Sudah 5 Kali Pemilu diadakan setelah Reformasi dan jatuhnya era Orde Baru pimpinan Soeharto dimana Golkar adalah partai penguasa di masa era Orde Baru. Tetapi sudah hampir seumur era orde baru, umur reformasi, Partai Golkar belum bisa menemukan Tokoh (Kadernya) untuk bisa bersaing sebagai Calon Presiden. Pun ada Wiranto sebelum mendirikan Partai Hanura, Kalah melawan SBY-JK saat itu. Dua Kali Jusuf Kalla Menang sebagai Wapres, kedua kesempatan itu bukanlah posisinya sebagai Kader Partai Golkar, Lebih condong karena mewakili Tokoh Publik Wilayah Timur Indonesia.
Bila kita memperhatikan penyelenggaraan lima pemilu legislative terakhir, Partai Golkar hamper selalu masuk 2 besar, kecuali tahun 2019 meduduki posisi ketiga setelah PDIP dan Gerindra, tetapi jumlah kursi di DPR tetap nomor dua terbanyak. Namun bila kita memperhatikan kelima pileg itu, boleh dikata Partai Golkar belum bisa melahirkan Kader yang elektabilitasnya kuat di mata masyarakat sebagai Calon Presiden. Sempat muncul Aburizal Bakrie, tetapi kalah bersaing dengan Jokowi dan Prabowo.
Apalagi dalam 5 atau 6 tahun terakhir ini, kita belum bisa menemukan Tokoh yang mampu bersaing meningkatkan elektabilitasnya sebagai Capres pada Pilpres tahun 2024 yang akan dating, Padahal Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartanto duduk sebagai Menko Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju, tapi jabatan itupun tak mampu menaikkan elektabilitasnya, padahal Dia Ketum Partai Besar. Demikian Juga, Bambang Soesatyo Kader Partai Golkar yang duduk sebagai Ketua MPR RI periode 2019-2024, juga tak mampu bersaing untuk meningkatkan elektabilitasnya sebagai Capres tahun 2024 nanti.
Apa yang terjadi sebenarnya dengan Kaderisasi Partai Golkar?
Sebelumnya mari kita lihat posisi Partai Golkar dalam Lima Pemilu terakhir :
Pemilu tahun 1999 : Inilah 3 Besar Pemenang pemilu yaitu PDIP (33,74 %), Golkar (22,44%), PPP (12,55%). Dan Presiden Terpilih Gus Dur didampingi Wapres Ibu Megawati Soekarnoputri.
Pemilu tahun 2004 : Inilah 5 Besar dengan Perolehan suara terbanyak adalah Golkar (21,58%), PDIP (18,53%), PKB (10,57&), PPP (8,15%), Demokrat (7,45%) dan Presiden terpilih adalah Susilo Bambang Yudhoyono dengan wakil Jusuf Kalla (saat itu JK bukan perwakilan Partai Golkar). Golkar saat itu diwakili Wiranto sebagai Capres.
Pemilu tahun 2009 : Inilah 5 Besar Pemenang Pemilu yaitu Partai Demokrat ( 20,85%), Partai Golkar (14,45%), PDIP (14,03%), PKS (7,88%), PAN (6,01%). Dan SBY yang berpasangan dengan Boediono saat itu terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Pemilu tahun 2014 : Inilah 5 besar dengan perolehan suara terbanyak adalah PDIP (18,95%), Partai Golkar (14,75%), Gerindra (11,81%), Demokrat (10,19%) dan PKB (9,04%) Dan yang terpilih sebagai Presiden adalah Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (Sekali lagi, JK bukanlah wakil Golkar saat itu, karena Partai Golkar mendukung Prabowo-Hatta).
Pemilu tahun 2019 : Inilah 5 Besar pemenang pemilu yaitu PDIP (19,33%), Gerindra (12,57%), Partai Golkar (12,31%), PKB (9,69%), Nasdem (9,05%). Presiden terpilih adalah Joko widodo yang di damping Wapres Ma'ruf Amin.
Nah, bila melihat akar rumput yang begitu kuat dalam diri Partai Golkar dimana dalam 5 Pemilu terakhir selalu masuk dalam 3 Besar, maka sebenarnya Partai Golkar akan lebih mudah kembali berkuasa. Beda misalnya dengan Partai Demokrat, meski pernah menang Pemilu tahun 2009, tetapi sesungguhnya akar rumput Partai Demokrat belum begitu kuat. PDIP dan Partai Golkar adalah 2 Partai yang sudah sangat kuat basis massa dan kaderisasinya. PDIP sudah melahirkan Megawati dan Jokowi sebagai Presiden di Era Reformasi. Golkar kapan?