Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah Asap, Banjir Menanti, Pilkada Mengganggu, Nawacita Jokowi Terganjal

27 Oktober 2015   10:18 Diperbarui: 27 Oktober 2015   11:07 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar : facebook/Presiden Joko Widodo.

Setelah setahun Jokowi memimpin, banyak capaian dan kegagalan yang telah dilewatinya. Para penagih janji melihat, Jokowi masih belum memenuhi janji Nawacitanya. Padahal kalau saja, mereka jeli dan bersih hatinya melihat, banyak kemajuan yang telah dilakukan oleh Jokowi, utamanya tentang perhatiannya terhadap nasib petani, nasib nelayan, kaum buruh dengan berbagai program program unggulan semisal, Kartu Indonsia Pintar, Kartu Indonesia sehat, Kartu Keluarga Sejahtera.

Anggaran lebih banyak di fokuskan di luar Jawa, yang selama ini hanya fokus di Jawa. Pembangunan di desa desa sudah mulai bergeliat. Kredit Usaha Rakyat digenjot habis habisan dengan persyaratan yang lebih mudah dan bunga yang lebih rendah. Pembangunan yang mulai terfokus ke luar Jawa dengan membangun berbagai insfrastruktur semisal bendungan untuk pertanian dan pariwisata, irigasi untuk pertanian, jalan jalan, jalan tol, Pelabuhan dan Bandara di perluas, rumah murah digenjot habis habisan dan berbagai insfrastuktur listrik dan energi lainnya. Semuanya untuk menggerakkan roda ekonomi biar lebih baik.

Yang menyedihkan adalah massifnya pembakaran dan kebakaran lahan gambut, hutan dan berbagai perkebunan warga di Sumatera dan Kalimantan...yang kita heran, belum reda di kedua pulau itu, Sulawesi dan Papua sudah menyusul. Kebakaran hutan di Indonesia begitu massif. Penyebabnya untuk sementara adalah el nino dan kebakaran gambut. Jutaan hektar lahan gambut terbakar dan memadamkan api di lahan gambut sangat susah, oleh sebab lahan gambut dapat menyimpan bara pada kedalaman 3-5 meter di bawah permukaan.

Asap yang dihasilkan oleh pembakaran dan kebakaran hutan dan lahan gambut ini, telah menguras energi kita, mengacak acak logika kita. Kita bertanya? Bagaimana bisa terjadi lebih dari 2 bulan, tak bisa diatasi?

Jawabannya pasti debatable.

Tetapi yang pasti, alam kita sudah rusak. Gambut yang tadinya berfungsi untuk menyimpan air, dengan proyek perkebunan sawit, dikeringkan. Ekosistem terganggu. Semua terganggu. Kita terlalu rakus dengan uang, kita terlalu nafsu dengan kemajuan, kita lupa memelihara lingkungan.

Yang tak pernah dihitung oleh pemerintah adalah berapa besar dampak dari kerusakan lingkungan itu semua. Pemerintah terlalu cepat memberikan Hak Pengelolaan Hutan kepada perusahaan yang belum tentu profesional. Pemerintah sebelumnya hanya memikirkan jangka pendek. Kita bangga sebagai penghasil CPO nomor satu di dunia, tetapi kita tidak pernah hitung bersama. Apakah dengan posisi itu, rakyat kita semakin sejahtera, atau hanya segelintir pengusaha rakus saja yang semakin kaya.

Pemilik perkebunan sawit bisa dihitung dengan jari, tetapi luas lahan yang mereka miliki berjuta juta hektar dengan penanganan yang tidak profesional.

Asap ini telah melumpuhkan ekonomi kita, sementara pemilik konsesi lahan, ongkang ongkang kaki di luar negeri, tidur di hotel berbintang lima, mungkin saja, tertawa terpingkal pingkal, melihat rakyat Indonesia tersiksa berbulan bulan. Mungkin saja, dia berpesta di antara harumnya tubuh wanita memijat tubuhnya, sementara pemerintahan Jokowi kelimpungan menghadapi asap yang mereka hembuskan.

Asap ini telah menyiksa kita, kita saling menuduh...Tak akan pernah tahu siapa pelakunya, sebab pemerintah juga tak akan mengungkapnya. Biasa, alasan klasik. Pengusaha mengancam, akan hengkang. Jika hengkang, penganggurran bertambah. Senjata ampuh pengusaha hitam yang tak pernah dapat dilawan oleh pemerintah.

Belum kongkalingkong mereka dengan para oknum pejabat pemerintah pusat dan daerah. Rupiah bertaburan saban hari melancong ke kantong para pejabat korupt itu. Mengapa pemda tak punya kekuatan melawan para pelaku pembakaran, jawabannya mereka kongkalikong, korupsi.

Energi Jokowi dan rakyat akan terkuras menghadapi ini semua.

Kita berharap asap segera berlalu, hujan segera tiba untuk membantu memadamkan api. Sialnya, asap terjadi karena pembakaran dan kebakaran hutan dan lahan gambut. Hujan datang, asap berlalu...tetapi pekerjaan kita tak akan berhenti, pekerjaan kita malah semakin bertambah.

Tangis kita belum reda, musim penghujan datang. Banjir menanti, sebab hutan tidak dapat lagi menahan air, sudah gundul, longsor memulai...banjir menggerus dan meluluhlantakkan segala yang ada. Akan terjadi korban lagi, meninggal lagi, ekonomi terganggu, energi terkuras.

Sudah siapkah kita dengan keadaan itu?

Sepertinya saya melihat, kita masih jauh dari kata siap. Kita punya badan nasional penanggulangan bencana, tetapi belum menyentuh pada bagaimana mencegah bencana, baru hanya kumpulan orang orang yang dipersiapkan untuk mengurus jika ada terjadi bencana.

Musim penghujan akan segera tiba, longsor segera terjadi, banjir akan melanda. bagaimana persiapan kita. Apakah kita harus saling menghujat, atau bahkan mempersiapkan diri. Sebab sejauh yang saya lihat, kita terlena dengan el nino, tidak sadar, jika musim penghujan datang, banjir segera melanda.

Banjir melanda. kebetulan bersamaan dengan pilkada serentak. Kita tidak berharap ada kerusuhan, tetapi seperti pertanyaan saya diatas, sudahkah kita bersiap untuk hal hal yang buruk? Karena pengalaman kita berkata, pilkada selalu menyisakan bara.

Jokowi sepertinya belum bisa tenang bekerja. Setelah asap, lalu banjir dan pilkada. Bagaimana nasib nawacita?

Jokowi seperti biasa, tidak akan mengeluh, dia akan tetap bekerja semaksimal yang dia bisa. Insfrastruktur akan tetap fokus. Gonjang ganjing politik akan selalu mengintai, masalah hukum pasti banyak yang tercecer, ekononomi mulai bergeliat, tetapi tetap kontraksi, pelanggaran HAM tetap akan mewarnai tahun 2016.

Anak anak masih banyak yang menjadi korban-korban kemanusiaan, entah itu pedofil, penjualan anak, pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan lain sebagainya.

Jokowi masih akan merasakan ganjalan ganjalan di sana sini dalam menjalankan visi misi nawacita nya. Dia sadar akan hal itu, kita berharap, Tuhan membantu Jokowi, agar segala persoalan yang ada, dapat ditangani dengan baik. Dengan begitu, kita berharap Jokowi dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.

Seperti kalimat yang sering disampaikan oleh Presiden Jokowi, "Kita harus optimis, sebab kita bangsa yang besar".

Bagaimana kita masyarakat? Bersama sama dengan Presiden Jokowi bekerja atau di sudut sudut gelap kita menghina, menghujat dan melecehkan Jokowi? Sikap kita menggambarkan siapa kita sebenarnya.

Salam kompasiana.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun