Tetapi dalam industri pariwisata, itu tidak bisa diandalkan. Daerah anda dikunjungi orang, dengan tujuan untuk mendapatkan hiburan dan ketenangan, refreshing, bukan ketakutan dan kekecewaan. Ngapain orang datang jauh-jauh ke daerah anda jika hanya kekecewaan yang didapatkan? Perilaku masyarakat Batak yang ada di daerah pariwisata sepanjang Danau Toba harus menuju perilaku yang melayani, perilaku yang menunjukkaan keramahan dan kesopanan.
Anda boleh percaya, boleh tidak, jika anda pergi ke Danau Toba, seperti Parapat. Jika anda batal membeli dagangan para pedagang, apalagi sudah sempat anda sentuh, pedagangnya bisa marah-marah kepada kita. Perilaku seperti ini kan menakutkan, ini fakta loh, bagaimana anda berharap daerah anda dikunjungi orang kalau perilaku pedagangnya seperti ini. Ini yang saya sebut sebagai masalah, anda tidak bisa berpikir bahwa orang lain bisa menerima perilaku anda begitu saja karna anda orang Batak, yang logat dan keramahannya seperti itu, anda harus berubah, karna anda membutuhkan mereka mengunjungi daerah anda.
Semua pihak, pemerintah, pelaku usaha traveling, harus memperbaiki pelayanan-pelayanan yang seperti ini; ramahlah seperti selayaknya anda ramah kepada tamu yang datang mengunjungi rumah anda. Orang Batak tidak boleh egois, dengan berdalih, memang logatnya seperti itu? orang Batak tidak hilang identitasnya hanya dengan melembutkan suara, orang Batak tidak hilang karakternya hanya karena senyum dan ramah terhadap semua pengunjung. Para pedagang tidak lantas rugi, jika calon pembeli di sekitar Danau Toba hanya memegang dan melihat barang-barang dagangan anda.
Orang Batak tidak boleh egois dengan tidak mau berubah untuk kebaikan semua. Saya tidak bangga sebagai orang Batak meskipun Hotman Paris dan Ruhut Sitompul setiap hari ada di TV, karna yang diperlihatkan adalah karakter orang Batak yang tidak mendidik. Mereka boleh merasa hebat dengan cara mereka, tetapi ingat, banyak orang Batak di luar sana yang korban menderita psikologi karna tindak tanduk anda di Tv. Orang tak bisa bedakan anda sebagai pribadi dan sebagai orang Batak. yang diketahui orang, anda orang Batak. Sehingga, setiap kali orang mengenalkan dirinya orang Batak, persepsi negatif sudah terpaku jelas dipundak mereka.
Menjadi orang Batak, memerlukan pemahaman yang mendalam. Di samping karakteristiknya yang keras, tegas, blak blakan, sesungguhnya orang Batak melankolis bahkan feminim. Se preman-preman nya orang Batak, pasti dia sering menangis. Saya sering mendapati lelaki orang Batak, diluar sana ia preman, garang, galak, seram, tetapi jika sudah melihat ibunya, istrinya, anaknya, itu bisa langsung menangis.
Kembali ke soal perilaku untuk memajukan dan memperbaiki industri pariwisata di Danau Toba. Setiap orang yang terlibat, terutama pedagang, pengusaha hotel, traveling, dll, harus memperhatikan sikap ramah dan sopan itu. Kita tak boleh merasa lelah untuk mengedukasi setiap orang yang terlibat agar memahami, Branding Danau Toba, Publikasi Danau Toba, terutama membangun image yang baik terhadap pengunjung.
Saya tidak ingin melihat cara-cara lama digunakan untuk melayani pengunjung, belajarlah untuk memberikan pelayanan yang memuaskan pengunjung Danau Toba.
Orang Batak harus belajar senyum dari orang Sunda, orang Batak harus belajar hormat dan sopan seperti kebanyakan orang Jawa dan belajarlah manajemen pariwisata kepada orang Bali.
Mari berwisata ke Danau Toba
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H