Setiap ucapannya, setiap pernyataannya dalam jumpa pers bernilai berita tinggi. Selalu headline berita di berbagai Media elektronik dan Media mainstream, pun dalam media social.
Beda saat Johan Budi berbicara saat sebagai Jubir Presiden, ruh nya hilang. Mengapa? Karena pengelolaan informasi tadi. Terkadang apa yang mau disampaikan oleh Johan Budi sebagai Jubir, terkadang sudah disampaikan oleh Presiden Jokowi terlebih dahulu.Â
Atau justru bahan-bahan yang mau diinformasikan oleh Johan Budi tidak terlalu special karena mungkin sudah disampaikan oleh Kementrian/Lembaga sebelumnya di tempat yang berbeda. Praktis Johan Budi tidak bersinar saat sebagai Jubir Presiden Jokowi.
Sepertinya Presiden Jokowi, tidak menyadari kegagalan Johan Budi sebagai Jubir, sehingga saat mengangkat Fadjroel Rachman pun sebagai Jubir Presiden di periode kedua ini, tidak membawa dampak apa-apa terhadap pola komunikasi Istana.Â
Masih tetap tidak produktif dan masih belum berfungsi sebagaimana kita pernah melihat kedigdayaan Jubir Presiden di Era SBY seperti Dino Patti Djalal, Andi Alvian Mallarangeng dan Julian Aldrin pasha, mereka kuat secara karakter dan kita bisa melihat ada perannya sebagai Jubir Presiden.
Keempat, besarnya peran influencer di era Jokowi. Salah satu kelemahan pola komunikasi di era Jokowi adalah terlalu seringnya Presiden Jokowi memanfaatkan peran influencer untuk mempromosikan berbagai isu atau program Presiden Jokowi.Â
Seringnya Presiden Jokowi mengundang para influencer ke Istana, sebenarnya mengkonfirmasi pada kita bahwa pengelolaan informasi yang dilakukan Istana gagal.Â
Bila istana bisa mendeliver isu atau kebijakan dengan baik lewat Jubir dan Tim Komunikasi Presiden, maka tidak perlu Presiden Jokowi banyak menggunakan jasa influencer.
Sadar atau tidak disadari, peran influencer yang diundang Jokowi ke istana kan tujuannya untuk membantu mengkomunikasikan isu ke masyarakat.Â
Tapi, ada satu hal yang tidak disadari oleh Presiden Jokowi yaitu kualitas para influencer itu tidak bisa dijamin. Akibatnya apa? Influencer sering melakukan blunder dan miss informasi, seperti apa yang dilakukan oleh Anji baru-baru ini tentang isu penemuan obat corona. Menjadi liar isu nya dan tidak produktif.
Bila pun Presiden Jokowi ingin menggunakan influencer, carilah influencer yang kuat secara narasi, bukan yang penting banyak follower-nya.