Dalam perspektif yang luas, satu bentuk kekerasan kadang membingungan cara pandang kita dalam melihat suatu hal, seringkali satu bentuk kekerasan mempersempit sudut pandangan kita tentang motif dibalik terjadinya suatu kekerasan. Kemampuan untuk melihat orang lain yang sangatlah terbatas pada factor intelegensi menimbulkan pertanyaan yang rumit di benak kita tentang hal ini.
Zizek juga memandang kalau Ideologi punya dua sisi, yang menganjurkan penggunaan kekerasan untuk menjaga persepsi yang dibubuhkan pada para penganutnya demi menjaga tradisi yang dijaga, namun mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh penentangnya, dapat berupa ideology ataupun pemikiran tradisional lainnya. Ia memandang bahwa kekerasan sangatlah melekat pada konteks globalisasi, kapitalisme, fundamentalisme, maupun bahasa. Dalam buku tersebut menegaskan posisinya sebagai salah satu pemikir dan filsuf modern yang memiliki pandangan radikal.
Kontroversi dan kritik dari dalam ataupun diluar konteks akademisi serng jadi bahasan yang menarik untuk dperbincangkan oleh berbagai kalangan. Hingga pada tahun 2012Majalah Amerika 'Public Policy' memasukan Zizek sebagai salah satu dari 100 Pemikir Global Teratas pada tahun 2012, dalam majalah itu disebutkan kalau Zizek adalah seorang  menyebutnya filsuf selebriti". Popularitas Zizek di kalangan akademisi kadang dianggap sebagai 'Elvis Presley' nya teori kebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H