Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Jokowi] Pada Dirimu, Aku Melihat

18 Desember 2015   16:10 Diperbarui: 18 Desember 2015   16:34 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Bapak Jokowi!

Pada dirimu, aku melihat sebuah lukisan. Lukisan yang menggambarkan Indonesia Mini!

Jika aku terbayang dengan saudara kita para petani, ku teringat engkau duduk berjongkok bersama mereka mereka di pinggiran sawah, sembari engkau mendengar keluh kesah mereka. Sesekali engkau mengangguk, tapi tak jarang engkau mengernyitkan dahi. Dari situ engkau memberikan tuah kepada bawahanmu.

Dan tuahnya adalah cukupkan pupuk, perbaiki kualitas benih, perbaiki irigasi, bantu permodalan dan hentikan import pangan. Mafia pangan menjerit, tetapi petani mulai optimis, ada sebuah harapan untuk perubahan nasib mereka, lebih sejahtera dan lebih layak hidup.

Pada dirimu, aku melihat harapan masa depan dari nelayan, buruh, imigran, kaum papa, kaum terpinggirkan, kaum minoritas dan semua kaum yang membutuhkan keberpihakan. Di pundakmu, kini mereka percaya. Percaya akan sebuah perubahan, perubahan yang lebih baik tentunya.

Pada dirimu, aku melihat sebuah lukisan, tentang Papua yang berharap. Papua yang di masa lalu, termiskinkan oleh ketamakan para elit dan cengkeraman asing yang tiada henti menggaruk ladang-ladang emas di Papua. Engkau datang bolak-balik, meski jauh. Dari situ engkau bersabda pada dirimu.

Papua harus dibangun, buka jalan yang terisolasi oleh tangan koruptor di masa lalu, bangun pelabuhan untuk logistik yang lebih murah, berdayakan para petani, gelontorkan triliunan rupiah setiap tahun demi Papua yang berdaya, Papua yang memiliki masa depan, Papua yang dalam dirinya harus mempunyai rasa bangga sebagai anak bangsa, bagian dari negara tercinta, NKRI.

Pada dirimu, aku melihat rasa memiliki. Rasa memiliki akan saudara-saudara kita di perbatasan-perbatasan yang selama ini terabaikan. Engkau meninjau, tak lama engkau memberi titah kepada bawahan. Bangunkan daerah perbatasan dari rasa minder yang lama menghantui mereka tersebab tetangga lebih menggiurkan, tetangga lebih makmur, tetapi lebih dari segalanya. Bangun jalan-jalan yang mampu membanggakan anak negeri. Buka hutan belantara, bentangkan jalan, sambungkan rasa bangga di antara sesama anak bangsa. Pada rasa memiliki yang engkau punya, Bapak Jokowi, engkau telah sadarkan saudara-saudara di perbatasan bahwa negara masih ada, bahwa Negara masih hadir buat mereka. Engkau menyadarkan mereka, rezim telah berganti, keberpihakan singgah menyapa anak negeri.

Bapak Jokowi!

Pada dirimu, aku melihat, ada keberpihakan kepada kaum papa, meski tak mudah mewujudkannya. Caramu mendengarkan mereka, bangkitkan harapan yang telah lama sirna. Caramu menatap mereka, bagai hadirnya setetes embun di pagi hari.

Caramu berlaku, caramu bertindak, tiada menyakiti, tetapi merangkul. Tumpahkan kehangatan pada setiap jiwa yang kering. Dan mereka seperti sembuh dari sakit, meski engkau bukanlah dokter terbaik.

Pada dirimu, kutemukan kedekatan yang tak berjarak dengan rakyatmu, meski engkau mampu menjauh. Tetapi engkau memilih untuk ada disamping mereka.

Saat pemimpin lain, membatasi diri dengan pengawalan yang ketat, sirine meraung-raung, menjajah telinga dalam ketenangan, engkau memilih untuk biasa saja. Saat pemimpin lain, memagari rumah dan istana mereka dengan pagar tertinggi dan terhebat, engkau memilih membukakan pintu kepada siapapun dengan sentuhan makan siangmu. Hingga rakyat yang tak pernah bermimpipun untuk menginjakkan kaki di karpet istana yang halus itu, menjadi nyata dan tak pandang bulu.

Pada dirimu, kutemukan sikap yang membela Negara Kesatuan Republik Indonesia, tak kalah anak bangsa ini bermalas-malasan bekerja, tak kalah anak bangsa ini banyak yang tertinggal, tatkala anak bangsa ini banyak yang dibesarkan dalam budaya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, yang jika timbul masalah, anak bangsa ini menjadi anak-anak yang pesimis, anak bangsa ini menjadi anak-anak yang kehilangan daya juang, tetapi engkau memilih untuk berkata, Revolusi mental.

Engkat berkata, dengan revolusi mentallah, daya juang lahir, dengan revolusi mentallah rasa optimisme dapat dibangun, agar setiap anak negeri menyadari betapa kita bangsa yang besar, bangsa yang akan dihormati bangsa-bangsa lain di dunia di masa yang akan datang.

Pada dirimu, kudapatkan arti hidup berbagi yang sebenarnya. Engkau membagi harta kepada setiap orang yang membutuhkan. Engkau membagi senyum kepada setiap insan yang tak berdaya, engkau membagi kebahagiaan kepada kaum muda lewat berbagai cara yang kau gunakan.

Pada dirimu, kurasakan arti keadilan dalam memimpin. Engkau telah mengunjungi ribuan tempat di nusantara ini hanya dalam setahun dan engkau tidak membeda-bedakan itu semua. Dari ujung Aceh sampai ujung Papua, jejak-jejak kakimu telah terpatri. Engkau adil pada rakyatmu, bukan hanya elit yang engkau senangkan, tetapi tukang ojek, tukang bajaj, supir angkot, penyapu jalan, kau perlakukan sama dimatamu dengan para pengusaha, dengan para eksekutif bahkan ditanganmu para pejabat sudah mulai berubah dari bos menjadi pelayan.

Pada dirimu, Kudapatkan arti pemimpin yang sederhana. Sederhana bukan hanya karena bajumu yang sederhana, tetapi juga kehidupanmu sangat sederhana. Termalukanlah kami sesungguhnya dengan gaya yang dipaksakan, meskipun kami bukan sesiapa, jika terbandingkan dengan gayamu sebagai penguasa nomor wahid.

Termalukanlah kami seharusnya, sebab kami tak pernah sadar yang kami punya. Engkau yang berkuasa, tetapi kami yang sok kuasa. Engkau yang duduk disinggasana Kerajaan, tetapi kami yang kau perlakukan bagai raja.

Benarlah, kata tua-tua diraja berkata, teladanmu adalah panutan.

Semoga jiwa ragamu terjaga, Demi Indonesia yang lebih baik.

 

Dari, seseorang yang tak lelah mendukung dan mendoakanmu.

Thomson Cyrus, 18122015.

 

Sumber Gambar 1 : detik.com

Sumber gambar 2 : kompasiana.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun