Kampung Inggris Pare, sebuah kawasan di Kediri, Jawa Timur, telah menjadi magnet bagi para pelajar dan pencari ilmu dari seluruh Indonesia. Tidak hanya menjadi pusat pembelajaran bahasa Inggris yang intensif, Pare juga menyimpan daya tarik ekonomi yang tumbuh berkat keberadaan lembaga kursus dan Pasar Senja Tulungrejo. Kedua elemen ini saling mendukung, menciptakan ekosistem ekonomi yang tak hanya dinamis, tetapi juga menjebak. Inilah cerita Pare Jahat, tempat yang menghidupkan tetapi sekaligus membuat siapa pun sulit melepaskan diri.
Pare akan menjadi seperti sebuah sayuran pahit jika tanpa ada keberadaan Kampung Inggris. Ratusan lembaga kursus bahasa Inggris berdiri di dua desa utama, Tulungrejo dan Pelem. Orang dari berbagai daerah datang untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka. Mereka tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga tinggal dan menjalani kehidupan sehari-hari di Pare.
Kehadiran orang-orang ini secara langsung berdampak pada perekonomian lokal. Kos-kosan, warung makan, laundry, hingga toko alat tulis menjadi sektor yang berkembang pesat. Pemilik rumah di sekitar Kampung Inggris dengan sigap mengubah ruang kosong mereka menjadi tempat tinggal bagi para siswa. Tidak hanya itu, warung-warung kecil menjamur, menawarkan makanan dengan harga terjangkau yang cocok untuk kantong pelajar.
Namun, Pare bukan hanya tentang belajar bahasa Inggris. Ia adalah mesin ekonomi yang tak henti berputar. Setiap siswa yang datang membawa uang yang akan berputar di sekitar Pare, menciptakan efek domino yang menguntungkan masyarakat lokal.
Pasar Senja Tulungrejo: Detak Jantung Ekonomi Malam
Ketika sore tiba, perhatian beralih ke Pasar Senja Tulungrejo, sebuah pasar malam yang menjadi ikon kehidupan Pare. Berlokasi di lapangan Tulungrejo, pasar ini menjadi pusat aktivitas ekonomi dan hiburan bagi siswa dan warga lokal.
Di pasar ini, ratusan pedagang menjajakan berbagai barang dagangan, mulai dari makanan tradisional seperti tahu tek, nasi goreng, hingga camilan modern seperti churros dan bubble tea. Selain itu, ada pula pedagang pakaian, aksesoris, dan barang-barang unik lainnya.
Pasar Senja bukan hanya tempat belanja, tetapi juga tempat bertemunya budaya lokal dan modern. Siswa dari berbagai daerah membawa kebiasaan dan gaya mereka, menciptakan suasana yang unik dan penuh warna. Para pedagang, sebagian besar warga lokal, memanfaatkan kesempatan ini untuk menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelajar.
Meskipun terlihat sederhana, Pasar Senja menjadi salah satu motor penggerak ekonomi lokal. Pedagang kecil yang sehari-hari mengandalkan penghasilan dari pasar ini merasa terbantu dengan tingginya jumlah pengunjung. Pare yang selalu ramai oleh siswa baru setiap bulannya menciptakan siklus ekonomi yang stabil.