Saya masih ingat waktu itu, 27 dan 28 Desember 2017, Djarot Saiful Hidayat bersama istri dan anak anaknya berlibur sekaligus bersilahturahmi ke Danau Toba, Di mulai dari Parapat, ke Samosir dan dilanjutkan ke Tapanuli Utara saat itu. Pak Djarot saat itu betul betul menikmati keindahan Danau Toba. Sekaligus juga mampir ke pasar pasar tradisional saat itu.
Saat itu, PDIP seakan melakukan test water ke tanah Batak, apakah Pak Djarot bisa diterima apa tidak? Sebab, santer terdengar, Calon kuat dari PDIP harus orang Batak di pilkada Sumut, diantaranya yang sudah sempat muncul ke permukaan Efendi Simbolon dan Maruara Sirait. Tetapi last minute, menyikapi koalisi partai partai yang hampir semua mendukung Edy Rahmadi saat itu, PDIP mengambil langkah nyeleneh dan tidak terduga, mendorong Djarot Syaiful Hidayat for Sumut1. Lawan Politik bahkan internal PDIP tidak banyak yang memprediksi hal itu.
Untuk ke sekian kalinya, kematangan Megawati Soekarnoputri dalam mengambil keputusan memang harus diacungi Jempol. Jika mungkiin, semua jempol tak kasih untuk keputusan nyeleneh ini. Kenapa saya sebut nyeleneh? Karena memang lari dari jalur yang sudah direncanakan oleh PDIP dan mitra koalisinya. Pun, lawan politiknya terkecoh.
Hebatnya, Megawati dapat "memaksa" PPP untuk mendukung calon yang dua-duanya berasal dari PDIP. Sebab memang, pasangan Djarot, Sihar Sitorus sudah menjadi anggota PDIP sejak beberapa waktu yang lalu. Sihar Sitorus, anak dari konglomerat Batak yang sangat terkenal Raja D.L Sitorus, sudah memiliki basis massa yang kuat di Sumut.
Selain basis massa yang selama ini sudah terafiliasi dengan D.L.Sitorus, tak dapat dipungkiri, suara etnis Batak juga diyakini sebagai modal dasar yang kuat bagi Sihar Sitorus, sebagai satu satunya wakil etnis Batak setelah J.R Saragih dinyatakan gugur dalam proses verifikasi data paslon oleh KPUD Sumut yang mengatakan bahwa J.R Saragih memalsukan legalisir ijazah SMA nya.
Pilkada Sumut kali ini Head to Head antara pasangan nomor urut 1 Edy Rahmadi - Ijeck vs Djarot Syaiful Hidaya - Sihar Sitorus. Jika mengacu pada jumlah dukungan partai politik pengusung, pasangan Edy Ijeck di dukung lebih dari 70 % suara berdasarkan jumlah suara anggota DPRD di Sumut saat ini. Sementara pasangan Djoss (Djarot Sihar Sitorus) hanya didukung 20% suara yaitu PDIP dan PPP. Suara PKB dan PKPI yang tadinya mendukung J.R Saragih belum menentukan arah dukungannya hingga saat ini.
Jika mengacu dukungan suara berdasarkan jumlah keanggotaan saat ini di DPRD Sumut, maka sangat mudah bagi pasangan Edy - Ijeck untuk mengalahkan pasangan Djoss. Tapi berdasarkan berbagai survey yang dilakukan berbagai lembaga survey di Sumut. Perbedaan suara antara paslon 1 dan paslon 2 hanya berkisar 5% dimana pemenang survey rata-rata dimenangkan oleh paslon Edy Ijeck.
Itu bisa menjelaskan beberapa hal, diantaranya, ternyata Djoss yang baru sosialisasi baru hitungan 3 bulan bisa dengan cepat mengambil hati pemilih Sumut dibandingkan Edy Ijeck yang sudah sosialisasi sejak beberapa tahun belakangan. Kedua, tipisnya perbedaan suara dalam survey, itu menandakan dukungan terhadap Djoss semakin meningkat dari hari ke hari. Sementara suara untuk pasangan Edy Ijeck cenderung stagnan dan bahkan menurun terus menerus. Djoss dapat menggerogoti lumbung lumbung suara yang tadinya basis massa Edy Ijeck seperti daerah pesisir dan kota kota besar di Sumut.
Mengapa dukungan Djoss ini semakin meningkat?
Pertama, Pasangan Djoss membawa slogan Sumut (semua urusan muda dan transparan). Slogan ini, seakan menjawab kehausan warga Sumut akan pemimpin yang bersih dan transparan. Pengalaman Sumut, Dua Gubernur sebelumnya Syamsul Arifin dan Gatot Pujo di penjara karena korupsi. Kehadiran Djarot yang sudah berpengalaman 2 kali jadi Walikota Blitar dan pernah juga Wakil Gubernur DKI dan Gubernur DKI tanpa pernah tersangkut kasus hukum seakan memberi harapan bagi warga Sumut untuk memiliki Gubernur yang benar-benar jujur dan mau melayani waraga Sumut dengan baik
Anekdot selama ini yang mengatakan Sumut (Semua urusan mesti pakai uang tunai), diharapkan warga bisa digantikan oleh Djoss menjadi Semua urusan mudah dan transparan. Itu menjelaskan juga kepada kita, warga Sumut merindukan pemimpin yang jujur dan tidak korupsi. Harapannya, dengan pemimpin yang jujur dan tidak korupsi, pembangunan di Sumut bisa lebih baik dan lebih maju lagi.