[caption id="attachment_314410" align="aligncenter" width="274" caption="sumber photo ; kebudayaanindonesia.net"][/caption]
Setelah kemarin saya telah memulai cerita tentang Danau Toba, hari ini saya coba bagikan perspektif yang lain, agar dapat menjadi gambaran bagi anda, jika mengunjungi dan berwisata ke Danau Toba.
Jika anda berkunjung ke suatu daerah, selain keindahan alamnya, budaya, makanan, tentu anda tak boleh lupa dengan keramahan penduduknya. Anda tentu tidak asing lagi dengan orang Batak bukan? haha...
Orang Batak terkenal ramah, tetapi juga menakutkan. Coba anda lihat kernek metromini, itu manusia paling ramah sedunia, sangking ramahnya dia gak bisa bedakan mana menyelamatkan penumpang mana yang ambil kesempatan, haha, kan setiap penumpang selalu dia pegang, coba anda perhatikan, di samping itu kernek metromini paling ramah, karna semua di tanya, coba perhatikan, setiap orang berdiri di pinggir jalan, pasti di tanya, senen bu? pulogadung pak? kan ramah itu, tetapi etikanya kadang gak ada, sembrono, itu sebabnya banyak yang takut dengan supir dan kernek metromini. kasarnya, org terpaksa naik metromini. Mengapa ini penting?
Saya mau memberitahu anda, tipe orang Batak pada umumnya begitu, karna dari sono nya sudah begitu. Itu bukan hanya tentang tingkat pendidikannya, tetapi budaya berbicaranya gak pernah diperhatikan. Anda boleh gampang menjumpai orang Batak di seluruh pelosok tanah air ini. Mengapa? karna orang Batak gampang bergaul. Anda bisa jatuh cinta dan senang dengan orang Batak ketika sudah mengenalnya, itulah sebabnya ada istilah, "Tampang boleh galak, tampang boleh seram tetapi hatinya Rinto Harahap"
Dalam benak anda terutama yang di daerah Jawa, orang Batak banyak ditemukan di terminal-terminal, tukang tambal ban, supir metromini dan kerneknya, di pelabuhan, dll, itulah tempat-tempat orang Batak yang mengandalkan fisik di dalam bekerja.
Tetapi ada juga yang mengandalkan nyali, perampok, tukang copet, pengedar narkoba dan kriminalitas lainnya. Dan sangat banyak yang menjadi penyanyi, list nya banyak banget.
Di samping itu bagi orang Batak yang sekolah tinggi-tinggi banyak Pengacara, hari-hari anda boleh lihat di TV, Polisi, Tentara, orang-orang Batak berpendidikan juga lebih memilih yang sifat pekerjaannya keras, garang dan berani bertindak dan berdebat. Semua itu berangkat dari budaya orang Batak yang memang keras.
Ada juga begitu banyak karyawan profesional dan pengusaha. Tetapi image tentang orang Batak banyak tercipta oleh orang-orang yang bekerja dan beraktifitas seperti saya sebutkan di atas.
Saya perlu menginformasikan hal-hal yang begini agar anda tidak salah kaprah dengan perilaku orang Batak, yang otomatis tujuannya adalah agar anda tertarik berkunjung ke Danau Toba.
Anda boleh perhatikan tipe-tipe orang Batak, banyak yang terkenal, katakanlah Ruhut Sitompul, Hotman Paris Hutapea, Hotma Sitompul, Efendi Simbolon, Maruarar Sirait, orang-orang ini sudah cukup menggambarkan bagi Anda tentang tipe-tipe orang Batak yg sudah berpendidikan, anda pasti pro dan kontra terhadap cara mereka berbicara di TV, anda boleh menghujat, geram, marah, dll, saya sendiri juga kadang begitu, meskipun saya sdh byk bergaul dengan Sunda, Jawa dan Madura. Dalam politik dan Hukum, mungkin mereka-mereka ini bisa unggul dengan cara bicaranya yang seperti itu.
Tetapi dalam industri pariwisata, itu tidak bisa diandalkan. Daerah anda dikunjungi orang, dengan tujuan untuk mendapatkan hiburan dan ketenangan, refreshing, bukan ketakutan dan kekecewaan. Ngapain orang datang jauh-jauh ke daerah anda jika hanya kekecewaan yang didapatkan? Perilaku masyarakat Batak yang ada di daerah pariwisata sepanjang Danau Toba harus menuju perilaku yang melayani, perilaku yang menunjukkaan keramahan dan kesopanan.
Anda boleh percaya, boleh tidak, jika anda pergi ke Danau Toba, seperti Parapat. Jika anda batal membeli dagangan para pedagang, apalagi sudah sempat anda sentuh, pedagangnya bisa marah-marah kepada kita. Perilaku seperti ini kan menakutkan, ini fakta loh, bagaimana anda berharap daerah anda dikunjungi orang kalau perilaku pedagangnya seperti ini. Ini yang saya sebut sebagai masalah, anda tidak bisa berpikir bahwa orang lain bisa menerima perilaku anda begitu saja karna anda orang Batak, yang logat dan keramahannya seperti itu, anda harus berubah, karna anda membutuhkan mereka mengunjungi daerah anda.
Semua pihak, pemerintah, pelaku usaha traveling, harus memperbaiki pelayanan-pelayanan yang seperti ini; ramahlah seperti selayaknya anda ramah kepada tamu yang datang mengunjungi rumah anda. Orang Batak tidak boleh egois, dengan berdalih, memang logatnya seperti itu? orang Batak tidak hilang identitasnya hanya dengan melembutkan suara, orang Batak tidak hilang karakternya hanya karena senyum dan ramah terhadap semua pengunjung. Para pedagang tidak lantas rugi, jika calon pembeli di sekitar Danau Toba hanya memegang dan melihat barang-barang dagangan anda.
Orang Batak tidak boleh egois dengan tidak mau berubah untuk kebaikan semua. Saya tidak bangga sebagai orang Batak meskipun Hotman Paris dan Ruhut Sitompul setiap hari ada di TV, karna yang diperlihatkan adalah karakter orang Batak yang tidak mendidik. Mereka boleh merasa hebat dengan cara mereka, tetapi ingat, banyak orang Batak di luar sana yang korban menderita psikologi karna tindak tanduk anda di Tv. Orang tak bisa bedakan anda sebagai pribadi dan sebagai orang Batak. yang diketahui orang, anda orang Batak. Sehingga, setiap kali orang mengenalkan dirinya orang Batak, persepsi negatif sudah terpaku jelas dipundak mereka.
Menjadi orang Batak, memerlukan pemahaman yang mendalam. Di samping karakteristiknya yang keras, tegas, blak blakan, sesungguhnya orang Batak melankolis bahkan feminim. Se preman-preman nya orang Batak, pasti dia sering menangis. Saya sering mendapati lelaki orang Batak, diluar sana ia preman, garang, galak, seram, tetapi jika sudah melihat ibunya, istrinya, anaknya, itu bisa langsung menangis.
Kembali ke soal perilaku untuk memajukan dan memperbaiki industri pariwisata di Danau Toba. Setiap orang yang terlibat, terutama pedagang, pengusaha hotel, traveling, dll, harus memperhatikan sikap ramah dan sopan itu. Kita tak boleh merasa lelah untuk mengedukasi setiap orang yang terlibat agar memahami, Branding Danau Toba, Publikasi Danau Toba, terutama membangun image yang baik terhadap pengunjung.
Saya tidak ingin melihat cara-cara lama digunakan untuk melayani pengunjung, belajarlah untuk memberikan pelayanan yang memuaskan pengunjung Danau Toba.
Orang Batak harus belajar senyum dari orang Sunda, orang Batak harus belajar hormat dan sopan seperti kebanyakan orang Jawa dan belajarlah manajemen pariwisata kepada orang Bali.
Mari berwisata ke Danau Toba
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H