Mohon tunggu...
Thomas Steven Ardririanto
Thomas Steven Ardririanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ekskursi Kolese Kanisius 2024 sebagai Dasar dari Pentingnya Toleransi dan Keberagaman

20 November 2024   22:09 Diperbarui: 20 November 2024   23:38 2115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu." - Gus Dur

Dalam dunia yang semakin global dan terhubung, pentingnya nilai-nilai toleransi dan keberagaman dalam pendidikan tidak bisa diabaikan. Pendidikan bukan hanya tentang mempelajari pengetahuan akademis, tetapi juga tentang memahami dan menghargai perbedaan budaya, agama, dan latar belakang. 

Mengembangkan keterampilan sosial ini membantu membentuk generasi yang lebih inklusif dan harmonis, yang mampu bekerja sama dalam lingkungan yang beragam. Pengalaman belajar yang mempertemukan siswa dari berbagai latar belakang dapat menjadi jembatan untuk mencapai pemahaman ini. 

Dalam hal ini, Kolese Kanisius mengadakan ekskursi sekolah ke pondok pesantren selama tiga hari, terutama bertujuan untuk memberikan pengalaman mendalam tentang toleransi dan keberagaman. Salah satu kelompok ekskursi dipersiapkan untuk berkunjung ke pondok pesantren Daarul Uluum Lido sebagai tempat ekskursi mereka.

Saat kegiatan ekskursi ke pondok pesantren Daarul Uluum Lido, siswa dari berbagai keyakinan diajak untuk hidup bersama, mengenal cara beribadah yang berbeda, dan berpartisipasi dalam kegiatan pesantren. 

Sambutan hangat dari santri pondok pesantren membuat para siswa merasa diterima dengan baik, menghilangkan kecemasan awal mereka. Kegiatan seperti menonton debat pemilihan ketua OSIS, belajar menanam hidroponik, dan menyusuri sungai bersama-sama memberikan banyak pelajaran berharga tentang kerjasama dan kebersamaan. 

Hari pertama diawali dengan perasaan gembira namun juga sedikit gugup saat mengenal cara beribadah yang berbeda dan mengikuti alur kegiatan yang tidak familiar. Saat menonton debat pemilihan ketua OSIS, siswa merasa terkesan dengan kedisiplinan dan kecerdasan para peserta. Meski begitu, rasa kagok tetap ada, tetapi siswa semakin terbuka untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan di pesantren.

Hari kedua, rasa cemas mulai bergeser menjadi rasa antusiasme dan keingintahuan yang lebih besar. Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas bersama teman-teman pesantren dan merasa kagum dengan semangat mereka. Setelah itu, belajar menanam hidroponik, sebuah pengalaman baru yang sangat menarik bagi siswa Kolese Kanisius. 

Mereka merasa takjub melihat bagaimana teknologi pertanian dapat diaplikasikan dengan cara yang praktis. Pengalaman paling menarik hari itu adalah menyusuri sungai bersama-sama. Pengalaman ini memberikan waktu untuk dapat merasakan kebebasan dan keceriaan yang luar biasa, serta semakin merasakan kekompakan dan kebersamaan diantara siswa Kolese Kanisius dan para santri. 

Hari itu diakhiri dengan persiapan untuk pentas penutupan. Mereka dibentuk dalam beberapa kelompok untuk membuat/memamerkan suatu penampilan sebagai penutup kegiatan ekskursi. Merasa bangga terhadap kerja keras kelompok mereka terutama dalam memamerkan hasil latihan mereka untuk dipamerkan kepada para Ustad dan Kyai serta Bapak/Ibu guru dan juga tamu lainnya esok harinya sebelum perpisahan.

Hari terakhir dimulai dengan bangun pagi dan sarapan bersama, diikuti dengan pentas penutupan yang meriah. Perasaan siswa campur aduk antara senang dan sedih---senang karena banyak pengalaman berharga yang diperoleh, namun sedih karena harus berpisah dengan teman-teman baru. 

Pertunjukan mereka berjalan dengan baik, dan mereka mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton. Acara ditutup dengan pidato inspiratif dari Kyai. 

Kata-kata beliau sangat menyentuh hati dan mengingatkan siswa akan pentingnya toleransi, persaudaraan, dan saling menghargai. Pengalaman ini tidak hanya mengajarkan siswa tentang kehidupan di pesantren, tetapi juga memperkaya pemahaman mereka tentang keberagaman dan pentingnya menjalin hubungan baik dengan sesama, meskipun ada perbedaan di antara mereka.

Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tentang toleransi dan keberagaman dapat memberikan dampak positif yang sangat besar. Ketika siswa diberi kesempatan untuk belajar dan hidup bersama dalam lingkungan yang berbeda, mereka lebih mampu memahami dan menghargai perbedaan. 

Ini membantu membentuk karakter yang kuat dan inklusif, siap menghadapi tantangan dunia global. Penting bagi sistem pendidikan untuk terus mendukung dan mengembangkan program-program seperti ini, agar generasi muda dapat tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya toleransi dan keberagaman. 

Misalnya, pidato Kyai yang berisikan candaan namun juga komitmen mendalam untuk mendorong anak didiknya menghargai arti perbedaan dan keberagaman menjadi salah satu pendorong penting. Sambutan hangat yang diterima siswa dari teman-teman pondok pesantren mampu menghapus jarak yang mungkin ada di antara mereka, terutama menghilangkan kecemasan awal yang dirasakan.

Ekskursi ke pondok pesantren tidak hanya memberikan wawasan tentang kehidupan pesantren, tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan bersama seperti debat pemilihan ketua OSIS, belajar menanam hidroponik, dan menyusuri sungai, siswa belajar tentang pentingnya kerja sama, saling menghargai, dan membangun persahabatan yang kuat. 

Pentas penutupan yang melibatkan pertunjukan kreatif dari siswa menunjukkan betapa beragamnya minat dan bakat mereka, serta bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan yang menyatukan.

Pendidikan tentang toleransi dan keberagaman harus dimulai sejak dini dan menjadi bagian integral dari kurikulum. Sistem pendidikan perlu menciptakan lebih banyak peluang bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda, sehingga mereka dapat belajar untuk memahami dan menghargai perbedaan. 

Program-program seperti ekskursi ke pondok pesantren adalah contoh nyata bagaimana pendidikan dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.

Pengalaman tiga hari ini memberikan pelajaran berharga yang akan selalu dikenang oleh siswa Kolese Kanisius. Mereka belajar bahwa di balik setiap perbedaan, selalu ada ruang untuk persahabatan dan kebersamaan. 

Dengan menghargai dan memahami perbedaan, siswa tidak hanya menjadi lebih toleran, tetapi juga lebih siap untuk menghadapi tantangan di masa depan. Pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai ini adalah investasi terbaik untuk menciptakan generasi yang lebih baik dan dunia yang lebih damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun