“Abang beruntung dong?”
Sejak kecil, abang termasuk orang yang beruntung! Tidak seperti saudara/i yang hidup di pinggir kali, yang hidup di tengah tengah kawasan kumuh, suatu saat di uber uber, rumah peotnya dirobohkan lalu diratakan oleh aparat, di usir dan kemudian hidup mereka ter-ombang-ambing lalu terlunta-lunta. Abang sudah dapat hidup layak sejak kecil, kuliah, hingga pada titik ini, titik dimana dek Lia mengenal abang sebagaimana adanya.
“Kok jawabnya yang itu sih?” aku sewot.
Jawaban apa yang dek Lia inginkan?
“Tadi katanya, beruntunglah lelaki yang bisa mendapatkanmu! Aku tanya, abang beruntung dong!”
Dan abang telah menjawab tentang keberuntunganku.
Aku mendekat duduk di sampingnya lalu meraih tangannya. Dan ku pegang dengan tangan kananku.
“Aku milik abang sekarang!” bang Rizal Ramily kaget, seketika tertawa.
Haha...
“Kok malah ketawa?”
Bang Rizal melepas tanganku lalu berdiri menghadapku.