketidak-kekalan ini, kita bisa melepaskan keterikatan kita pada hal-hal yang bersifat sementara dan menemukan kedamaian dalam menjalani hidup yang penuh ketidakpastian.

Taoisme, yang didirikan oleh Laozi, juga menekankan pentingnya harmoni dengan alam dan menerima perubahan sebagai bagian dari aliran kehidupan. Prinsip wu wei, yang berarti "tidak bertindak" atau "bertindak tanpa usaha," mengajarkan kita untuk tidak melawan arus kehidupan, tetapi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan ketidakpastian dengan cara yang alami dan spontan.

 

Manfaat Praktis Filsafat dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan berbagai manfaat praktis, terutama dalam menghadapi ketidakpastian dan masalah yang rumit. Pertama, Kebijaksanaan dalam Pengambilan Keputusan. Filsafat membantu kita untuk berpikir lebih kritis dan reflektif, sehingga kita bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana. Dengan memahami berbagai perspektif dan mempertanyakan asumsi-asumsi dasar, kita dapat menghindari keputusan yang terburu-buru atau didasarkan pada informasi yang tidak lengkap. Kedua, Pengendalian Emosi. Ajaran stoikisme, misalnya, mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang berada di luar kendali kita. Ini sangat membantu dalam mengurangi stres dan kecemasan yang sering kali muncul akibat ketidakpastian. 

Ketiga, Penemuan Makna. Aliran Eksistensialisme mengajarkan bahwa kita harus menciptakan makna kita sendiri dalam hidup. Dengan menerima bahwa ketidakpastian adalah bagian alami dari kehidupan, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang memberi kita kebahagiaan dan tujuan. Keempat, menawarkan Keharmonisan dengan Alam. Filsafat Timur, seperti ajaran Taoisme, mengajarkan pentingnya hidup selaras dengan alam dan menerima perubahan sebagai bagian dari aliran kehidupan. Ini membantu kita untuk lebih fleksibel dan adaptif dalam menghadapi situasi yang tidak menentu.

 Filsafat praktis

Nelson Mandela, seorang tokoh yang dikenal karena perjuangannya melawan apartheid di Afrika Selatan, adalah contoh nyata dari penerapan prinsip-prinsip stoik dalam kehidupan nyata. Selama 27 tahun dipenjara, Mandela tetap tegar dan tidak kehilangan harapan. Ia menggunakan waktu di penjara untuk merenung, belajar, dan memperkuat keyakinannya tentang keadilan dan kebebasan.

Mandela percaya bahwa kendali atas reaksinya terhadap situasi yang tidak adil adalah kunci untuk bertahan hidup dan pada akhirnya mencapai tujuannya. Sikapnya yang tenang dan tegar mencerminkan ajaran stoik tentang pentingnya mengendalikan emosi dan fokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali kita.

Kedua, Viktor Frankl, seorang psikiater dan penyintas Holocaust, menulis buku terkenal "Man's Search for Meaning" yang mengeksplorasi bagaimana orang bisa menemukan makna dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Frankl menemukan bahwa mereka yang mampu bertahan hidup di kamp konsentrasi adalah mereka yang menemukan makna dalam penderitaan mereka, apakah itu melalui cinta, keyakinan spiritual, atau visi tentang masa depan.

Pendekatan Frankl yang eksistensialis mengajarkan bahwa bahkan dalam keadaan yang paling suram, kita memiliki kebebasan untuk memilih sikap kita terhadap penderitaan dan menemukan makna di dalamnya. Ini sejalan dengan ajaran eksistensialisme tentang pentingnya menciptakan makna kita sendiri dalam menghadapi ketidakpastian.

Seni Merangkul Filsafat dalam Kehidupan Sehari-hari

Menghadapi ketidakpastian dalam hidup adalah tantangan yang tak terelakkan. Namun, memanfaatkan filsafat sebagai alat pemikiran, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang masalah yang kita hadapi dan mengembangkan cara-cara yang lebih bijaksana dan efektif untuk mengatasinya. Filsafat tidak hanya membantu kita dalam memahami fenomena sebelum mencari solusi praktis, tetapi juga memberikan kita kekuatan mental dan emosional untuk menghadapi tantangan dengan tenang dan penuh makna.

Dalam kata-kata Albert Einstein, ketika kita sudah mendefinisikan masalah kita secara mendalam, berarti kita sudah menyelesaikan sebagian masalah tersebut. Dengan memanfaatkan filsafat, kita belajar untuk tidak hanya mencari solusi cepat, tetapi juga untuk memahami dan merenungkan masalah secara lebih mendalam, sehingga kita dapat menemukan solusi yang lebih berkelanjutan dan bermakna. Ini adalah kunci untuk menjalani hidup yang lebih bijaksana, penuh makna, dan harmonis meskipun di tengah ketidakpastian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun