Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca, Penulis dan Analis Sosial

Hidup dimulai dari mimpi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Etnis dan Agama dalam Kajian Hubungan Internasional

16 Oktober 2023   03:10 Diperbarui: 16 Oktober 2023   07:09 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia yang semakin terkoneksi melalui semua fitur digital yang dapat dengan mudah kita nikmati, konflik etnis dan agama telah menjadi salah satu tantangan paling sulit diselesaikan dalam hubungan internasional. Keberagaman budaya dan agama telah lama menjadi bagian integral dari identitas manusia, namun juga sering menjadi sumber ketegangan dan konflik. Artikel ini akan menjelajahi konsep konflik etnis dan agama dalam kerangka kerja hubungan internasional, menawarkan pemahaman mendalam tentang kompleksitas permasalahan ini.

Konflik etnis merujuk pada benturan yang melibatkan kelompok-kelompok dengan identitas budaya, bahasa, dan latar belakang sejarah yang berbeda. 

Konflik etnis sering kali berpusat pada persaingan atas sumber daya, status, atau hak-hak politik. Kegelisahan etnis dapat muncul di tingkat lokal atau nasional dan bahkan menyebar menjadi konflik internasional yang lebih luas. Di sisi lain, Konflk agama yang juga melibatkan ketegangan atau kekerasan yang muncul dari perbedaan keyakinan agama atau pandangan keagamaan. 

Konflik semacam itu dapat timbul antara kelompok-kelompok yang mewakili agama yang berbeda atau dalam konteks internal suatu agama di mana pandangan dan praktek yang berbeda memicu pertentangan.

Konflik etnis dan agama tidak terbatas pada wilayah tertentu, Konflik dapat melibatkan banyak negara dan mempengaruhi kestabilan global. Beberapa contoh konflik etnis dan agama dalam dunia internasional. Kedua konflik ini menjadi kajian yang menarik untuk dibahas karena sering kali melibatkan banyak negara atau pihak internasional yang terlibat. Konflik etnis dan agama telah menjadi bagian dari sejarah manusia selama berabad-abad. 

Di eropa, telah terjadinya beberapa konflik paling terkenal dan berdampak besar dalam sejarah terjadinya serangkaian konflik etnis dan agama yang kompleks di wilayah Balkan selama abad ke-20. Perpecahan etnis, terutama antara Serbia, Kroasia, dan Bosnia, mengakibatkan perang saudara yang melibatkan intervensi internasional. 

Konflik etnis di Bosnia selama perpecahan Yugoslavia pada tahun 1990-an adalah salah satu konflik paling berdarah di Eropa pasca Perang Dunia II. Konflik ini melibatkan ketegangan antara kelompok etnis Serbia, Kroasia, dan Bosnia yang beragama Muslim. Berbagai upaya penyelesaian termasuk intervensi militer internasional dan perundingan akhirnya menghasilkan Perjanjian Dayton pada tahun 1995.

Perjanjian Dayton membagi Bosnia menjadi dua entitas, Republika Srpska yang mayoritas etnis Serbia dan Federasi Bosnia-Herzegovina yang mayoritas etnis Kroasia dan Bosnia. Perjanjian ini juga menetapkan kebijakan bagi partisipasi politik dan perwakilan berbagai kelompok etnis. Meskipun perjanjian ini telah mengakhiri kekerasan secara langsung, tantangan rekonsiliasi dan pembangunan jangka panjang masih ada.

Di kawasan Timur Tengah (Middle East), Konflik yang berlarut-larut antara Israel dan Palestina adalah contoh konflik agama yang memiliki dampak global. Pertentangan terkait dengan kontrol atas tanah suci Yerusalem dan sumber daya wilayah tersebut. 

Ada juga Konflik di Yaman yang berkepanjangan adalah contoh konflik etnis dan agama yang rumit di Timur Tengah. Konflik ini melibatkan kelompok Houthi yang mayoritas Syiah melawan pemerintah Yaman yang didukung oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi. 

Konflik ini memiliki akar agama yang mendalam, serta pertentangan antara kelompok etnis dan regional. Tantangan besar dalam konflik ini adalah kesulitan mencapai kesepakatan politik yang dapat mengakhiri pertumpahan darah dan memberikan stabilitas jangka panjang bagi Yaman. Kurangnya konsensus internasional dan interferensi asing yang kompleks telah mempersulit upaya perdamaian

Di kawasan Afrika, Konflik etnis yang tragis di Rwanda pada tahun 1994 melibatkan perpecahan antara kelompok etnis Hutu dan Tutsi dan mengakibatkan genosida massal yang menewaskan ratusan ribu orang. Ataupun Perang sipil yang melibatkan perpecahan etnis dan agama di Sudan Selatan telah menjadi salah satu konflik yang paling merusak dalam sejarah Afrika. Konflik ini juga memiliki akar agama yang dalam, dengan perpecahan antara agama Islam dan tradisi agama lokal.

Di Asia Tenggara, kita mengetahui dengan jelas Konflik yang terjadi di Rakhine State, Myanmar, melibatkan persegiran etnis Rohingya yang mayoritas Muslim dan kelompok mayoritas Buddhis yang memicu krisis pengungsi di wilayah tersebut dan menarik perhatian internasional.

Berbagai teori dalam studi hubungan internasional dapat membantu kita memahami peran konflik etnis dan agama dalam konteks global, misal Teori realisme yang menekankan kompetisi antara negara-negara untuk sumber daya dan kekuasaan. Konflik etnis dan agama dapat dilihat sebagai bentuk persaingan yang muncul karena perbedaan identitas dan kepentingan nasional. Teori konstruktivisme menekankan peran identitas dan ideologi dalam hubungan internasional. 

Konflik etnis dan agama sering kali berkaitan dengan perbedaan identitas dan pandangan ideologis, dan teori ini dapat membantu dalam menganalisis akar-akar konflik tersebut. Sedang, Teori liberalisme menekankan pentingnya kerja sama internasional dan organisasi internasional dalam mengelola konflik. Upaya-upaya perdamaian dan rekonsiliasi sering menjadi fokus dalam pendekatan liberal terhadap konflik etnis dan agama.

Mengatasi konflik etnis dan agama dalam konteks hubungan internasional memerlukan pendekatan komprehensif dan kerja sama global, salah satunya adalah dengan memastikan penegakan hukum internasional, terutama dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia dan genosida, penting untuk memastikan pertanggungjawaban pelaku konflik.

Beberapa upaya yang dapat diambil mencakup Diplomasi dan perundingan yang berbasis pada prinsip-prinsip perdamaian dapat membantu mengatasi konflik dan menghasilkan solusi yang adil dan bantuan kemanusiaan kepada para korban konflik etnis dan agama sangat penting. Organisasi seperti Palang Merah dan UNHCR berperan penting dalam menyediakan bantuan kepada mereka yang terkena dampak konflik.

Program rekonsiliasi dan pembangunan yang berkelanjutan dapat membantu memulihkan masyarakat yang terpengaruh oleh konflik dan menciptakan fondasi yang kuat untuk perdamaian jangka panjang yang juga diiringi oleh Pendidikan yang mempromosikan pengertian dan dialog antaragama dapat membantu meredakan ketegangan dan membangun hubungan yang lebih harmonis antara kelompok agama.

Dalam upaya untuk mengelola dan mengatasi konflik ini, kerja sama internasional dan upaya yang komprehensif sangat penting. Melalui diplomasi, bantuan kemanusiaan, rekonsiliasi, dan pendidikan, kita dapat berusaha untuk menciptakan dunia yang lebih damai, inklusif, dan toleran di mana perbedaan etnis dan agama dihormati dan dirayakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun