Mohon tunggu...
Thomy Satria
Thomy Satria Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menulis cerpen, dan lagu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Politikus Dari Masa Depan?

2 November 2024   20:39 Diperbarui: 16 November 2024   14:52 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa kau sebenarnya?" TANYA Sanjaya penasaran.

"Hahaha. Nanti kau juga tau."

---

6 tahun kemudian Sanjaya benar-benar terpilih kembali sebagai kepala desa. 5 tahun sebelumnya Budi juga telah menang dalam pemilihan Bupati. Dan menang lagi dalam perebutan kursi Gubernur di tahun ini.

Jalan tol telah membelah desa Cikampret menjadi dua. Desa-desa lain yang dilewatinya juga mengalami hal yang sama. Penggusuran dan sengketa tak terelakkan. Korbannya adalah warga yang lemah.

Dan aib Sanjaya akhirnya terbongkar juga. Kasus pelecehan seksual atas 7 korban yang selama ini takut dan diam. Tepat di penghujung periode keduanya sebagai kepala desa. Sanjaya meringkuk dipenjara tanpa bisa menggunakan hartanya. Vonis seumur hidup ditimpakan tanpa dia bisa melawan.

Budi pun mengunjunginya di penjara. Lalu terjadilah dialog yang tak pernah didengar siapapun.

"Tujuh korban? Dulu yang aku tau cuma dua. Kau masih jadi buaya mesum walau aibmu sedang kupegang?! Hahaha! Bersabarlah sebentar. Aku sudah menjamin kebebasanmu. Tunggu saja satu tahun lagi." tawar Budi memberi harapan.

"Tidak perlu! Aku sudah sepantasnya disini sejak 12 tahun yang lalu!" jawab Sanjaya pasrah. Di penjara dia sudah belajar agama. Sekarang yang paling dia takutkan hanyalah mati sebagai ahli neraka.

"Ya sudah, terserah kau saja! Hahaha!" ujar Budi berbalik meninggalkannya. Tapi sebelum keluar, Pak Sanjaya melontarkan pertanyaan terbesarnya yang belum terjawab.

"Budi! Siapa kau sebenarnya?" tanya Sanjaya setengah berteriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun