Saat berada di penjara karena perampokan dari tahun 1946 hingga 1952, ia mengalami pergulatan spiritual yang membawanya untuk bergabung dengan Nation of Islam, sebuah gerakan Afrika-Amerika yang menggabungkan unsur-unsur Islam dengan nasionalisme Hitam. Keputusannya untuk bergabung dengan NOI juga dipengaruhi oleh saudaranya Reginald, yang telah menjadi anggota NOI di Detroit.
Malcolm berhenti merokok dan berjudi dan menolak makan daging babi di sesuai dengan larangan. Untuk mendidik dirinya sendiri, ia menghabiskan waktu berjam-jam membaca buku di perpustakaan penjara, bahkan menghafal kamus. Ia juga mengasah kemampuan forensiknya dengan mengikuti kelas debat. Mengikuti tradisi Nation, ia mengganti nama belakangnya, "Little," dengan "X," sebuah kebiasaan di antara pengikut Nation of Islam yang menganggap nama keluarga mereka berasal dari pemilik budak kulit putih.
Pandangan Politik
Untuk pandangan politiknya, walaupun Malcolm dan Martin Luther King (MLK) memiliki garis perjuangan yang sama, yaitu menghapuskan segragasi rasial. Namun, antara keduanya memiliki beberapa perbedaan yang signifikan. MLK misalnya, menganjurkan strategi non-kekerasan seperti pembangkangan sipil dan boikot untuk mencapai integrasi, sementara Malcolm menganjurkan pertahanan diri bersenjata dan menolak pesan integrasi sebagai budak. Namun justru pandangan Malcolm X yang cenderung lebih radikal jika dilihat dari kacamata perjuangan berkembang lebih pesat di kalangan kulit hitam Amerika di kemudian hari.
Di masa kepemimpinanannya di NOI, Malcolm mendesak Nation of Islam untuk lebih banyak melibatkan diri dalam gerakan hak-hak. Dia juga meninggalkan pandangan separatis yang dianut sebelumnya setelah masuk Islam ortodoks, dan dia menyatakan keinginannya mendekati akhir hidupnya untuk bekerja lebih dekat dengan gerakan hak-hak sipil.
Perbedaan haluan dan posisi organisasi yang mulai berseberangan dengan visi yang diemban oleh Malcolm X menciptakan keidakharmonisan antaranya dan NOI, membuat Malcolm memilih untuk keluar dari organisasi yang diyakini oleh para pengikutnya ikut membesarkan nama Malcolm X. Permusuhan antara Malcolm dan Nation of Islam telah meningkat, yang pertama mulai menerima ancaman pembunuhan dari yang terakhir.
Malcolm X berpisah dari organisasi pada tahun 1964 dan melakukan haji, dengan melakukan ziarah ke kota suci Mekah. Saat itulah ia mengadopsi Islam Sunni, bersama dengan nama pergantian namanya menjadi el-Hajj Malik el-Shabazz. Pada 21 Februari 1965, Malcolm X dibunuh di Audubon Ballroom di Harlem, New York oleh tiga orang anggota NOI.
Tulisan saya merupakan Gambaran Umum yang bisa para pembaca dapatkan tentang Malcolm X, untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dapat dibaca dalam buku Biografinya yang berjudul The Autobiography of Malcolm X.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H