Pasca Perang Dunia Kedua adalah periode yang sangat menentukan dalam sejarah dunia, di mana dinamika Hubungan Internasional (HI) mengalami perubahan yang mendalam. Perang Dunia Kedua, yang berlangsung dari tahun 1939 hingga 1945, mengakibatkan kerusakan besar, pembentukan blok kekuatan baru, dan munculnya peristiwa-peristiwa penting yang membentuk hubungan internasional selama beberapa dekade ke depan. Salah satu hasil paling signifikan dari Perang Dunia Kedua adalah pembagian dunia menjadi dua blok ideologis yang bersaing, yang dikenal sebagai "Perang Dingin." Blok-blok ini dipimpin oleh dua kekuatan utama, yaitu Amerika Serikat (blok Barat) dan Uni Soviet (blok Timur).
Blok Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, mewakili negara-negara demokratis dan kapitalis. Blok ini mencakup negara-negara Eropa Barat, Kanada, Australia, dan Jepang. Amerika Serikat berperan sebagai pemimpin blok ini dan mendukung perekonomian pasca perang melalui Rencana Marshall. Adapun Blok Timur, yang dipimpin oleh Uni Soviet, mewakili negara-negara komunis dan sosialis. Ini meliputi negara-negara Eropa Timur yang terjajah oleh Uni Soviet setelah Perang Dunia Kedua, seperti Polandia, Cekoslowakia, dan Jerman Timur.
Pembagian ini menciptakan ketegangan geopolitik antara dua blok yang bersaing dan saling curiga. Perang Dingin juga melahirkan perlombaan senjata nuklir dan berbagai konflik perbatasan di berbagai wilayah, termasuk Jerman, Korea, dan Vietnam.
Pasca Perang Dunia Kedua, ada kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya kerjasama internasional dalam mencegah konflik bersenjata. Inilah saat di mana berbagai organisasi internasional yang signifikan dibentuk untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, dan kerjasama internasional.
Pada tahun 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan sebagai pengganti Liga Bangsa-Bangsa yang gagal mencegah Perang Dunia Kedua. PBB memiliki tujuan untuk mempromosikan kerjasama internasional, perdamaian, dan hak asasi manusia. Dewan Keamanan PBB bertanggung jawab atas masalah keamanan dunia dan memiliki lima anggota tetap (Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Prancis, dan Tiongkok) dengan hak veto.
Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara, atau NATO didirikan pada tahun 1949 oleh Amerika Serikat, Kanada, dan sejumlah negara Eropa Barat sebagai aliansi pertahanan melawan ancaman komunis dari Uni Soviet. NATO merupakan contoh aliansi militer yang kuat dari Kubu Barat untuk menyaingi Aliansi yang terbrntuk oleh Blok Timur melalui Pakta Warsawa.
Meskipun Uni Eropa (UE) baru terbentuk pada tahun 1993, akar pembentukannya dapat ditelusuri ke usaha-usaha integrasi ekonomi dan politik yang dimulai pasca Perang Dunia Kedua. UE memiliki tujuan untuk menciptakan persatuan ekonomi dan politik di Eropa.
Perang Dunia Kedua meninggalkan Eropa dalam keadaan hancur, dengan infrastruktur rusak, ekonomi yang terpuruk, dan sejumlah besar korban jiwa. Program-program rekonstruksi dan bantuan pasca perang menjadi kunci untuk pemulihan.
Pada tahun 1947, Amerika Serikat meluncurkan Rencana Marshall, yang bertujuan untuk memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara Eropa pasca perang. Program ini membantu membangkitkan ekonomi Eropa dan memperkuat hubungan transatlantik.
Perang Dingin adalah karakteristik utama HI pasca Perang Dunia Kedua. Ketegangan antara blok Barat dan blok Timur menciptakan ketidakstabilan dan konflik di berbagai wilayah. Perlombaan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi sorotan utama. Selama periode ini, kedua kekuatan tersebut mengembangkan senjata nuklir dan sistem pengiriman yang canggih, menciptakan ancaman saling menghancurkan.
Selama Perang Dingin, konflik regional menjadi salah satu arena utama ketegangan antara blok Barat dan blok Timur. Beberapa konflik dan intervensi regional penting antara lain perang Korea, Perang Vietnam dan Perang Afganistan.
Di wilayah Pasifik, Perang Korea, yang terjadi antara tahun 1950 hingga tahun 1953. Perang Korea adalah konflik antara Korea Utara (didukung oleh Uni Soviet dan Tiongkok) dan Korea Selatan (didukung oleh Amerika Serikat dan PBB). Perang ini berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953 dan membagi Korea menjadi dua negara, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan.
Di wilayah Asia Tenggara, Perang Vietnam, yang terjadi sejak 1955 hingga tahun 1975. Perang Vietnam adalah konflik antara Vietnam Utara (didukung oleh Uni Soviet) dan Vietnam Selatan (didukung oleh Amerika Serikat). Perang ini berakhir dengan penyatuan Vietnam di bawah pemerintahan komunis pada tahun 1975.
Di wilayah Timur Tengah, Perang Afganistan, yang terjadi sejak tahun 1979 dan berakhir pada tahun 1989. Uni Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979, menciptakan perang saudara yang berkepanjangan. Konflik ini memiliki implikasi besar dalam Perang Dingin.
Diplomasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet selama Perang Dingin mengalami berbagai tahap, termasuk periode perang retorika, periode detente (penurunan ketegangan), dan krisis-krisis serius. Salah satunya adalah Krisis Rudal Kuba yang terjadi pada tahun 1962 adalah Krisis ini adalah salah satu momen paling berbahaya dalam sejarah Perang Dingin. Amerika Serikat menemukan bahwa Uni Soviet telah mendirikan rudal nuklir di Kuba. Krisis ini hampir menyebabkan perang nuklir, tetapi akhirnya berakhir dengan penarikan rudal-rudal tersebut dan berkomitmen untuk tidak menyerang Kuba.
Perjanjian Kontrol Senjata, atau lebih dikenal sebagai "Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT)". Perjanjian ini ditandatangani pada tahun 1968 dan berupaya untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendorong negara-negara yang memiliki senjata nuklir untuk mengurangi jumlahnya.
Pasca Perang Dunia Kedua adalah periode yang menggambarkan dinamika hubungan internasional yang dipicu oleh ketegangan dari dua kubu besar, yakni Uni Sovyet di Timur dan Amerika Serikat di Barat. Pembagian dunia antara blok Barat dan blok Timur, perkembangan organisasi internasional, dan perang dingin memainkan peran utama dalam bentuk HI selama beberapa dekade ke depan.
Selama periode tersebut, konflik regional dan intervensi menjadi salah satu ciri khas Perang Dingin, dan diplomasi internasional menjadi kunci dalam mencegah eskalasi konflik. Meskipun ancaman perang nuklir selalu ada, dunia belajar dari pengalaman Perang Dunia Kedua dan berupaya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas internasional melalui kerjasama internasional dan diplomasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H