Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sebelum Jokowi, Ibu Risma Juga Pernah Diganggu Kader PDIP

14 Februari 2015   04:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:06 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sifat dan karakter itu memang susah dirubah. Perlu waktu yang panjang untuk merubah dari satu karakter ke karakter yang lainnya. Itu sebabnya sering kita lihat seorang aktor dan aktris yang hebat, jika ingin sukses memerankan tokoh tertentu, si aktor dan si aktris perlu memahami dan mendalami karakter yang dimiliki oleh tokoh yang diperankan. Karena sudah pasti tokoh yang akan diperankan akan berbeda dengan karakter asli si aktor dan si aktris.

[caption id="attachment_396856" align="aligncenter" width="300" caption="Surat Perintah Megawati sebagai ketum PDIP menunjuk Jokowi menjadi Capres PDIP (sumber gambar : tribunnews.com)"][/caption]

Jika kita melihat perilaku kader-kader PDIP satu bulan belakangan ini, kita tidak perlu heran dengan sikap, sifat atau karakter mereka yang tidak hilang jiwa opisisinya meskipun PDIP bersama koalisi KIH berada dalam posisi memerintah (eksekutif). Masyarakat dibuat bingung dengan perilaku kader PDIP seperti Effendi Simbolon, Masinton Pasaribu, yang terus-terusan "mengkritik" langkah dan kebijakan Jokowi beserta Kabinetnya. Kita juga tak boleh lupa, perilaku Plt Sekjen PDIP Hasto K, yang membuka aib pertemuan pihak PDIP dengan Abraham Samad yang diduga melanggar etika AS sebagai komisioner KPK.

Kader-kader PDIP mempertontonkan jiwa-jiwa oposisi yang tidak bisa lekang, kader PDIP tidak sadar bahwa mereka sekarang sedang memerintah. Jika benar mereka ingin memberikan masukan yang membangun kepada Jokowi, kan ada tempatnya, baik lewat partai atau lewat menteri-menteri mereka yang ada di kabinet. Jikapun ada alasan mereka sulit berkomunikasi langsung dengan Jokowi.

Di satu sisi kita angkat tangan kepada Megawati yang memberikan jalan kepada Jokowi untuk maju menjadi Capres di waktu yang lalu. Tetapi jika kita melihat 3 bulan pertama pemerintahan Jokowi JK, kita seakan dibawa kepada suatu kesimpulan bahwa jalan yang diberikan oleh Megawati kepada Jokowi tidak sungguh-sungguh ikhlas. Megawati hanya memikirkan partai dan golongannya saja kalau begitu, kita bisa saja lupa dengan senandungnya yang berkata, "Indonesia harus Raya."

Membiarkan kader-kader PDIP berteriak sesuka hati di ruang-ruang publik akan menggerogoti kepercayaan publik kepada Jokowi, yang akhirnya Jokowi tidak dapat bekerja dengan fokus untuk mencapai Indonesia Raya. Adalah sangat aneh, jika PDIP dan Megawati mengorbankan Jokowi hanya untuk BG seorang.

Bukan Jokowi yang pertama kali mengalami hal semacam ini dalam tubuh PDIP. Ada Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang terlebih dahulu mengalami tekanan yang sangat besar dari kader-kader PDIP ketika Ibu Risma menaikkan pajak Reklame menjadi 25%. Bahkan saat itu, Ibu Risma sudah diinterpelasi yang mengarah kepada pemakzulannya sebagai walikota.

Untungnya karakter hebat seorang Ibu Risma dan dukungan masyarakat yang begitu besar akhirnya mengalahkan ego dari kader PDIP saat itu. Hingga kini, Tri Rismaharini masih tetap kokoh dan berprestasi sebagai walikota Surabaya.

Jokowi dan Risma adalah profesional yang direkrut oleh PDIP menjadi kader yang secara organisasi tidak menempati posisi apa pun dalam kepengurusan partai. Maka ada begitu banyak godaan dalam diri kader banteng bahwa tanpa partai mereka Jokowi dan Risma tidak akan dapat menempati posisi mereka saat ini. Dan itulah yang dijadikan oleh para kader untuk memberikan tekanan kepada mereka berdua.

Persamaan mereka berdua, sama-sama berprestasi dalam memerintah, sehingga dukungan masyarakat begitu riil kepada keduanya. Jokowi dan Risma seringkali mengalami hal yang dilematis akibat kepentingan partai tidak selalu sejalan dengan kepentingan masyarakat banyak. Itu sebabnya kedua pemimpin ini seringkali berbenturan dengan partai pengusungnya.

Melihat karakter mereka berdua, kita yakin, Jokowi dan Risma tidak akan gampang tunduk pada kepentingan partai. Kita masih melihat sejauh ini, Jokowi dan Risma lebih berpihak kepada kepentingan rakyat banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun