Mohon tunggu...
Thoriq Ahmad Taqiyuddin
Thoriq Ahmad Taqiyuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Audaces Fortuna Iuvat

Hidup dimulai dari mimpi, dilanjutkan dengan membaca, memetakan, merencanakan, melaksanakan lalu terus berimprovisasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Identitas dan Wacana Kebangsaan Lainnya

20 Februari 2022   02:41 Diperbarui: 20 Februari 2022   02:44 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan identitas kesukuan antara dua suku, yakni Hutu dan Tutsi telah berubah menjadi seringai yang menakutkan. Isu dari dominasi dua kelompok identitas asli penduduk Rwanda yang berkonotasi pada dominasi politik telah memotori terjadinya pembunuhan massal yang menimpa 800.000 orang. Politik Identitas telah menciptakan  kekacauan dan Genosida (pemusnahan masal) yang dimotori oleh Militer dari Hutu, yakni suku mayoritas di Negara Rwanda.

Tentu saja ini adalah yang ingin kita hindari dari politik identitas yang dimulai dari serangan verbal, dan berubah menjadi serangan fisik dan konfrontasi yang mengakibatkan kehancuran, pembunuhan dan hilangnya kerukunan antar kalangan yang beragam. Keunikan Indonesia dengan segala perbedaannya telah menjadikan perbedaan warna kulit, budaya dan kebiasaan dari masyarakat Indonesia yang beragam jadi sebuah wacana yang tiada habisnya untuk terus dilanjutkan oleh generasi penerus bangsa.

Sudah selayaknya apa yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa dapat dilanjutkan dengan sejumlah perbaikan yang signifikan di tengah maraknya polemic yang terjadi di banyak lini kehidupan berbangsa. Semoga kita semua menjadi salah satu orang yang dapat perdiri kokoh dengan keyakinan bahwa isu sensitive tentang politik kebangsaan adalah hal yang sudah selayaknya dihindari demi menjaga keharmonisan di bumi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun