Saat ini, diperkirakan terdapat 55 juta usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia. Namun dari jumlah tersebut, baru sekitar 75.000 usaha yang telah memasarkan produknya melalui internet.
Padahal, dengan membuka akses ke internet, UKM bisa menjangkau konsumen yang selama ini belum tersentuh, atau mengenal produknya.
Namun, upaya untuk memasarkan produk-produk UKM melalui e-commerce tidaklah mudah di Indonesia.
Calon Ketua Umum BPP HIPMI, Bahlil Lahadalia mengatakan setidaknya ada tiga tantangan yang masih harus dihadapi oleh UKM di Indonesia jika ingin mengadopsi e-commerce.
"Di Indonesia, setidaknya masih ada tiga kendala yang membuat e-commerce susah berkembang, kendala itu adalah koneksi internet, infrastruktur, dan model pembayaran," papar Bahlil saat mengadakan diskusi rutin di Rumah Pemenangannya di Jakarta, Senin (06/10/2014).
Dengan kualitas koneksi internet yang pas-pasan dan belum meratanya koneksi internet di semua daerah di Indonesia, CEO Rifa Capital itu menyebut pengalaman melakukan e-commerce akan menjadi kurang menyenangkan.
Dari sisi infrastruktur, Bahlil yang kini menjabat sebagai Ketua BPP HIPMI bidang Infrastruktur dan Properti itu melihat Indonesia sebagai negara yang luas dan infrastruktur logistiknya belum kuat. Banyak daerah-daerah terpencil di pelosok yang belum terjangkau.
"Sementara dari sisi pembayaran, menurutnya dibutuhkan metode pembayaran yang bisa dipakai oleh semua, karena belum semua masyarakat memiliki kartu kredit," tandas dia.
Di tempat yang terpisah, pemerhati UMKM dan praktisi E-Commerce, Anthony Leong, mengatakan kecepatan internet di Indonesia sebenarnya sudah memadai untuk kegiatan e-commerce, namun saat ini belum merata.
"Masih ada daerah-daerah yang belum terkoneksi internet, atau internetnya lambat, padahal ada UKM yang punya produk bagus dan berkualitas," ujar Anthony.
Selain tiga hal di atas, Anthony juga menyoroti sisi kualitas edukasi akan pentingnya internet dalam memasarkan produk. Edukasi yang dilakukan tentang e-commerce belum banyak dan belum menjangkau hingga ke pelosok-pelosok.
"Proses edukasi e-commerce saat ini belum banyak dan merata menjangkau ke pelosok, proses ini juga tidak bisa berjalan singkat, butuh waktu lama," tegas CEO Mulia Creative House ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H