Ada yang menarik dengan 3 hari pertama di bulan Mei ini, 3 perayaan yang bagi saya adalah symbol dari persimpangan ideology yang kerap dibicarakan di forum seminar dan ruangan diskusi kampus.Â
Apa saja itu? Marxisme, Liberalisme dan Islamisme. Ini memang terdengar konyol, namun melihat 3 hari di awal bulan mei sebagai symbol adalah kajian yang menarik untuk dikaji dalam perspektif semiotika.
1 Mei lalu diperingati sebagai Hari Buruh. Hari ini diperingati untuk mengenang keberhasilan ekonomi-politik yang mereka perjuangkan. Buruh di masa itu harus bekerja selama 19-20 jam per harinya.Â
Ini adalah salah satu alasan Marx menyebutnya sebagai "penghisapan manusia oleh manusia lainnya". Simbol perlawanan dari gerakan buruh yang progressif.Â
Tentu saja saat kita berbicara tentang demonstrasi yang buruh lakukan setiap tahunnya, identitas social yang membentuk kekuatan kolektif mereka berdasarkan kesamaan kelas. Rasanya tentu kita mengaitkan ini dengan perjuangan kelas menurut dalam perspektif Marx.
Peter McGuire dan Matthew Maguire adalah orangnya. Dua orang katalisator dalam pergerakan buruh yang meminta kesetaraan hak sosialnya terpenuhi.Â
Demonstrasi yang mereka lakukan dengan memobilisasi massa pada 1872 di New Jersey, 1881 di Missouri, dan berlanjut hingga tahun 1894 di Chicago dengan proposal 8/8/8 yang mereka sampaikan sebagai 8 jam kerja, 8 jam istirahat dan 8 jam rekreasi.Â
Akhirnya, Presiden AS berkuasa di masa itu Grover Cleveland menandatangani kontrak untuk mengadopsi kebijakan sebagai jam yang disetujui untuk para buruh.
Hingga hari ini (walaupun tidak di seluruh negara), tanggal 1 Mei selalu diperingati sebagai hari Buruh Internasional.Â
Para serikat kerja dari para buruh ini memobilisasi anggotanya untuk melakukan demontrasi, menyampaikan aspirasi mereka dan tuntutan lain yang mendukung kinerja. Aspirasi tentang fasilitas sosial dari para buruh di tempat kerja, ataupun di luar jam kerja.
Berbeda dengan Hari Buruh, tanggal 2 Mei menjadi tanggal diadakannya Met Gala, sebuah acara penggalangan dana dan donasi untuk Metropolitan Museum of Arts. Pesta tahunan, yang di dalamnya para artis datang untuk memamerkan keindahan gaun yang mereka miliki.Â
Pakaian yang mereka kenakan pun biasanya sangatlah unik, menarik dan dirancang oleh desainer pakaian yang handal. Ada nominasi dari penghargaan yang akan peserta raih saat mengikuti agenda ini, Tentu saja hal ini tidak lepas dari tema yang diumumkan oleh panitia acara setiap tahunnya, dan tahun ini adalah "Glided Glamour".
Acara tahun ini dihadiri oleh banyak pesohor terkenal, mulai dari artis, musisi, politisi sampai ke atlet olah raga. Undangan yang mereka terima adalah undangan yang eksklusif, dan tidak diberikan ke sembarangan orang. Hanya orang-orang tertentu (yang diundang) yang dapat menghadiri acara ini.Â
Menurut Vogue, acara ini adalah mahkota dari kemewahan New York. Maka tidak jarang kalau para bintang dan musisi terkenal rela membayar mahal dan ikut berdonasi daam acara ini.
Tahun ini, donasi yang terkumpul mecapai 17,4 juta dollar AS, yang dalam kurs rupiah setara dengan 250 Milliar. Apabila dibandingan dengan nilai riil nya, jumlah tersebut seharga dengan biaya untuk membangun 7 hotel bintang lima di kawasan Jakarta.
Hampir sama dengan Met Gala, acara Idul Fitri juga diselenggarakan pada tanggal 2 Mei, walaupun ada beberapa kalangan yang melakukannya di tanggal 3 Mei.Â
Umat islam seluruh dunia Melakukan sholat Ied, sholat yang hampir bersifat wajib (sunnah muakkad) untuk dilaksanakan umat muslim seluruh dunia, di hari Idul Fitri ataupun Idul Adha.Â
Mereka berkumpul di sebuah tempat yang mudah mereka jangkau, di Indonesia biasanya pelaksanaan Idul Fitri dilaksanakan per Kelurahan ataupun RW.
Agenda ibadah tahunan, dimana Idul Fitri juga jadi momentum untuk memperkuat tali persaudaraan, dengan bersalaman dan meminta maaf dan berkunjung ke rumah sanak saudara yang biasanya berbeda kota dari tempat mereka berdomisili.Â
Liburan menjelang lebaran juga sering jadi momentum untuk mudik, pulang kampung ke keluarga besarnya. "Pulang Kampung" jadi agenda tahunan yang marak dilakukan oleh kaum muslim di Indonesia. "Mudik ke rumah nenek" pun jadi essai langganan yang kerap ibu guru dari pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah minta sebagai tugas sekolah bagi para murid usai liburan idul fitri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H