Saya kembali memberi perhatian ke Bonapasogit terutama daerah Toba dan Sekitar Danau Toba sejak awal tahun 2020 dan semakin focus sejak pandemic covid 19 masih berlangsung.Â
Ada beberapa sector yang sebenarnya bisa dikembangkan untuk memajukan Toba dan sekitarnya. Di antaranya, 1) Pertanian, 2) Peternakan, 3)Perikanan, 4) Pariwisata, 5)Pertambangan, 6)UMKM dan UKM utamanya Ekonomi Kreatif, 7) Pendidikan, 8) Kesehatan.
Sebelum I.L Nommensen menyebarkan Agama Kristen di Tanah Batak, yang terlebih dahulu diperhatikan adalah pertanian, kesehatan dan pendidikan. Setelah ketiga hal ini membaik, barulah Nommensen berbicara tentang Kekristenan. Apa artinya? Agar misi kita berhasil, maka yang paling utama diperhatikan adalah tentang Kesejahteraan, Kesehatan lalu pengetahuan, barulah apa yang kita sampaikan bisa diterima oleh masyarakat dengan baik.
Selama kita tidak bisa mengubah kesejahteraan mereka ke arah yang lebih baik, maka suara kita susah di dengar karena mereka tidak percaya dengan apa yang kita katakan. Itu sebabnya, poin pertama dalam komunikasi itu adalah membangun trust (kepercayaan). Biar orang percaya kepada kita, maka kita harus bisa membuktikan kepada mereka perubahan apa yang mau kita tawarkan tentu dengan menyentuh kehidupan mereka.
Dalam banyak diskusi yang saya ikuti, yang saya dengar, banyak orang menganggap bahwa pertanian di toba sudah jauh menurun. Banyak sawah-sawah yang kata mereka tak bisa ditanami karena kurangnya air dan sebagainya.
Berdasarkan keluhan itu, saya coba berkeliling di sekitar Toba dan saya menemukan beberapa masalah terkait dengan pertanian itu. Antara lain:
Pertama, Soal Irigasi!
Saya melihat terjadi perubahan besar soal irigasi ini, bila dibanding misalnya saya masih kecil hingga selesai sekolah lalu merantau hingga tahun 90 an. Sekarang banyak tali air (Irigasi) yang sudah di beton (DIP) namun banyak tali air itu yang airnya sedikit bahkan mengering? Dulu sumber airnya cukup. Ini dipengaruhi 2 hal, sumber air diatas tidak cukup atau pembagiannya yang tidak baik (manajemen airnya tidak benar).
Sesudah saya temukan persoalan air ini, ternyata ada masalah di sana. Apa itu?
- Saya menemukan fakta, ternyata sudah tidak ada lagi sekarang RAJA BONDAR. Saya kurang tahu, apakah masih ada di beberapa tempat. Ini masalah besar. Sebab apa? Raja Bondar adalah orang yang sangat dibutuhkan untuk memanage air di suatu daerah, sekaligus orang yang memelihara Bondar (air irigasi). Peran Raja Bondar ini sangat vital untuk memastikan kecukupan air irigasi untuk kebutuhan persawahan di suatu daerah. Raja Bondar memberi rasa Adil bagi seluruh pemilik sawah di daerah itu sehingga seluruh sawah kebagian air. Dengan tiadanya Raja Bondar, maka bisa dipastikan disana tidak ada keadilan pembagian air selain itu tidak ada orang yang memelihara tali air. Ini persoalan besar yang harus dijawab oleh Bupati/Wabup Toba.
Saran: Hidupkan kembali peran Raja Bondar di Toba. Pola ini bisa ditiru seperti PASUKAN ORANGE yang dilakukan oleh Ahok di DKI Jakarta. Angkat mereka sebagai Honorer Pemkab, tugasi mereka membersihkan dan mengatur air irigasi. Berikan honor yang layak bagi mereka. Hitung berapa orang kebutuhan setiap Desa. Dengan hidupnya kembali peran Raja Bondar, Saya yakin persoalan irigasi akan bisa terjawab dengan baik.
- Saya juga menemukan  fakta Daerah Aliran Sungai (Besar) di Berbagai daerah tidak ada yang terawat. Bahkan hampir semua menyempit. Gadu-Gadu (Pematang besar) yang dulu ada dipinggir sungai-sungai besar, kini sudah kecil. Diambil oleh pemilik sawah sepanjang Daerah Aliran Sungai. Dijadikan menyatu dengan sawahnya. Bukan hanya Gadu-gadunya (pematangnya) yang diambil, tetapi sungainya juga ditimbun untuk memperluas sawahnya. Wah, inilah masalah besar yang tidak disadari kita bersama. Dulu, hampir sepanjang DAS itu tumbuh pohon, kini banyak yang gundul. Maka wajar saja, air di daerah Toba cepat mengering. Sebaliknya bila curah hujan tinggi terjadi banjir besar.
Saran: Daerah Aliran Sungai Besar ini harus di normalisasi kembali. PUPR harus diingatkan untuk memperbaiki Sungai-sungai besar di sekitar Danau Toba dan Toba khususnya. Penghijauan Kembali arahkan ke pinggir-pinggir Daerah Aliran Sungai ini agar air yang ada terjaga dengan baik. Keruk lagi, titik yang terjadi pendangkalan. Bila DAS terawatt dengan baik, saya yakin kebutuhan air untuk pertanian masih cukup di Toba dan sekitar Danau Toba.
- Saya menemukan fakta bahwa penampungan air sementara di sawah tadah hujan (Sabalangit namanya di kampungku) yang kami sebut Tala (Empang) atau Embung sudah banyak yang berubah fungsi. Tala-tala itu kini sudah hampir hilang semua bahkan banyak yang berubah fungsi menjadi tanah kering atau sawah yang dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk kepentingan dirinya sendiri. Tala ini adalah kearifan local yang dimiliki oleh ompung kita sijolo jolo tubuh jaman dahulu, tetapi dirusak oleh generasi dibawahnya. Sejarah Tala itu dibuat seiring lahan dijadikan sawah tempo dulu. Tetapi generasi berikutnya tidak merawatnya bahkan menyalahgunakan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Saran: Tala atau Empang atau embung atau apalah namanya, harus kembali dibangun untuk menampung stok air. Sehingga bila musim kemarau tiba, stok air yang di Tala itu bisa digunakan untuk persawahan. Bila Bupati/Wabup ingin sukses membangun pertanian. Embung ini harus jadi prioritasnya. Tidak besar dana untuk menghidupkan Tala-Tala ini kembali, cukup dudukkan kembali warga desa untuk mengaktifkan itu. Tala-tala yang sudah sempat diclaim warga miliknya bebaskan menjadi fasilitas umum kembali.
- Saya menemukan fakta, Bendungan Irigasi sangat minim di Toba. Ini harus menjadi perhatian para pemimpin di Toba baik Eksekutif ataupun Legislatif agar sama-sama memperhatikan ini. Presiden Jokowi menjadikan Pembangunan Bendungan salah satu prioritas kerjanya dan sudah lebih dari 60 Bendungan besar di Bangun.
Kedua, Kurangnya Minat masyarakat mendalami tanaman Padi
Meski tanaman padi masih menjadi komoditi unggulan di daerah Toba, tetapi produktifitasnya menurun per Hektarnya bila disbanding masa-masa lalu.Â
Selain ketergantungan petani jaman now kepada pupuk kimia, petani jaman now juga tidak terlalu kompak lagi dalam soal jadwal menanam padi, sudah suka-suka. Taka da lagi keseragaman jadwal menanam. Ini membuat hama lebih ganas menyerang tanaman padi. Kita bisa lihat sekarang, sudah tak beraturan lagi musim tanam. Jaman dulu, saat menabur benih, jadwalnya bersamaan di satu lokasi. Itu sudah susah ditemukan jaman sekarang.
Petani Toba sekarang lebih menikmati beertani di kebun karena harga komoditi yang jauh lebih bagus disbanding padi misalnya. Katakanlah seperti tanaman jahe, jagung, kopi, cabai dan lain sebagainya.
Selain kedua hal diatas, soal Irigasi dan soal minat masyarakat yang sudah berubah. Tentu hal-hal lain mempengaruhi seperti ketersediaan pupuk, pengetahuan petani untuk mengatasi hama dan penyakit juga mempengaruhi.
Bila hal-hal diatas diperhatikan, saya yakin pertanian Toba akan kembali meroket. Selain hasil pertanian yang bagus. Lahan-lahan pertanian juga jadi bagus dan indah. Lahan yang bagus dan indah bisa dijadikan sebagai spot wisata, yang kemudian disebut orang sebagai Agro Wisata.
Memajukan Pertanian Toba itu mudah, tapi lihatlah permasalahan mendasarnya. Di situ kuncinya. Jangan menuduh pihak lain penyebabnya, tetapi kita lupa pada hal mendasar. Air di sekitar Danau Toba cukup, Curah hujan masih teratur.Â
Tetapi perlu diingat, curah hujan itu juga perlu diatur air yang jatuh, perlu di manage. Dengan apa? Dengan mengatur distribusinya mulai dari atas hingga ke bawah. Buat tangki-tangki Raksasa (Bendungan) penampungnya dan tangki-tangki kecil (Tala atau embung atau empang) untuk menampung sementara.
Tetap Semangat Toba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H