Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ada Rasa Papua di Indonesian Idol

23 Februari 2014   07:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga Juri Berdiri bertepuk tangan, Ahmad Dhani, Tantri Kotak, dan Anang Hermansyah, hanya Titi DJ yang malas berdiri karena sudah tua, tetapi dia mengakui kualitas penampilan Nowela, peserta Indonesian Idol tahun 2014. Jumat malam, pada acara Spektakuler pertama pada Indonesian Idol tahun 2014 ini, Nowela tampil pada kesempatan terakhir, sebagai penutup dan membawakan lagu dari Miley Cyrus ; Wrecking Ball.

Pergelaran Indonesian Idol hampir diadakan setiap tahun, tetapi tidak selalu, pesertanya dari tahun ke tahun semakin banyak yang mendaftar dari segala penjuru Indonesia. Acara ini memberikan kesempatan kepada kaum muda Indonesia untuk menunjukkan kualita bernyanyi. Setiap orang yang masuk ke Spektakuler Show, biasanya cepat terkenal dan akan menjadi batu loncatan menjadi artis Indonesia. Itu makanya, setiap peserta akan melakukan yang terbaik demi sebuah tiket di Spektakuler Show. Dalam setiap show selalu kita lihat tangis dan tawa.

Media Televisi melalui berbagai programnya adalah alat yang sangat efektif untuk membuat seseorang menjadi terkenal. Para pelakon di televisi biasa di panggil Artis. Banyak yang berlomba-lomba menjadi artis, baik itu sebagai pelaku peran (aktor dan aktris), penyanyi, pembawa acara, pelawak, dll. Berbagai talenta dipadukan untuk menghasilkan acara yang terbaik, sesuai dengan kebutuhan industri pertelevisian di Indonesia.

Tetapi ada yang mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini jika melihat pertelevisian di Indonesia. Para pekerja di pertelevisian tidak menggambarkan acara-acara yang diprogramkan mewakili ke Indonesiaan kita. Coba kita perhatikan sinetron di Tv, kadang saya muak melihatnya, itu-itu saja yang dipertontonkan. Penyiksaan terhadap org miskin, penyiksaan terhadap pembantu, mempertontonkan iri di antara ibu-ibu rumah tangga, perselingkuhan, percintaan yang begitu-begitu saja ceritanya. Tidak ada yang salah dengan itu semua, cuma yang sering saya perhatikan adalah bahwa sangat minim kreativitas pembuat sinetronnya. Apa salahnya pelaku pembuat sinetron mengangkat tema dari persoalan-persoalan yang ada di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT, NTB, Papua dan Sumatera.

Kita hanya melihat sinetron dengan latar belakang Jawa dan Bali. Tontonan yang baik, mendidik, dan menghibur itu biasanya kita dapatkan dari latarbelakang diri kita, Jika kita hanya dipertontonkan dengan permasalahan yang ada di Jakarta, Bandung, Puncak, dan Bali, maka yanga ada kemudian adalah masyarakat tidak diberi gambaran tentang Indonesia yang sesungguhnya, sehingga masyarakat yang nonton televisi tidak akan pernah mengetahui permasalahan dan kelebihan di daerah lain.

Serupa dengan para artisnya, kita hanya disuguhi, wanita cantik keturunan Indo dan aktor ganteng yang juga keturunan Indo. Tidak menggambarkan mayoritas rakyat Indonesia. Bagaimana bangsa ini mau maju jika yang ditampilkan di layar televisi tidak mewakili keindonesiaan kita? Saya tidak ingin mengelompokkan kita berdasarkan daerah dan golongan maupun agama.

Yang mau saya gugah adalah para pemilik stasiun televisi agar ikut juga membangun karakter bangsa ini berdasarkan Keindonesiaan itu sendiri. Sebab semakin banyak budaya, karakter daerah yang diangkat di layar tv, maka kita akan merasa suatu bangsa yang satu kesatuan. Saya tak habis pikir bagaimana cara para pelaku industri pertelevisian membangun dan membuat suatu program acara tv mereka.

Saya juga tak habis pikir dan juga tak percaya, tak ada talenta-talenta hebat yang bisa bersaing dari daerah Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan apalagi, serupa dengan lampung, Palembang, Aceh, dll. Coba kita perhatikan para artis sekarang, darimanakah latarbelakang mereka? istilah orang sekarang, kebanyakan menang tampang doang.

Bagaimana rakyat Papua selalu berpikir bahwa mereka bukan bagian dari Indonesia? Karna kenyataannya, tidak ada yang mewakili diri mereka sendiri, mereka tidak bisa melihat diri mereka sendiri di TV, saya mungkin berpikiran, jangan-jangan mereka tidak pernah menonton TV Nasional? Sama seperti warga Papua, warga Kalimantan, sudah lebih sering menonton TV Malaysia di banding Indonesia, bagi mereka, mungkin Stasiun Tv Malaysia lebih mewakili diri mereka sendiri. Serupa dengan di daerah lain.

Saya sangat prihatin oleh karna Komisi Penyiaran Indonesia juga tidak berdaya memberangus program-program yang tidak mendidik.

Mungkin biaya produksi yang mereka perhitungkan, sehingga sangat jarang mengangkat tema dan persoalan di daerah. Tetapi sejauh yang saya perhatikan ketika Mira Lesmana mengangkat tema film dari daerah yang ada malah untung besar. Sebenarnya kembali ke kualitas dan kreativitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun