Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

(KompasianaTV) Sudah Selayaknya Kompasianer Naik Kelas

20 Januari 2015   17:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:45 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_365248" align="aligncenter" width="300" caption="sumber kompasiana"][/caption]

Menulis itu memang sangat indah, ada artikel teman kita baca, langsung ada ide untuk menulis, dan artikel ini saya tulis berdasarkan artikel kompasianer bung daniel :

http://media.kompasiana.com/new-media/2015/01/20/review-kompasianatv-kompasianer-jadi-pengamat-dadakan-702893.html

Saya mengapresiasi judul bung daniel, tetapi saya sekaligus bertanya dalam hati, apa sih yang dimaksud dengan pengamat dadakan, hehe...Kok ada pengamat dadakan? Tetapi di dalam artikelnya bung daniel mengapresiasi ke empat teman kita yang tampil perdana di kompasiana TV tadi malam, saya sempat menonton sebentar, 2 segmen terakhir, tak banyak yang dapat saya ceritakan tentang tayangan itu, sebab tidak dari awal saya menonton.

Menarik memang Kompas TV memberikan slot tayang selama satu jam di prime time untuk mengupas lebih dalam tentang topik yang sedang menarik, aktual, bermanfaat dan inspiratif (ini jangan dilupakan loh...) di rumah kompasiana. Minggu yang lalu, pertama kali saya dihubungi bung alvi agar bisa ikut di dalam program itu, kebetulan belum ada waktu yang pas, senin kemarin juga siang hari bung alvi juga menelepon untuk yang kedua kali, untuk mengisi di minggu ini, tetapi saya harus minta maaf, karena belum bisa kasih jadwal yang tepat, bukan karena saya tidak tertarik, saya malah sangat tertarik, tetapi memang selalu ada prioritas dalam hidup ini, meeting saya di awal tahun ini masih banyak, perlu ada ketenangan untuk mengisi acara itu. Dari sinilah, saya tertarik dengan judul bung daniel, dengan kata dadakan. Dengan alasan yang sama lah saya tidak mau buru-buru untuk terlibat dengan kompasiana TV. Sebab saya berlatar belakang marketing. Satu kesalahan fatal, akan selalu terngiang terus diingatan pemirsa.

Dan saya membaca satu kesimpulan dari beberapa review teman-teman kompasianer, yaitu adanya demam panggung bagi teman-teman kita yang tayang perdana. Bagi saya, wajar, segala sesuatu ada waktunya, ada prosesnya.

Kembali ke judul bung daniel, pengamat dadakan? Saya kurang setuju jika kompasianer dikategorikan sebagai pengamat dadakan, beberapa pemikirannya seperti di bawah ini :

Pertama, Mungkin yang dimaksud bung daniel adalah kompasianer pertama sekali tampil di talkshow TV. Sebab kata dadakan itu mengandung arti, sesuatu yang dilakukan tiba-tiba. Mengacu pada yang saya ceritakan diatas, kompasianer yang ambil bagian sebagai narasumber, bukan dipanggil tiba-tiba. Tetapi mereka dipersiapkan oleh tim kompasiana, termasuk tema yang akan dibahas, sudah diinfokan jauh sebelum tayang. Jadi tidak mendadak. Jika ada kekurangan bagi teman-teman kita, kita dapat pahami sebagai akibat demam panggung.

Kedua, Saya tidak berani mengatakan bahwa para kompasianer adalah pengamat dadakan. Jika merujuk isi artikelnya bung daniel, pengamat kompasianer adalah awam, orang biasa, bukan profesional. Bisa saya pahami, gelar bagi kita disematkan karena kita disebut netizen, kita mengamati bukan karena profesi kita sebagai pengamat. Tetapi jika kita mengacu pada kata pengamat, satu kutip arti kata dari kamus bahasa indonesia ,

pengamat
peng.a.mat
[n] orang yg meneliti; orang yg mengawasi: seorang ~ melaporkan bahwa di daerah itu masih terdapat pungutan liar

Maka jika mengacu pada definisi itu, para kompasianer sebenarnya dapat dikategorikan sebagai seorang pengamat. Yang membedakan kompasianer dengan para "pengamat profesional" adalah para kompasianer tidak menjadikan hasil amatan nya itu sebagai profesi atau mata pencaharian. Oleh sebab itu, saya paham, mungkin bung daniel ingin  merendah saja (down to earth) tak mau disebut sebagai pengamat benaran atau bisa juga tidak percaya diri sebagai pengamat. Saya tidak tahu yang mana? hanya bung daniel yang patut menggambarkannya.
Ketiga, Saya tidak berani mengatakan para kompasianer adalah pengamat dadakan atau juga pengamat amatiran. Bagi saya, bukan ingin memuji, tetapi ini fakta. Adakah di Indonesia ini pengamat se-produktif para kompasianer? Seorang pengamat yang hebat, hanya dapat dilihat dari hasil karyanya, dan semua pengamat dilihat berdasarkan karya tulisnya. Adakah mereka-mereka yang kita sebut " pengamat profesional" karena sering tampil di TV, se-produktif para kompasianer di dalam mempublish tulisannya? belum ada saya lihat. Saya sangat mengapresiasi para kompasianer yang sanggup menulis, One Day One Post (Publish). Merekalah sebenarnya para pengamat sejati.
Jika kita memperhatikan ketajaman ulasan, analisa, maupun reportase yang dilakukan oleh para kompasianer, maka kita patut apresiasi dengan sangat tinggi. Perbedaan pandangan yang sering terjadi, hingga sering terjadi sangat tajam, itulah harga kita.
Dalam artikel ini, saya dengan terpaksa harus menulis beberapa nama, tanpa melupakan yang lain, sebutlah misalnya : bung ninoy, mawalu, gatot, nanarya, gunawan, opa jappy, pak de kartono, tasch t, pebriano, daniel s, daniel h.t, mas wahyu, erwin alwazir, mike r, ifani, hendi s, hanny, axtea 99, Muhammad Arman, thamrin dahlan, jimmy h, yusran d, illyani s, bu dosen (sengaja tidak saya sebut, sebab sdh mulai jarang dia publish, hehe) dan masih banyak pengamat politik yang bagi saya mereka adalah orang-orang yang sudah melakukan tugas sebagai pengamat dengan baik... (maaf bagi yang tidak disebut, bukan mengurangi kehebatan anda, tetapi keterbatasan waktu dan yang teringat dipikiran).
Mereka-mereka ini, jika konsisten bukan tidak mungkin akan menjadi pengamat profesional (pekerjaannya) seperti kompasianer musni umar, kan dia kompasianer yang aktif tetapi sudah mulai banyak diminta live di TV.
Keempat, Moment inilah bagi saya untuk mengingatkan kita, bahwa kita para kompasianer juga tidak boleh terlalu merendah, seperti beberapa hari belakangan ini, tentang tulisan GeeR, tulisan dibaca Jokowi. Penting juga bagi kita , menyadari, tulisan anda dibaca Jokowi atau hanya dibaca Thomson, sama artinya dan kegunaannya. Jadi mari kita hargai diri kita, mari kita hargai hasil karya kita. Kalian teman-teman kompasianer adalah bakat-bakat hebat, yang suatu saat akan menetas menjadi sesuatu yang berharga bagi masa depan bangsa ini. Tetaplah berkarya!
Jika KompasTv memberikan jam tayang prime time selama satu jam bagi para kompasianer, itu artinya kompastv bersama grup kompas, telah mengapresiasi kinerja para kompasianer, saatnya lah kita sadar, kita telah menjadi bahagian kecil dan nanti akan menjadi bahagian besar dari perubahan bangsa ini. Kita lanjutkan terus untuk berbeda pendapat yang sehat, agar kita semakin dewasa dan matang. Jika Kompas Grup telah menghargai kita, kita patut menghargai diri kita.
So! Bagi saya, para pengamat di kompasiana ini bukan pengamat dadakan, tetapi pengamat yang sudah lama dan sedang mempersiapkan dirinya untuk ambil bagian dalam berbagai aras kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita adalah talenta-talenta berbakat yang sedang mengasah kemampuan agar menjadi lebih tajam..
Sudah saatnya kita sekarang para kompasianer naik kelas, 2008-2014 adalah waktu balita, saatnya kini masuk sekolah dasar. Selamat untuk para kompasianer, terimakasih kepada KompasTv, KompasianaTV, Kompasiana, dan Grup Kompas, Jayalah tetap.
Salam naik kelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun