Jauh di ujung dunia lain di utara duna, tepatnya sebuah negeri bekas Perserikatan Uni Sovyet, lebh tepatnya negara Slovenia, bernama Slavoj Zizek. Ia merupakan seorang ahli teori budaya  kenamaan, intelektual publik dan Peneliti senior di Universitas Ljublana Slovenia.
Seorang filsuf yang mendalami pemkiran filsafat kontinental, terutama yang berhaluan Hegelian, Psikoanalisis dan Marxisme. Slavoj juga merupakan seorang ahli di bidang teori politik, kritikus film serta teolog. Selain menulis buku dan membuat film, ia adalah direktur internasional Institut Birkbeck untuk Kemanusiaan di Universitas London.
Zizek dikenal sebagai pendiri dari Mazhab Psikoanalisis Ljubljana, kelompok studi yang berisikan sekelompok akademisi Slovenia yang condong pada Idealisme Jerman, psikoanalisis Lacanian, kritik ideologi, dan kritik media.
Era tahun 1980an ia dikenal sebagai kritkus yang paling keras pada rezim kepemimpinan Militer di bawah haluan parta komunis Yugoslavia. Pada tahun 1990 ia mencalonkan diri sebagai kandidat presiden Slovenia, namun upaya pencalonanya terhenti di posisi ke 5 dalam kandidasi partai.
Karya pertamanya yang berjudul Object of Ideology, yang diterbitkan pada tahun 1989 telah memperkenalkan haluan utama dari mazhab ini dengan terbitan berbahasa Inggris, dari tulisan inilah pemkiran Mazhab Psikoanalisis Ljubljana dikenal luas di kalangan akademisi. Dalam karirnya sebagai pemikir dan penulis, Zizek telah menulis lebih dari 50 buku dalam berbagai bahasa.
Zizek punya kekhasan dalam gaya kepenulisannya, ia menggunakan pendekatan idiosinkratik dari penampilan di publik, dengan seringnya kontributor penulis komentar di majalah, dan karya akademis, dengan menggunakan lelucon cabul dan berbagai penggunaan contoh budaya pop.Â
Disisi lan caranya memprovokasi pembaca dengan berbagai pengguaan diksi yang sering dikritik dan dianggap salah salah secara politis menjadi alasan mengapa dirinya dikenal secara luas.
Dalam salah satu karyanya yang berjudul Violence : Six Sideways Reflection, Zizek memulai karya tulisnya dengan berbagai pertanyaan  kontemplatif yang coba mengkritisi makna dibalik latar mengapa kekerasan terjadi. Zizek menganggap bahwa sebuah kekerasan memotret tiga bentuk motif.Â
Pertama, kekeeraasan subyektif, yang berupa segala bentuk kejahatan ataupun penggunaan teror. Kedua,  kekerasan Objektif, yang berupa rasisme, ujaran kebencian, diskriminasi. Ketiga, kekerasan sistemik  yang merupakan efek yang terjadi akibat sistem ekonomi dan politik.
Baginya, kekerasan adalah pesan, sebagaimana ia sependapat dengan pernyataan Marshall McLuhan, seorang ahli komunikasi kenamaan yang memandang 'the medium is the message'.Â
Zizek memandang kalau kekerasan adalah medium yang diciptakan oleh sekelompok pengrusuh guna mendapatkan perhatian yang luas. Sorotan luas media kepada kelompok ini akan menciptakan perhatian yang luas guna memberikan pesan yang dimaksudkan dalam sebuah bentuk kekerasan tersebut.