Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saya Menikmati Perdebatan Pendukung Jokowi vs Prabowo dan Antar Kompasianer

6 Mei 2014   22:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:47 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepertinya aneh ya, judul yang saya buat ini? Kebanyakan orang menginginkan perdamaian, kok saya sepertinya senang dengan pertengkaran ya? Eh...Nanti dulu...jangan suudzon dulu.

Memang rumah kompasiana ini adalah rumah sehat, bukan rumah sakit. Kalau rumah sakit, itu tempatnya orang-orang sakit periksa dan berobat biar sehat kembali. Kompasiana adalah rumah sehat yaitu rumah tempat orang-orang sehat menulis, berkomunikasi, berkomentar agar-agar orang-orangnya sakit kembali...wkwkwkk,...benar gak ya?

Coba kita periksa yuk!

Setiap kompasianer, menulis di kompasiana ini berdasarkan apa yang dia lihat, apa yang dia tahu, apa pandangannya, apa pemikirannya yang berasal dari akal sehatnya masing-masing, dan keluarlah yang kita sebut tulisan dengan berbagai macam topik.

Setiap kompasianer, berusaha merebut perhatian pembaca dengan berbagai macam cara juga, ada melalui nama akun yang menurut dia menarik, ada melalui pp, ada melalui judul tulisan, ada juga melalui komentar-komentar di lapak para kompasianer yang lain. Semuanya bertujuan untuk menarik perhatian warga kompasiana. Sebab tidak ada tujuan lain selain itu, sebab kita-kita tidak dibayar ketika publish tulisan. Gratissssssssss...Dan semua iklas bin rela.com.

Nah! yang namanya merebut hati sesama warga kompasiana, ya pasti ada berbagai macam cara juga dipergunakan para warga, ada yang marah, ada yang baik-baik saja, ada yang ganteng, ada yang sok ganteng, ada yang cantik, ada yang sok cantik, nah ada lagi yang paling sering saya dengar ini...ada yang bodoh...katanya lewat komentarnya, dasar loe bodoh, ada yang pintar, ada juga yang sok pintar, macam-macam...sampai keblinger saya dibuatnya...

Karena berbagai macam cara inilah, akhirnya ada yang pro dan kontra, ya terbentuk kubu-kubu an, gang-gang an, dan tak jarang yang bilang dirinya netral. Semua tidak lain tidak bukan hanya untuk merebut hati sesama warga kompasiana.

Saya sendiri bingung ke arah mana? Sebab bagi saya yang penting nulis aja intinya, pro dan kontra wajar adanya. Akhir-akhir ini saya suka nulis di lapak politik, sebenarnya saya lebih suka nulis tema lain, tapi karena saya bergabung di tahun politik, ya kita sesuaikan tema yang lagi aktual, kalau tidak aktual tidak ada yang baca, kalau tidak ada yang baca, kan capek kita nulisnya, kecuali dibayar, kita tidak peduli dengan jumlah pembaca tulisan kita, hehe...dan ternyata jurus itu ampuh, kita ikut yang aktual, ya pembacanya, ada, biarpun tidak seberapa dibanding penulis yang lain.

Sesuatu bangetlah...kata syahrini...pernah tulisan saya dibaca tiga belas ribu lebih (13600) padahal orang baru, kan lumayan utk  hibur diri...

Dan akhirnya saya masih setia untuk menulis lapak politik terutama yang berhubungan dengan Jokowi dan Prabowo, mengapa? Ada dua alasan saya : pembacanya lumayan banyak, kedua, kita sekaligus buat ngedukung jagoan kita (saya Jokowi) biarpun belum berani saya bilang Jokowi lovers karena itu dua hal yang berbeda.

Karena saya sering menulis politik inilah dikira pendukung Prabowo, saya anggota PAnasbung, wkwkwkkk, makasihlah dihubungkan sebagai tim sukses Jokowi, meskipun jaringan ke tim sukses Jokowi tidak punya. Makanya tak heran, begitu saya tulis tentang politik, pendukung Prabowo dengan setia menjadi pengunjung di lapak saya, saya juga bilang terimakasih kepada mereka, semoga jagoan mereka kalah dari jagoan saya, wkwkwkkk...

Yang aneh dari komentar para pengunjung lapak politik ini adalah suasana yang gaduh dan panas. Perdebatannya, jarang yang adem-adem saja, semuanya marah, seakan meninggalkan kotoran di lapak ini. Semua keluar peri kebinatangan dalam diri manusia. Nah! saya yang terbiasa hidup di dunia gelap, dunia keras, dunia premanisme, segera saja terbawa ke masa lalu, dan lalu saya menikmati setiap perdebatan. Sampaim suatu ketika ada kompasianer yang berkomentar di lapak saya, hati-hati bang Thomson, jangan tulis tema yang seperti ini, bisa bahaya...Bahaya dimana? Wong saya ini hidup di dunia yang hari-hari teman saya bawa golok, bawa pistol, dll untuk membela diri. Bagi saya melihat orang berantam pake golok, dll, biasa, apalagi berantam di rumah kompasiana, berantamnya kan ...berantem jalan pikiran, kok takut?... Biasa aja...Saya bukan sok jago, tetapi yang saya pahami, kalau kita benar, ngapain takut...Bagi saya, Mati adalah Keuntungan...jangan salah, jangan dikira saya orang stress, agama saya yang mengajarkan itu...Kematian adalah keuntungan bagiku...

Mengapa saya katakan menikmati?

Yang saya pahami, di dalam diri manusia ada sisi sisi yang harus mendapatkan tempatnya masing-masing. Contoh, sisi baik ada dalam diri setiap manusia, maka manusia terbiasa untuk membantu sesama, menghargai sesama, mendengarkan curhat sesama, memberi kepada sesama, membagi kepada sesama. Tetapi di sisi yang lain, manusia juga punya sisi yang jahat, itu sebabnya manusia gampang marah, manusia gampang curiga, manusia saling menghujat, manusia saling memaki, manusia saling menjebak, dan macam-macam.

Sisi baik dan sisi jahat ini kan harus tersalurkan, agar manusia berimbang. Itu sebabnya saya bisa menikmati perdebatan di ranah politik, karena saya pahami, saat itulah manusia sedang mengeluarkan sisi baik dan sisi jahat dalam dirinya. Dan saya akhirnya bisa memahami ketika seseorang marah di dalam menulis dan berkomentar, oh...si ini lagi marah, mungkin ada dalam dirinya yang sedang terluka, ibarat binatang buas yang terluka, kuncinya orang yang marah jangan kita ajak marah, agar dia bisa sehat, kalau semakin kita buat marah, dia akan semakin terluka, peri kebinatangannya yang keluar.

Dan karena itulah, jika ada beberapa komentator di tulisan saya berkata, Thomson ini bodoh, Thomson ini munafik, bagi saya, saat itulah orang yang berkomentar itu sedang menunjukkan dia lebih bodoh dari saya, dia lebih munafik dari saya. Ngapain ditanggapi, "Kamu yang bodoh!" sebab dengan sendirinya kita tahu, dia lebih bodoh dari kita.

Menikmati perdebatan politik bukan berarti saya sakit jiwa, tetapi saya telah lebih dahulu me-manage jiwa saya sehingga tidak sakit.

Kunci yang saya lakukan di dalam berdebat agar tidak sampai merusak jiwa adalah "Apapun komentar orang, jangan masukkan dalam hati, anda tidak hebat karena mendengar komentar orang yang menjatuhkan anda, tetapi anda akan hebat, jika bisa melewati perdebatan itu dengan tidak melukai siapapun, termasuk lawan debat anda" Itu sebabnya saya selalu ramah dengan mereka, bahkan saya tanyakan kabar keluarganya, sekalipun saya tidak mengenalnya.

Menikmati perdebatan politik itu menggambarkan sejauh mana pengetahuan kita akan perkembangan dan manfaat politik bagi masa depan bangsa ini.

So! Berdebatlah! sepuas-puasnya jika itu membuat anda tidak sakit, kita butuh pikiran sehat anda.

Jika ada yang kubu-kubu an karena perdebatan, ya silahkan, tapi jangan sampai merusak akal sehat anda. Anda boleh senang dengan si A, anda boleh benci dengan si B, tetapi jikapun anda sedang menyenangi si A dan membenci si C, itu sedang menggambarkan diri anda, bukan menggambarkan diri yang anda senangi atau orang yang anda benci.

Semoga bermanfaat.

Salam kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun