Bajak-membajak Kader adalah sesuatu permasalahan di alam demokrasi, sepatutnya setiap partai tidak membajak kader dari partai lain, tetapi mengkader partai yang berkarakter sesuai dengan platform partainya, agar masyarakat banyak pilihan.
Mungkinkah kepemimpinan ibu Risma berakhir tragis?
Hanya ibu Risma yang menentukannya, Ibu Risma harus kembali ke sejarah. Mengapa dia disukai oleh publik sebagai pemimpin? Mestinya ibu Risma tetap pada cara kerja, karakter yang telah dilakukannya selama ini. Ibu Risma sebaiknya tidak masuk ke ranah politik, dia tetap saja bekerja agar publik tetap senang terhadapnya. apapun godaan yang ditawarkan oleh pihak lain, terutama posisi dan kedudukan, dia tak perlu tergoda.
Ibu Risma seharusnya tetap bekerja sebagai walikota Surabaya, saatnya nanti, rakyat akan melihat yang terbaik untuk ibu Risma. Gubernur, Menteri, Presiden? Kenapa Tidak?
Haruskah saya kecewa terhadap ibu Risma, serupa saya pernah kecewa terhadap Angelina Sondakh?
Sama seperti saya kecewa terhadap Miranda Goeltom dalam kasus cek pelawat? Semoga Tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H