Kopi Sumatera itu sudah terkenal hingga ke ujung dunia ini. Rasanya yang khas dan mantap dengan kualitas tinggi, sudah menjadi legenda bagi penikmat kopi dunia. Salah satu kopi terbaik di Sumatera adalah kopi dihasilkan dari dataran tinggi sekitar Danau Toba. Baik itu kopi Sidikalang, Kopi Lintong, Kopi Toba dan juga Kopi Simalungun.
Menanam kopi itu, sudah dilakukan petani disekitar Tapanuli secara turun temurun. Namun demikian, para petani masih terus mengalami masalah dalam pengelolaan hingga pasca panen. Meskipun harga kopi di coffee shop relatif tinggi, tetapi harga itu tidak otomatis sama bagusnya ditingkat petani. Harga jual di tingkat petani tetap saja belum sesuai harapan. Apalagi akibat pandemic covid 19 setahun belakangan ini, tentu permintaan akan kopi pasti menurun, karena banyak coffee shop yang tutup setahun terakhir di seluruh dunia.
Selain tidak stabilnya harga kopi, ternyata petani juga sering mengalami kendala dalam penanaman, pemeliharaan hingga panen buah. Minggu yang lalu, saya menemui para petani kopi di Parsoburan Tengah, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba. Mereka mengeluhkan adanya serangan penyakit Penggerek Buah Kopi.
Serangan Penggerek Buah Kopi ini, yang biasanya mereka singkat dengan sebutan PBKO menyerang buah kopi. Ciri-cirinya adalah salah satu biji kopi dalam satu buah kopi itu habis atau membusuk karena habis diserang oleh PBKO. Selain bijinya yang habis, biji yang tertinggal juga kualitasnya menurun. Karena salah satu biji kopi nya sudah hilang dalam setiap buah, otomatis jumlah panen kopi petani menurun secara drastis.
Menurut Marojahan Sianipar, salah satu pemilik lahan kopi di Parsoburan Tengah, masalah ini sudah disampaikan kepada Bupati Toba, Ir. Poltak Sitorus untuk dibantu mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan menurut Marojahan Sianipar, pak Bupati langsung berkoordinasi dengan PT Toba Pulp Lestari Tbk, perusahaan yang beroperasi di Toba yang memiliki Divisi Community Development yang mengkhususkan diri untuk membantu masyarakat sekitar perusahaan berdiri dalam soal-soal peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang pertanian, social, budaya, pemberdayaan ekonomi dan lain sebagainya.
Masalah ini segera direspon dan ditindak lanjuti oleh Tim CD officer PT Toba Pulp Lestari Tbk dengan mendatangi lahan pertanian masyarakat di Parsoburan Tengah Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba, Sumatera Utara.
Menurut Ibu Tasya Sirait, CD Officer PT TPL, PBKO sering terjadi karena tidak baiknya para petani dalam melakukan pemeliharaan. Seringkali buah kopi yang terkena serangan PBKO dibiarkan bertumpuk disekitar tanaman kopi, akibatnya penyakitnya tidak hilang bahkan itulah yang naik dan menyebar ke buah kopi yang baru. Selain itu, intensitas cahaya yang terlalu tinggi juga tidak baik buat kopi, maka tanaman kopi wajib memiliki tanaman pelindung.
Untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh petani Parsoburan Tengah, PT Toba Pulp Lestari Tbk langsung memberikan LAMTORO PG 79 kepada para petani kopi untuk ditanam di area perkebunan kopi petani. Direncanakan PT Toba Pulp Lestari Tbk akan menyumbangkan sebanyak 3 ribu batang Lamtoro PG79 secara bertahap kepada 100 an petani kopi di Kecamatan Habinsaran.
Selain penyakit dan hama, petani kopi Habinsaran juga meminta bantuan kepada Pemkab lewat kerjasama dengan PT TPL dan Dinas Perkebunan untuk membantu peremajaan (replanting) tanaman kopi para petani karena 70 persen lebih sudah berusia diatas 10 tahun.
PT Toba Pulp Lestari Tbk, menurut ibu Tasya Sirait yang didampingi staff CD yang lain Bpk Egi (wilayah sector Habinsaran) akan terus hadir membantu masyarakat dan terus hadir berkontribusi untuk membantu masyarakat Toba.